Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah bekerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Surakarta, akan menyelenggarakan Kopi Darat Nasional Pegiat Literasi Muhammadiyah. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada hari Jum’at-Ahad tanggal 8-10 Desember 2017 di Kampus II Universitas Muhammadiyah Surakarta (Jl. Ahmad Yani, Pabelan, Kartasura, Surakarta, Jawa Tengah).
Selasa, 28 November 2017
Senin, 27 November 2017
MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSI
Untuk mencapai kesuksesan, tidak harus
menjadi mahasiswa suatu perguruan tinggi terkenal. . Dengan pengembangan
kecerdasan emosi, orang juga bisa sukses dalam hidupnya. Maka untuk berhasil
tidak harus bergelar akademik (apalagi beli ijazah palsu), ber IP tinggi, atau
lulus suma cumlaude.
Sebenarnya tiap
orang mampu mencapai kebahagiaan dan
keberhasilan itu dipengaruhi oleh beberapa kecerdasan. Misalnya kecerdasan
intelektual, kecerdasan sosial,
kecerdasan religi, kecerdasan tubuh, kecerdasan majemuk , kecerdasan kreatif,
atau kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi ini merupakan teori yang dikemukakan
oleh Daniel Goleman yang ternyata mampu membuka mata masyarakat yang selama ini
terjebak pada kecerdasan intelektual/intellectual quotient/IQ.
Kecerdasan emosi atau emotional quotient/EI adalaah kemampuan
untuk membina hubungan dengan orang lain. Emosi itu sendiri sebenarnya
merupakan dorongan untuk bertindak sesuai rencana untuk mengatasi masalah.
Sedangkan bentuk emosi yang muncul
sering didasarkan pada suasana perasaan saat itu.
Banyak para ahli yang
mendefinisikan kecerdasan emosi dengan batasan yang berbeda. John Mayer
misalnya, seorang psikolog University of Hampshire menyatakan bahwa kecerdasan
emosi adalah kemampuan untuk memahami emosi orang lain dan cara mengendalikan
emosi diri sendiri. Maka orang yang memiliki kecerdasan emosi tinggi akan mampu
mengembangkan diri antara lain dengan penyesuaian diri dengan keadaan saat itu
dan mampu mengambil manfaat untuk mengatur kekuatan diri. Apabila orang mampu
membawa diri pada komunitas yang lebih luas, maka akan semakin terbuka
kesempatan untuk pengembangan diri.
Lain halnya dengan pendapat Cooper dan
Sawaaf tetang kecerdasan emosi. Kedua orang pakar psikologi ini menyatakan
bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk merasakan, memahami, dan secara
efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber kekuatan dan pengaruh
yang manusiawi. Dalam hal ini dapat dipahami bahwa orang yang mampu mengelola
kecerdasan emosi akan mengembangkan potensi, energi, dan kekuatan diri untuk
mempengaruhi orang lain. Untuk itu diperlukan kepemilikan perasaan yang kuat
untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan orang lain dan mengatur perasaan
diri. Kemudian orang ini mampu menanggapi keadaan itu dengan cepat dan mampu
menerapkan energi emosi itu secara efektif dalam kehidupan sehari-hari.
Dari paparan di atas
dapat dipahami bahwa kecerdasan emosi itu merupakan kemampuan untuk mengenal,
mengelola, dan mengekspresikan diri dengan tepat. Oleh karena itu orang harus
mampu memotivasi diri, memahami orang lain, mengendalikan emosi diri, dan mampu
membina hubungan dengan orang lain.
Jenis-jenis
Emosi
Kata emosi memang erat dalam kehidupan
kita. Namun kadang kita sulit mendefiisikannya. Kita sering emosional berarti
sering mengikuti dan mengekpresikan apa yang kita rasakan saat itu. Gejala ini
merupakan respon terhadap keadaan dan sikap yang muncul saat itu. Maka dalam
menghadapi keadaan tertentu, orang bisa memunculkan rasa takut, tegang,
was-was, sedih, gembira, bingung, terkejut, dan cinta
Mengembangkan
Kecerdasan Emosi
Ada pendapat yang
mengatakan bahwa orang yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi dan mampu
mengembangkannya secara optimal, maka orang itu akan sukses dan bahagia. Sebab
dia itu selalu percaya terhadap potensi diri, mampu mengelola emosi, dan
mempunyai kesehatan mental yang baik.
Berangkat dari
pemahaman ini, maka kecerdasan emosi itu dapat dikembangkan secara optimal.
Dalam upaya pengembangan kecerdasan emosi ini, Salovey seorang pakar psikologi
memberikan gambaran tahapan pengembangan emosi ini. Tahapan-tahapan
pengembangan itu antara lain; mengenal emosi diri, mengelola emosi, memotivasi
diri, memahami emosi orang lain, membina
hubungan, dan mau mendengarkan orang lain.
Mengenal Emosi
Diri
Memahami perasaan diri ketika emosi sedang
bergejolak merupakan dasar kecerdasan emosi. Kita perlu memahami perkembangan
emosi diri dari waktu ke waktu terutama ketika terjadi keadaan yang sangat
sensitif. Keadaan ini misalnya ketika sedang menerima keadaan yang sangt
menyedihkan, menyenangkan, menegangkan, ketakutan, dan lainnya. Sebab pada
saat-saat seperti ini biasanya terjadi ledakan emosi yang luar biasa, dan
kadang sulit dikendalikan
Mengelola Emosi
Emosi yang dikelola
dengan baik akan menjadi kekuatan untuk memajukan diri. Sebaliknya, emosi yang
tidak diarahkan pada hal-hal yang positif, maka mungkin bisa mencelakakan diri
sendiri dan orang lain. Hal ini bisa terjadi karena emosinya tidak terkontrol
lagi.
Orang yang mampu
mengelola emosi berarti telah mampu menguasai diri dan orang lain itulah
sebenarnya yang disebut sebagai orang yang kuat. Rasulullah SAW pernah bersabda
:”Orang kuat itu, bukanlah seorang petinju, tetapi mereka yang dikatakan kuat
adalah mereka yang mampu mengendalkan diri ketika marah’
Memotivasi Diri
Emosi merupakan salah
satu alat untuk mencapai tujuan diri Maka emosi ini perlu didorong terus
menerus untuk merealisir tujuan. Motivasi mempengaruhi kualitas kegiatan, maka
motivasi tinggi akan menghasilkan produk tinggi. Sebaliknya motivasi rendah
akan melahirkan produk yang kurang bermutu.
Memahami Orang
Lain
Eksistensi seseorang
akan diterima dengan baik dalam suatu komunitas apabila orang itu mampu
menunjukkan empatinya. Yakni bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain.
Orang ini juga mampu memahami gejala emosi orang lain lalu mampu mengendalikan
emosi itu.
Dengan memahami emosi
orang lain inilah, maka seseorang dapat diterima dalam komunitas tertentu. Dari
sini mereka dapat mempengaruhi komunitas tertentu.
Membina Hubungan
Kecerdasan emosi akan
berkembang baik apabila ditunjang dengan kemampuan untuk menjalin hubungan
dengan individu maupun komunitas secara harmonis. Untuk itu diperlukan
kelincahan dan kelancaran komunikasi lisan maupun tulis. Dengan dua kemampuan
ini, orang semakin dikenal secara luas dan dari sini dapat dikembangkan
kemampuan diri.
Mau Mendengarkan
Orang Lain
Memang gampang-gampang
susah untuk menjadi pendengar yang baik. Artinya mungkin kita ini lebih gampang
menjadi pembicara (ngomongin orang lain) daripada mendengarkan omongan orang
lain. Padahal kita ini diberi dua daun telinga dan satu lubang mulut. Mestinya kita ini mampu menjadi
pendengar yang baik karena mempunyai alat perekam dua buah yakni dua daun
telinga. Kemudian mulut kita hanya satu yang tentunya harus lebih sedikti
bicara dan memperbanyak mendengarkan orang lain (bukan berati ngerumpi tentang
orang lain).
Kalau kita mau mendengarkan orang lain, berarti kita menghormati orang
lain. Disamping juga kita mendapatkan masukan dari orang lain itu.
Tidak sedikit orang yang mampu mencapai
karir puncak dengan mengembangkan kecerdasan emosi ini meskipun mereka tidak
memiliki IP atau NEM tinggi. Salah satu contoh adalah Bill Gates seorang super
milyader Amerika Serikat. Ia pemilik perusahaan perangkat lunak Microsoft. Dia
berhenti kuliah dari Havard Business School karena merasa tidak mendapat apa-apa selama kuliah.
Meskipun dia ini drop out dari
perguruan tinggi terkenal, toh beliau tercatat sebagai penyumbang nomor satu
untuk perguruan tinggi tersebut. Demikian pula halnya dengan Stephen K. Scout
yang dikenal sebagai milyader Amerika Serikat itu. Ketika sekolah dulu, ia
tidak dikenal dan biasa-biasa saja. Kini dia bergerak di bidang bisnis
pemasaran yang terkenal di negeri Paman
Sam itu.
Adam Malik yang
dikenal lincah dan cerdik itu hanya bermodal ijazah SMP dan membawa mesin ketik
butut ketika sampai di Jakarta. Dengan kemauan dan kecerdasan emosinya, beliau
bergerak dan berkembang di bidang jurnalistik. Dari sini beliau terus
mengembangkan diri dan dalam perjalanan karirnya sampai pada keberhasilan
menjadi Meteri Luar Negeri dan Ketua MPRS
Berkaitan dengan
pengembangan kecerdasan emosi ini, Purdi E. Chandra yang sukses dengan
Primagamanya itu pernah mengatakan :” Untuk menjadi entreupreneur sejati tidak perlu IP tinggi, ijasah, apalagi modal
uang. Saat yang paling tepat itu justru pada saat kita tak punya apa-apa. Pakai
ilmu street smart saja.Kemampuan otak
kanan yang kreatif dan inovatif sudah memadai. Banyak orang ragu berbisnis cuma
gara-gara terlalu pintar. Sebaliknya orang yang oleh guru formal dianggap bodoh
karena nilainya jelek, justru jadi wirausahawan yang sukses (Berwirausaha edisi
2 tahun 1/2002). Bahkan T. Kiyosaki secara ekstrim mengatakan :”If you to be
rich and happy, don’t go to school”
Kecerdasan emosi dapat
dikembangkan menjadi soft skill. Yakni kemampuan yang tidak kasat mata yang
berupa ketelatenan, kesabaran, kemampuan adaptasi, dan tahan terhadap stress
yang menimpanya. Kemampuan ini memang tidak bisa dilihat, tidak bisa diukur,
dan tidak pernah diperoleh melalui bangku sekolah maupun kursi kuliah.
Kemampuan soft skill ini dapat diperoleh melalui organisasi, dunia kerja,
bermasyarakat, maupun komunitas lain. Semakin banyak interaksi seseorang terhadap
berbagai komunitas, maka akan semakin baik soft
skill seseoraang.
Soft skill ini pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori
yakni yang disebut dengan intrapersonal
skill dan interpersonal skill. Intrapersonal skill adalah sesuatu yang
berkaitan dengan kemampuan seseorang mengenai diri sendiri, memotivasi diri,
ambisi, dan bekerja keras. Kemudian interpersonal
skill lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam berinteraksi dengan
orang lain seperti empati, kepemimpinan, kemampuan bernegoisasi, memotivasi,
dan mengarahkan orang lain (M.
Sholekhudin, 2006).
Lasa Hs
Perpustakaan UMY
Kamis, 23 November 2017
Memanusiakan Manusia
Suatu ketika ada seorang santri yang bertanya kepada pak
kiayi.
Santri : “wahai pak kiayi, kemarin kami bertemu dengan dua
orang,,,,,, orang pertama, ia adalah orang yang sangat rajin beribadah.
Sholatnya rajin, ngajinya rutin, apalagi puasa sunnahnya juga istikomah. Akan tetapi
yang membuat kami aneh, dia selalu berbuat maksiat, dan bahkan perilakunya itu
sering membuat orang saikit hati…
Kemudian orang yang ke dua,, Ia adalah sosok orang yang baik
hati, rajin bersedekah, sopan santun, dan bahkan ia selalu menolong sesama. Namun
lagi – lagi kami merasa aneh, karena ternyata orang itu jarang melakukan sholat
lima waktu, dan bahkan ia pun tidak bisa membaca Al-Qur`an……
Dari ke dua orang itu, orang mana yang menurut pak kiayi
bisa dikatakan sebagai orang yang baik?”…
Lalu pak kiayi menjawab “ Kedua orang tersebut adalah orang –
orang yang baik”.
Mendengar jawaban itu, santripun terkaget kaget,, dalam hati
“kok bisa,,, ????????”.
Kemudian pak kiayai melanjutkan “ Wahai santriku, Orang (pertama)
yang selalu berbuat maksiat, dan selalu melukai hati orang lain, bisa jadi
karena sholatnya, karena ngajinya itu, Allah memberikan hidayah kepadanya,
sehingga jadilah ia sebagai orang yang alim, yaitu orang yang rajin sholat dan
berakhlakul karimah.
Sedangkan orang yang ke dua, bisa jadi karena amal
kebaikannya kepada sesama itu, Allah ketuk pintu hatinya, sehingga ia pun bisa menjadi orang
yang ahli ibadah”.
Mendengar jawaban itu, santripun terteunduk malu.
Dari secuil cerita di atas, maka bisa kita ambil beberapa
hikmah :
- Tidak ada satupun dari kita yang tau nasip/keadaan kita di masa yang akan datang, sehingga jangan sampai kita menghakimi seseorang seolah – olah ia adalah orang yang hina, karena bisa jadi suatu saat Allah akan mengangkat derajatnya, dan bisa jadi pula kitalah yang dihinakan oleh Allah
- Anggaplah manusia sebagai manusia, jangan menganggap manusia seperti malaikat (Kata Gus Mus). Ketika kita menganggap teman atau saudara seperti malaikat, maka yang terjadi ketika teman atau saudara tersebut melakukan kesalahan, kita susah untuk memaafkan, namun sebaliknya, jika kita menyadari bahwa teman atau saudara kita itu juga sebagai manusia, maka kita akan memaklumi dan mau memaafkan jika mereka melakukan kesalahan, karena kita sadar bahwa manusia itu selamanya tidak akak lepas dari yang namanya kesalahan.
Dunia yang Melalaikan
Dalam islam,
hidup adalah suatu fase untuk mempersiapkan kematian. Fase dimana kita
berlomba-lomba untuk mengumpulkan bekal amalan sebanyak-banyaknya untuk di
akhirat. Sayangnya, tidak sedikit
manusia lalai dan terhanyut dengan arus “manisnya” dunia, sehingga hanya
fokus untuk menguras kenikmatan duniawi dan bersusah payah untuk memenuhi rasa
“haus” mereka akan gemerlapnya kehidupan dunia.
Wajar apabila kita selaku manusia memiliki rasa keinginan untuk
mendapatkan sesuatu, namun terkadang apa yang kita inginkan itu belum tentu
menjadi hal yang sebenarnya kita butuhkan dan kita tidak harus memenuhi rasa
ingin tersebut, seperti yang tercantum dalam Q.S. An-Naziat ayat 40-41, “Dan adapun orang-orang yang takut kepada
kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka
sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).”.
Trend lah yang
membuat kita merasa terkejar untuk bisa mengikutinya, dan gengsi lah yang
menjadi faktor pendorong terbesar. Gengsi sudah menjadi harga mati bagi mereka
yang sudah terlanjur terseret arus modern yang semakin lama semakin maju. Bagi
kaum hedon, sudah kewajiban mereka untuk mengikuti trend dunia tanpa memikirkan
“sebenarnya butuh banget gak sih?”. Mungkin dalam hati kecil mereka mengatakan
“jangan sampai aku kudet” atau “aku harus lebih kece dari dia”, atau mungkin
“jangan sampai aku dipandang rendah”. Gengsi memang segalanya untuk mereka yang
berfikir demikian.
Tidak sedikit
orang yang meninggal dunia dalam keadaan yang banyak harta, tapi sedikit pahala.
Hal tersebut bisa dilihat dari gaya hidupnya yang selalu berusaha mengejar
materi dan materi, sehingga lalai dalam ibadahnya dan menyampingkan peran Allah
dalam hidupnya. “Dunia adalah penyihir
yang lebih hebat dari Harut dan Marut, dan kamu harus menghindarinya.” (Syaikh
Abdul Qadir Al-Jailani). Sungguh orang yang merugi orang-orang yang bernasib
seperti itu. Mereka diberi umur yang panjang, tapi umur tersebut hanya
dihabiskan untuk menjadi budak uang di dunia.
Sepatutnya kita
bisa menyeimbangkan antara dunia dan akhirat. “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
(Q.S. Al-Qashash:77). Kenikmatan di dunia kadang melalaikan seseorang akan
kehidupan akhirat. Padahal Allah SWT memerintahkan kita agar menyeimbangkan
keduanya, karena sesungguhnya posisi kita di dunia hanyalah seperti musafir
yang hanya “mampir” untuk mencari minum dan selanjutnya berjalan menuju ke
tempat tujuan, yaitu akhirat. Dan semua harta benda yang kita miliki kelak akan
dipertanggung jawabkan di akhirat.
Dapat
disimpulkan bahwa kita sebenarnya boleh untuk mengais apa yang ada di dunia,
namun akan lebih bijaknya apabila kita menggunakan itu untuk jembatan kita
mendapatkan amal, contohnya seperti kita bekerja dan uang tersebut sebagian
disisihkan untuk dijalan Allah seperti shodaqoh, infaq dan lain sebagainya.
Karna jangan sampai uang kita hanya dihabiskan untuk memenuhi rasa gengsi yang
ada dalam diri kita J
Aidilla
Qurotianti
Perpustakaan
UMY
Selasa, 21 November 2017
KEDISIPLINAN DIRI
Kata orang-orang
yang sukses bahwa dengan kedisiplinan itu dapat membantu untuk mengubah
berbagai kegiatan menuju ke arah yang positif dalam rangka mencapai
kesuksesan.Dengan keuletan, kerja keras, dan kedisiplinan tinggi, orang atau
bangsa akan mencapai kesuksesan.
Kalau kita mau membaca dan
merenungkan sejarah, maka dapat dipahami bahwa naik turunnya peradaban manusia
itu dipengaruhi oleh keuletan, kerja keras, dan kedisiplinan bangsa itu
sendiri. Kiranya tidak ada bangsa yang unggul dalam peradaban tanpa kerja
keras, tekun, dan disiplin.
Pada masa Rasulullah Muhammad SAW
dan Khulafaur Rasyidin, umat Islam mengalami kejayaan.Hal ini bisa terjadi
antara lain berkat adanya kerja keras dan kedisiplinan. Demikian pula, kini
beberapa negara maju seperti Jepang, Korea,
Amerika Serikat, Malaysia, dan Singapura
mampu mencapai kemajuan lantaran masyarakatnya mampu bekerja keras dan
disiplin
Kini beberapa instansi pemerintah
maupun kantor-kantor swasta telah mampu nencapai kemajuan yang signifikan
antara lain sebagai hasil kedisiplinan pimpinan dan staf secara keseluruhan.
Kedisplinan merupakan faktor penting dalam peningkatan kualitas sumberdaya
manusia dan mencapai produktivitas yang
tinggi. Untuk itulah, maka kini ada sejumlah kantor yang menerapkan sistem
absensinya dengan berbagai cara untuk
mendisiplinkan staf. Sistem absensi ini ada yang masih tradisional sampai pada
yang berbasis teknologi informasi seperti barcode, magnetic card, atau proximinity. Pilihan teknologi informasi
ini biasanya diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang
teknologi informasi atau perusahaan yang berreputasi nasional/internasional.
Disiplin adalah melaksanakan
kegiatan tepat waktu sesuai prosedur, ketentuan, dan etika yang berlaku. Kemudian dalam melaksanakan kegiatan itu disertai
tanggung jawab yang tinggi. Tanggung jawab ini bukan sekedar tanggung jawab
administrasi, tetapi juga tanggung jawab moral. Sebab pada dasarnya setiap
individu itu harus mempertanggungjawabkan atas kegiatan yang dilakukakannya.
Seorang mahasiswa misalnya, harus
bertanggung jawab secara akademik kepada dosen atau lembaga pendidikan tempat
belajarnya. Secara moral, mahasiswa itu juga bertanggung jawab kepada Tuhan dan
kepada orang tua. Ilmu yang diperoleh itu nanti untuk apa. Apakah dengan ilmu
itu sekedar untuk gagah-gagahan, mencari jabatan, atau justru digunakan untuk
membohongi rakyat dan merugikan masyarakat. Semestinya dengan ilmu pengetahuan
itu untuk mensejahterakan atau memberi kemanfaatan kepada orang lain.
Demikian pula dengan bawahan harus
bertanggung jawab kepada atasannya. Pimpinan
juga harus mempertanggungjawabkan kepemimpinannya kepada yang dipimpin.
Kepala negara harus mempertanggung jawabkan kinerjanya pada periode tertentu
sesuai aturan yang ditetapkan masing-masing negara.
Pelaksanaan kegiatan tepat waktu merupakan salah satu upaya
efektivitas dan efisiensi. Dari sini akan diperoleh produktivitas yang tinggi.
Sebab waktu itu ibarat pedang yang apabila kita tidak dapat mematahkannya (memanfaatkannya)
justru pedang (waktu) itu akan membunuh (merugikan) kita sendiri.
Untuk bisa melaksanakan kegiatan
tepat waktu, maka perlu perencanaan dalam pemanfaatannya. Selagi muda hendaknya
memanfaatkan kesempatan muda ini secara disiplin untuk menyongsong hari tua.
Kita ini masih hidup, maka perlu disiplin dalam memanfaatkan hidup dan kehidupan
ini sebelum ajal menjemput kita.
Mungkin kita ini santai dan lenggang-kangkung ketika memiliki waktu
longgar. Kita cenderung memubadzirkan waktu/kesempatan. Nah, tentunya kita ini
mampu berpikir bagaimana memanfaatkan waktu senggang itu agar tidak menyesal di
waktu sibuk nanti.
Demikian halnya dengan
kesegarbugaran kita saat ini. Kita perlu memanfaatkan kesegarbugaran ini untuk melakukan aktivitas
yang bermanfaat untuk diri dan untuk orang lain. Nanti kalau sudah sakit, kita
tak kuasa lagi melakukan kegiatan itu. Maka kedisiplinan menjaga kesehatan
merupakan langkah bijaksana. Sebab menjaga
kesehatan pada hakekatnya adalah menjaga kekayaan. Nabi Besar Muhamamd
SAW merupakan contoh orang yang sangat disiplin dalam menjaga kesehatan.
Sepanjang hayat, beliau hanya sakit dua kali. Yakni pada pertengahan hidupnya
dan menjelang akhir hayatnya. Itu pun hanya sebentar dan tidak merepotkan orang
lain. Maka wajar apabila ada beberpa tokoh dunia seperti Napoleon Bonaparte dan
Van Goethe kagum dan memuji kedisplinan
beliau dalam menjaga kesehatan. Meskipun hanya dengan fasilitas yang serba
minim, beliau mampu menjaga kesehatan sejak ujung rambut sampai telapak kaki
dari tahun ke tahun.
Kedisiplinan beliau itu ditunjukkan
pada kebiasaan bangun menjelang fajar, makan setelah lapar, dan berhenti makan
sebelum kenyang, bila marah tanpa emosi, bila minum tidak bernafas, dan tidak
tersugesti bila dihadapkan pada kondisi (kesehatan) yang kurang
menguntungkannya.
Bangun Sebelum Fajar
Bangun sebelum fajar lebih nyaman dan menguntungkan dari pada bangun
setelah terbit matahari. Secara rohani dan jasmani, bangun pagi hari lebih
memberikan manfaat. Di pagi hari pikiran masih segar dan bisa digunakan untuk
belajar, menambah wawasan, membaca, atau membuat perencanaan kegiatan. Sedikit
asal ajeg itu lebih baik daripada banyak
tetapi angin-anginan.
Dari segi lain, dengan bangun pagi
kita dapat mendapatkan kesempatan bagus dalam usaha pemenuhan kebutuhan hidup.
Kalau kita bangun setelah terbit matahari, kesempatan itu telah diambil orang
lain. Maka ada yang mengatakan bahwa bangun kesiangan itu berarti rizkinya
telah dipatok ayam.
Makan setelah lapar, berhenti makan sebelum kenyang
Sebagaimana diketahui bahwa saluran
pencernaan
seperti lambung memiliki sifat sensitif terhadap perubahan yang tidak wajar
pada saluran itu. Ketidakteraturan makan baik dalam waktu dan jenis makanan
berpengaruh besar terhadap kondisi saluran pencernakan dan kesehatan tubuh pada
umumnya. Maka ada benarnya bahwa perut
itu bisa menjadi sumber segala penyakit (rohani dan jasmani).
Marah Tanpa Emosi
Marah yang disertai emosi
menunjukkan ketidakikhlasan bahkan menunjukkan
kebencian. Marah yang tidak emosional berarti ada usaha mencegah
seseorang atau kelompok dari perbuatan negatif dan mendorong untuk berbuat
positif disertai ketulusan hati. Jadi dalam
hal ini yang bicara bukan emosi/nafsu tetapi yang bicara adalah hati
yang penuh kasih sayang.
Dari segi kejiwaan, marah dengan
emosi akan mempengaruhi fisik. Sering marah atau pemarah besar cepat atau
lambat akan menimbulkan berbagai penyakit seperti gatal-gatal, sakit kepala,
rasa mual, dan bisa darah tinggi. Bahkan tidak sedikit diantara pada pasien
darah tinggi ini berlanjut pada stroke, lumpuh, bahkan meninggal secara
mendadak.
Minum Tidak Sambil Bernafas
Nabi Muhammad SAW selalu minum dari
wadah yang tertutup. Sebab wadah yang terbuka sangat mudah kena debu dan
kotoran lain yang mungkin mengandung penyakit tertentu. Minum dengan bernafas
pun juga tidak baik menurut ilmu kedokteran. Sebab cara minum ini dapat
menimbulkan batuk-batuk ringan, radang tenggorokan, dan radang paru-paru.
Tidak Tersugesti Dengan Kondisi Yang Kurang Menguntungkan
Orang yang mudah tersugesti berarti sangat mudah dipengaruhi.Orang semacam ini kadang
tidak memiliki keteguhan hati yang kuat.
Mereka mudah terpengaruh oleh keadaan yang sebenarnya keadaan itu hanya sepele.
Sehubungan dengan mudah tersugesti ini, maka keadaan tersebut bisa menjadi malah
besar.
Disiplin merupakan faktor luar diri
manusia atau bersifat eksternal. Disiplin atau kedisiplinan memerlukan
perlakuan khusus a. Maka ada yang mengatakan bahwa untuk bisa disiplin itu
harus mau mengerjakan sesuatu yang sebenarnya tidak disukainya.
Ibadah yang dilakukan dengan baik,
akan membentuk pribadi yang disiplin asal dilaksanakan sesuai waktu, cara,
syarat, rukun, dan tempat. Kemudian agar kedisiplinan itu dapat tumbuh dan
berkembang, perlu adanya lingkungan yang kondusif. Disamping itu perlu
dikembangkan terus menerus mentalitas
approach dan conditional approach
dalam setiap proses pendidikan.
Lasa Hs
Perpustakaan UMY
Kamis, 16 November 2017
Kesombongan
Eko November 16, 2017
Manusia diciptakan di muka bumi ini memiliki kelebihan dan kekurangan satu dari yang lain.Dengan kelebihan itu seyogyanya manusia bersyukur. Sebaliknya dengan adanya kekurangan, maka selayaknya mereka itu sabar.
Namun demikian, dalam kehidupan sehar-hari tidak sedikit orang yang diberi kelebihan justru sombong dan merendahkan orang lain. Orang bisa saja sombong lantaran diberi kelebihan harta, jabatan& kekuasaan, keturunan,dan ilmu
Memang ada orang yang diberi kelebihan harta entah itu berasal dari warisan, hasil kerja keras atau penemuan. Dengan kekayaan yang melimpah itu dikiranya mereka mampu menggapai segala yang diinginkannya. Dengan harta dikira semua bisa diatur, semua orang bisa diperintah, dibentak-bentak dan lainnya. Kadang tidak disadari bahwa harta yang diburu sejak bangun tidur sampai tidur lagi itu malah menjebak dan menipu bagaikan fatamorgana.
Kisah Qarun menjadi pelajaran menarik bagi mereka yang menyombongkan harta. Qarun diberi anugerah harta yang melimpah dan itu tidak mengakui bahwa kekayaan itu dari Allah. Qarun mengklaim bahwa kekayaan itu diperolehnya melalui kepandaian/ilmu dan kerja kerasnya. Tidak ada campur tangan Tuhan disitu, katanya.. Alquran S. Al Qashash: 76 menyatakan yang artinya: Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Nabi Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri”.
Nasib Qarun memang mengenaskan yakni seluruh harta kekayaan, bahkan Qarun sendiri hancur ditelan bumi. Hal ini dinyatakan dalam Alquran S.Al Qashash: 81 yang artinya:
“Maka Kami benamkan dia (Qarun) bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang menolongnya selain Allah, dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri”.
Ternyata harta yang dicari siang malam itu kalau tidak hati-hati justru mengenaskan pemiliknya. Tanah luas, rumah mewah, mobil model mutakhir tau-tau disita negara. Hal ini terjadi karena dalam menjalankan kehidupan dan kekuasaan tidak amanah. Mereka bangga dengan memamerkan kekayaan yang justru ujung-ujungnya menghabiskan sisa hidupnya di penjara.
Demikian pula halnya dengan pangkat dan jabatan, yang kadang membuat orang menjadi pongah dan sombong. Ketika ingin meraih kekuasaan, mereka mengumbar janji simpati. Berbagai cara mereka tempuh untuk menjadi pejabat penting Sejak tidur di makam-makam tokoh sampai mandi kembang tiap malam Jum’at, bahkan minta wansit pada ular yang hidup di suatu sendang. Setelah terpilih menjadi orang penting, lalu muncul sikap aslinya yakni sombong sebagai pejabat karena memiliki kekuasaan.Padahal jabatan yang dipangkunya itu hanya beberapa tahun.
Kalau tidak hati-hati, dengan jabatan itu justru menjadi sengsara. Fir’aun mati mengenaskan tenggelan di Laut Merah karena kesombongan kekuasaan. Fir’aun telah menunjukkan keangkuhan, kecongkakan, dan ksewenang-wenangan pada rakyatnya. Kekejaman dan kebengisan Fira’un ini digambarkan Allah dalam Q.S. Al Qashash: 4:
Artinya: “ Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir’aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan”.
Kepongahan, arogansi, dan kesombongan Fir’aun ini hendaknya menjadi pelajaran bagi kita bahwa akhir sikap ini adalah kehinaan dan kenistaan. Apalah artinya sombong jabatan kalau toh akhirnya tanah, rumah, dan rekening disita KPK/negara. Mereka menghabiskan sisa hidupnya di penjara. Isteri lepas dan anak-anak merana.
Untuk itu bagaiamanaa nasib Fir’aun yang notabene melambangkan kesombongan itu. Dalam Q.S. Al A’raf: 136: yang artinya:” Kemudian Kami menghukum mereka, maka Kami tenggelamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat Kami itu”.
Orang bisa sombong lantaran keturunan. Mereka bangga dengan nenek moyangnya. Memang ada orang yang merasa lebih karena masih keturunan darah biru, anak cucu orang terkenal. Mereka tidak mau bergaul denan orang-orang kebanyakan. Bahkan mereka menolak informasi, ajaran, dan dalil yang datang dari luar garis keturunan. Maka benar bahwa kesombongan itu bisa menolak kebenaran, karena nuraninya tertutup oleh berbagai kepentingan
Disamping itu, kesombongan dan kepongahan bisa menimpa pada para intelektual. Mereka yang memiliki kemampuan bidang tertentu merasa lebih hebat dari yang lain. Lulusan dari perguruan tinggi tertentu kadang merasa lebih berkualitas dari lulusan perguruan tinggi lain. Demikian pula mereka yang lulusan luar negeri sering merasa lebih berbobot dari lulusan dalam negeri. Mereka kadang kurang menyadari bahwa wafauqa dzi ‘ilmin alim.(Di atas orang pintar masih ada lagi yang lebih pintar)
Sikap sombong/kibr, takabur adalah sikap bahwa dirinya merasa lebih tinggi, lebih hebat, dan lebih agung dari yang lain. Sikap ini akan menjauhkan diri dari yang lain dan akan membentuk kelompok-kelompok kelas elit.
Penyakit sombong, pongah,congkak ini dapat menghapus kebaikan dan jasa orang itu. Apabila sikap ini dikembangkan dapat merusak akidah. .
Apabilasikap ini telah berakar dalam hati dan selalu bersikap sombong dalam kehidupan kesehariannya, maka penyakit ini sulit dihilangkan. Untuk itu sikap ini perlu dipahami dan diantisipasi sebelumnya.
Bahaya sombong
Untuk menghindarkan diri dari sikap smbong ini, perlu dipahami bahaya-bahaya yang ditimbulan dari sikap ini antara lain:
Terhalang dari kebenaran
Kesombongan dapat menutup akal sehat dan menyelimuti hati nurani. Oleh karena itu orang yang sombog tak dapat membedakan manayan terang dan mana yang gelap. Telinga tertutup dari saran dan masukan dari orang lain meskipun yang disampaikan itu merupakan kebenaran. Dalam hal ini Allah berfirman dalam Q.S.: Al A’raf: 146 yang artinya: “Aku akan memalingka dari tanda-tanda (kekuasaanKu) orang-orang yang menyombongkan diri di bumi tanpa alasan yang benar”
Mendapat balasan neraka dan azab/siksa yang pedih
Keagungan, kebesaran, kekayaan, dan kemuliaan itu sebenarnya mutlak milik Allah. Manusia hanya diberikan sangat sedikit dari kelebihan-kelebihan itu. Tentunya dengan kelebihan-kelebihan itu seseorang harus bersyukur. Sebab tidak semua orang diberikan kelebihan harta, kekuasaan, keturnan, maupun kelebihan ilmu pengetahuan. Dalam hadits Qudsi Allah berfirman,yang artinya:”Kesombongan itu adalah pakaian kebesaran-Ku dan keagungan itu adalah kain penghias-Ku. Oleh karena itu,siapa saja yang menyaingi Aku pada salah satu dari keduanya, maka Aku akan memasukkannya ke dalam Neraka Jahannam”
Tidak disukai Allah
Sikap menjunjung diri dan merendahkan orang lain ini merupakan salah satu sikap yang tidak disukai Allah SWT, baik itu sombong ilmu,sombong kekuasaan, sombong keturunan, maupn sombong harta/kekayaan. Dalam hal ini Allah menyatakan dalam Q.S Lukman: 18 ,yang artinya: Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yan sombong dan membanggakan diri:.
Hina di dunia dan akhirat
Sikap sombong tidak hanya dimurkai oleh Allah, tetapi menusiapun muak melihat kesombongan dan pamer kekayaan misalnya dengan pamer akiknya seharga sekian milyar, rumahnya di hampir tiap kota, mobilnya model mutakhir. Sikap pamer di media publik ini justru menyakitkan orang lain terutama bagi orang miskin yang cari makan sendiri saja susah.
Dalam pentas kehidupan kita, dapat disimak bagaimna akhir dan nasib
orang-orang yang sombong. Dalam kenyataan, ribuan tanah mereka akhirnya diberi papan bertuliskan; Tanah Ini Disita oleh KPK atau Rumah ini menjadi pengawasan Kehakiman dan lainnya..
Menyikapi kesombongan ini, Imam Ghozali dalam bukunya “Minhajul Abidin mengutip perkataan Hatim yang menyatakan:”Hindarilah bertemu kematian dalam tiga keadaan; sombong, rakus, dan angkuh. Orang yang sombong itu tidak akan bertemu kematian sebelum dihinakan oleh keluarga, kerabat, dan pelayannya. Sedangkan orang yang rakus, ia tidak akan menemui kematian sebelum hidup dalam kekurangan makanan dan minuman. Bagi orang yang angkuh, tidak dikeluarkan oleh Allah swt dari dunia ini (kematian) sebelum dilumuri oleh kencing dan kotorannya sendiri. Siapa saja yang bersikap sombong atas sesuatu yang tidak dibenarkan, maka Allah swt akan mewariskan kepadanya kehinaan yang tidak ada kebaikan sedikitpun padanya::
Lasa Hs
Universitas Muhammmdiyah Yogyakarta.
Rabu, 15 November 2017
Pustakawan FPPTMA Kembali Eksis dalam CFP Nasional
Eko November 15, 2017
Kamis, 16 - 18 November 2017 Perpustakaan UNILA bersama FPPTI Lampung, serta Dinas Perpustakaan Kearsipan Provinsi Lampung mengadakan sebuah seminar dan call paper dengan tema "Perpustakaan sebagai inkubator inovasi dan kreativitas sumber daya manusia dan teknologi informasi".
Alhamdulilah, berkat motivasi dari masing - masing pimpinan perpustakaan, serta dorongan dari sesama anggota FPPTMA, banyak pustakawan FPPTMA yang esksis menjadi pemakalah pada acara kalini. Diantaranya adalah :
UMS
1. Cahya K.W.
UMY
1. Arda Putri W.
2. Laela Niswatin
3. Aidilla Q.T.
4. Eko Kurniawan
5. M. Jubaidi
UAD
1. Tedy Setyadi.
2. Ana P.
3. Nanik A.
4. Gretha
5. Ardiansyah
6. Maria Dwi Harbono
7. Didit Setia Budi
STIKes Aisyah
Pringsewu-Lampung
1. Aminuddin
UMJ
1. Rismiyati
Alhamdulilah, berkat motivasi dari masing - masing pimpinan perpustakaan, serta dorongan dari sesama anggota FPPTMA, banyak pustakawan FPPTMA yang esksis menjadi pemakalah pada acara kalini. Diantaranya adalah :
UMS
1. Cahya K.W.
UMY
1. Arda Putri W.
2. Laela Niswatin
3. Aidilla Q.T.
4. Eko Kurniawan
5. M. Jubaidi
UAD
1. Tedy Setyadi.
2. Ana P.
3. Nanik A.
4. Gretha
5. Ardiansyah
6. Maria Dwi Harbono
7. Didit Setia Budi
STIKes Aisyah
Pringsewu-Lampung
1. Aminuddin
UMJ
1. Rismiyati
Senin, 13 November 2017
JANGAN TAKUT GAGAL.
“Tidak penting berapa
kali anda gagal, yang penting berapa kali anda bangkit “. (Abraham Lincoln).
Kata-kata itu dilontarkan oleh seorang anak manusia yang
berkali-kali mengalami kegagalan. Namun toh dengan kegagalannya itu akhirnya
berhasil menjadi orang nomor satu
Amerika Serikat di usianya yang ke 51. Wajahnya yang keras itu pernah
menghiasi dolar Amerika Serikat.
Pria kelahiran tahun 1809 itu, dulu ketika masih berumur
7 (tujuh) tahun dia dan keluarganya diusir dari tanah miliknya. Kemudian pada
umur 9 tahun, ibunya meninggal dunia.
Pada umur 22 tahun, ia bekerja sebagai staf administrasi suatu toko.
Namun karena terlibat hutang, dia lalu dipecat. UntUk melunasi hutangnya
diperlukan waktu untuk mengangsur selama 17 tahun.
Penderitaan dan kegagalan ini tidak membuat anak manusia
yang berhati baja ini loyo dan cepat menyerah. Justru dengan kegagalan itu dia
bangkit dan bangkit lagi. Diapun nekad untuk mencalonkan diri sebagai anggota
legislatif dan kali ini juga gagal. Lalu ia mencoba berbisnis lagi dan usaha
ini ternyata bangkrut. Sementara kepedihan satu belum sirna, lalu muncul
kepedihan lain yakni ditinggal mati kekasihnya yang bernama Ann Rutledge.
Ketika memasuki usia 31 tahun, ia kembali nekad mencalonkan
diri sebagai anggota legislatif dan gagal lagi. Kemudian pada usia 34 tahun dan
39 tahun ia mencoba mencalonkan diri sebagai anggota Kongres dan kali ini juga gagal. Bahkan saat itu ditinggal mati
ketiga anak-anaknya (satu berumur 4 tahun dan yang lain umurnya tidak sampai 18
tahun).
Penderitaan demi penderitaan ini tidak membuatnya
frustasi dan tidak kehilangan semangat hidup. Justru dengan berbagai kegagalan
ini akan menempa diri seseorang untuk semakin tangguh dalam menggapai cita-cita
luhur. Semangat yang luar biasa ini mendorongnya untuk mencalonkan diri sebagai
angggota Senat Amerika Serikat di usianya yang ke 45. Kenekadannya ini semakin
menjadi dengan mencalonkan diri sebagai Presiden Amerika Serikat di umurnya
yang ke 47. Untuk pencalonan ini memang gagal. Namun dengan semangat baja,
keuletan, kelincahan, dan keberanian akhirnya toh cita-cita luhur sebagai
Presiden Amerika Serikat itupun tercapai
di usianya yang ke 51.
Ini sepenggal kisah seorang anak manusia yang bernama
Abraham Lincoln yang sejak kecil nasibnya terlunta-lunta. Kegagalan dan
penderitaan selalu menyelimuti kehidupannya. Kegagalan dan penderitaan yang
bertubi-tubi itu antara lain; diusir dari tanah kelahirannya sendiri, ditinggal
mati oleh orang-orang yang dicintainya (anak, kekasih, dan ibunya) dan
kegagalan menggapai cita-cita sebagai
anggota Senat, maupun anggota Kongres. Bagi mereka yang tidak kuat iman dan
jiwanya, dengan penderitaan semacam ini mungkin membuat orang itu sakit jiwa,
stress, frustasi, bunuh diri, atau masuk penjara.
Dari berbagai kepedihan dan penderitaan yang dialaminya
itu akhirnya beliaupun memberikan pesan :”Tidak penting berapa kali anda gagal,
yang penting berapa kali anda bangkit”.
Keteguhan hati
Berbagai macam penderitaan yang menimpa seseorang bisa
membuat patah semangat terutama bagi mereka yang nyalinya kecil. Sebaliknya,
berbagai penderitaan itu justru akan mendorong seseorang untuk bangkit dan
bangkit lagi lantaran orang itu memiliki keteguhan hati.
Keteguhan merupakan kekuatan yang mampu mendorong
seseorang untuk mencapai kesuksesan meskipun harus mengalami kondisi yang
menyulitkannya. Dengan keteguhan hati seseorang dapat mencapai prestasi
gemilang meskipun tadinya biasa-biasa saja. Salah satu contoh adalah Kolonel
Sander’s si pendiri dan pemilik Kentucky Fried Chicken. Pensiunan ini memiliki
keteguhan hati dalam meraih keberhasilan. Dia tidak ingin menggantungkan
nasibnya pada bantuan sosial. Kemudian ia mendirikan usaha penyajian ayam
goreng. Beliau tidak segan-segan menawarkan sajian ayam goreng itu dari satu
restoran ke restoran lain bahkan dari satu kota ke kota lain. Dengan keteguhan
hati, akhirnya ada juga restoran yang mau menerimanya. Usaha ini dikelola
dengan sabar, telaten, ulet, dan kreatif. Akhirnya perkembangan usaha ini
sampai ke berbagai mancanegara. Di Indonesia sendiri juga banyak berdiri
Kentucky Fried Chicken di beberapa kota.
Menghadapi kesulitan atau kondisi belum sukses perlu
keteguhan hati. Maka tidak berlebihan bila Ray Kroc si mantan Kepala Cabang
Restoran cepat saji McDonald mengatakan :”Jalani terus. Di dunia ini tidak
mungkin ada yang bisa menggantikan posisi kebulatan tekad (keteguhan). Hanya
mengandalkan bakat saja tidaklah cukup. Banyak sekali orang yang memiliki
bakat, tetapi mereka gagal. Hanya mengandalkan intelektual saja tidaklah cukup
karena banyak sekali orang pintar yang tidak bisa memetik manfaat dari
keintelektualannya. Hanya mengandalkan pendidikan saja tidaklah cukup karena
seorang ilmuwan dikelilingi oleh para murid yang kurang menghargainya. Akan
tetapi, kebulatan hati (keteguhan) mampu untuk melakukan segalanya (Ibrahim
Elfiky, 2005: 136).
Optimis
Optimis adalah harapan lebh baik di masa mendatang. Orang
yang optimis akan memiliki pandangan jauh ke depan dan berusaha untuk mencapai
keadaan yang lebih baik daripada keadaan sekarang. Apapun yang terjadi, orang
ini tetap memiliki harapan sukses lebih besar dari pada orang lain. Kesuksesan
ini tidak harus diukur dengan materi, pangat, jabatan, maupun kedudukan.
Harapan ini ibarat sebuah mobil yang membawa seseorang ke tempat tujuan. Orang
yang optimis, insya Allah apa yang
dikehendakinya akan tercapai asal mau berusaha sekuat tenaga, berani
menderita. Sebab jaman sekarang tidak ada istilah tenguk-tenguk nemu getuk
(diam saja menunggu rizki datang). Justru sekarang ini tenguk-tenguk remuk
(kalau diam saja akan hancur sendiri). Maka kalau mau mamah (makan) harus obah
(berusaha). Oleh karena itu secara sederhana dapat dikatakan bahwa harapan
secara total akan menjadi kenyataan dalam hidup seseorang asal serius dalam
merealisirnya.
Akal dalam diri manusia ibarat magnet dalam ilmu
metafisika. Magnet ini akan menarik situasi, lingkungan, keinginan, dan tugas
pada pikiran yang serupa. Ketika seseorang memikirkan sesuatu yang positif,
maka hal-hal yang positif pula akan mengikutinya. Demikian pula dengan yang
negatif. Ketika orang berpikiran negatif (menjadi orang yang negatif) , maka
hal-hal yang negatif pula yang mengelilinginya. Kalau orang berpikiran (senang,
hobi) sepak bola, maka bacaannya, kawannya, bahkan kamarnya bernuansa sepak
bola. Demikian pula orang yang berpikiran/bergelut di bidang bisnis. Otaknya,
pergaulannya, dunianya siang malam adalah dunia bisnis.
Orang-orang yang optimis tidak takut akan kesulitan dan kegagalan. Kegagalan justru
dijadikan sebagai pelajaran dan kekuatan. Bukankah Henry Ford si raja mobil itu
bolak-balik gagal dan pernah bangkrut. Demikian pula dengan Bung Karno yang
berulang kali dipenjara bahkan nyaris terbunuh ketika menggerakkan revolusi
kemerdekaan dan memimpin negeri ini. Dipenjara secara politis lebih terhormat
daripada dipenjara karena korupsi.
Mereka yang optimis menyadari bahwa kualitas hidup itu
tergantung sejauh mana respon/tanggapan seseorang terhadap kejadian dan
fenomena yang terjadi. Kalau orang itu tidak responsif terhadap fenomena yang
dialaminya terutama fenomena yang menyangkut kepentingan masyarakat luas, maka
sulit diharapkan adanya kualitas hidup pada orang itu. Mereka cenderung
memikirkan apa yang terjadi pada dirinya. Padahal kualitas hidup itu 10 %
ditentukan oleh apa yang menimpa seseorang dan yang 90 % tergantung
respons/tanggapan seseorang terhadap kejadian-kejadian tersebut. Maka disinilah
perlunya orang itu harus bersikap proaktif dalam merespon kejadian-kejadian
yang mereka alami, lihat, dengar, dan rasakan.
Proaktif menurut Stephen R. Covey adalah keleluasaan,
kebebasan, dan kemampuan untuk memilih respon-respon terhadap apa yang menimpa
seseorang berdasarkan nilai-nlai yang mereka anut. Mereka mampu mengembangkan
dan memberdayakan karunia Allah yang berupa kesadaran diri, hati nurani,
imajinasi, dan kebebasan.
Kesadaran diri adalah perasaan yang timbul pada diri
manusia akan eksistensi dirinya sebagai manusia dan kesadaran untuk bertindak
sebagai pengejawantahan eksistensi dirinya. Dengan kata lain aku berbuat karena
aku ada.
Hati nurani yang merupakan karunia Allah itu merupakan
landasan moral seseorang untuk bertindak dan berperilaku berdasarkan tuntunan
Allah SWT. Nurani inilah yang akan menghubungkan diri orang dengan kearifan
jaman dan kebijaksanaan hati, memahami bakat dan minat, dan menentukan visi dan
misi hidupnya.
Orang-orang
yang proaktif akan memiliki imajinasi kreatif. Yakni kemampuan melihat jauh ke
depan, mampu memberikan tanggapan, dan mampu mencari solusi dengan
kegiatan-kegiatan yang sinergis. Imajinasi kreatif ini adalah fokus dari
gerakan visualisasi dan kekuatan pikiran. Kekuatan pikiran ini juga disebut
positive thinking (Vincent Peale dkk), possibility thinking (Robert Schuller
dk), ateral thinking (Edward de Bono), psycho-cybernetics (Maxwell Malzt)
(Harefa, 2005: 130)
Manusia memiliki kebebasan dalam bertindak.Namun
kebebasan ini juga sebenarnya dibatasi oleh kebebasan orang lain. Kebebasan di
sini berarti kemauan untuk menemukan jalan dalam mengatasi problema yang
terjadi. Mereka yakin bahwa segala problema pasti ada solusinya. Dengan kata
lain, dimana ada kemauan tentu ada jalan, tiada derita tanpa prestasi/no pain
no gain
Lasa Hs
Perpustakaan UMY
Jumat, 03 November 2017
Launching Lomba Desain Banner Perpustakaan sebagai Pembuka Pelatihan Literasi Informasi oleh Perpustakaan UNISA Yogyakarta
Kamis, 2 November 2017 bertempat di Kampus
Terpadu Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, telah terlaksana pelatihan literasi
informasi dan Muswil Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Muhammadiyah
‘Aisyiyah/FPPTMA. Pelatihan literasi informasi kali ini dengan subyek pelatihan
pada reference management dan akses eresources bagi Pustakawan Perguruan
Tingi Muhammadiyah ‘Aisyiyah se Indonesia. Peserta yang berasal dari Aceh
sampai Papua sangat bersemangat mengikuti pelatihan ini. Materi reference management yang dipelajari
adalah Zotero, yang disampaikan oleh Pustakawan handal, sekaligus Kepala
Perpustakaan FT UGM, Bp. Purwoko, SIP., MA. Apa itu Zotero, apa manfaatnya, dan
bagaimana cara mengaplikasikannya sebagai reference
management dipelajari oleh Pustakawan FPPTMA secara bersama di UNISA
Yogyakarta.
Materi lain dalam pelatihan ini adalah akses eresources Proquest yang disampaikan
oleh Bp. Dwi Janto Suandaro. Bagaimana cara mengakses berbagai data base yang
ada dari Proquest disampaikan, termasuk bagaimana mengelola hasil akses secara
lebih efekti dan efisien. Materi pelatihan bias diakses di https://lib.unisayogya.ac.id/materi-pelatihan.
Pelatihan ini sangat bermanfaat bagi pengembangan Perpustakaan PTMA.
Irkhamiyati, M.IP, ketua panitia sekaligus Kepala UPT Perpustakaan UNISA
Yogyakarta menyampaikan bahwa pustakawan PTMA harus terus berkembang untuk
turut berkontribusi nyata bagi civitas akademikanya.
Hal itu juga didukung oleh Wakil Rektor II UNISA
Yogyakarta, Ibu Yuli Isnaeni, M.Kep., Sp.Kom, yang mewakili Rektor UNISA Yogya
dalam memberikan sambutan dan membuka acara pelatihan. Bu Yuli menyampaikan
bahwa Perpustakaan PTMA sebagai jantungnya perguruan tinggi sudah seharusnya
terus maju dan mengembangkan diri untuk mendukung kemajuan perguruan tingginya.
Berbagai hal dapat dilakukan untuk mengembangkan perpustakaan termasuk
meningkatkan daya tarik layanannya. Oleh karena itu, untuk membuka pelatihan
ini sekaligus dilakukan launching Lomba
Desain Banner Perpustakaan UNISA Yogyakarta, yang bertujuan untuk lebih
meningkatkan daya tarik mahasiswa dalam memanfaatkan layanan Perpustakaan UNISA
Yogyakarta. (Irkhamiyati)
MUSWIL FPPTMA di Perpustakaan UNISA Yogyakarta
Kamis, 2 November 2017 bertempat di Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta, telah terlaksana Musyawarah Wilayah/Muswil Forum
Perpustakaan Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah/FPPTMA. Muswil diikuti
oleh Pustakawan Perguruan Tingi Muhammadiyah ‘Aisyiyah se Indonesia. Peserta
berasal dari berbagai PTMA se Indonesia, mulai dari UM Aceh, UM Bengkulu,
UHAMKA, UM Tasikmalaya, Stikes Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan, STIE
Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan, UM Semarang, UM Purworejo, UM Purwokerto,
UM Surakarta, UMY, UAD, UM Magelang, Politeknik Muhammadiyah Magelang, Stikes
Muhammadiyah Gombong, STT Muhammadiyah Kebumen, Stikes Muhammadiyah Klaten,
STAIM Klaten, Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta, Stikes ‘Aisyiyah Surakarta, UM
Sidoarjo, UM Malang, UM Banjarmasin, UM Makasar, STIE Muhammadiyah Mamuju, UM
Sorong Papua, dll.
Muswil diawali dengan pemaparan kepengurusan
FPPTMA Korwil/Koordinator Wilayah DIY Jawa Tengah Selatan. Pemaparan program
kerja juga disampaikan untuk memberikan gambaran bagi Pengurus Korwil lainnya
se Indonesia. Muswil ini sangat bermanfaat untuk pengembangan Perpustakaan
PTMA. Irkhamiyati, M.IP, sebagai pengurus pusat FPPTMA sekaligus Kepala UPT
Perpustakaan UNISA Yogyakarta menyampaikan bahwa Muswil dilakukan sesuai dengan
jadual yang sudah ditentukan. Muswil sebagai ajang sharing antar sesama pustakawan PTMA sekaligus sebagai bentuk
sinergi dan realisasi kerjasama. Lasa Hs, selaku Ketua FPPTMA berharap agar
Kepengurusan Korwil lainnya segera terealisasi, untuk mempermudah koordinasi
dan mewujudkan kemajuan Perpustakaan PTMA se Indonesia. Pada acara Muswil juga
dilakukan penandatangan dan serah terima Naskah Kerjasama antara Perpustakaan
UNISA Yogyakarta dengan Stikes Muhammadiyah Gombong, dan antara Perpustakaan UM Magelang dengan UM
Bengkulu. (Irkhamiyati)
Rabu, 01 November 2017
BEKERJA KERAS MENGGAPAI KESUKSESAN
Setiap orang pasti ingin maju daan berhasil dalam
kehidupan mereka. Hari ini diusahakan lebih baik dari kemarin. Besok harus lebih maju dari sekarang. Sedangkan untuk
mencapai keberhasilan orang harus bekerja keras, ulet, rajin, dan sabar. Artinya harus
berusaha dan tidak malas.
Kemajuan dan keberhasilan seseorang
akan tercapai antara lain karena memahami makna hidup. Hidup adalah anugerah
Allah yang sangat berharga. Anugerah itu harus disyukuri antara lain dengan
melakukan dan
menghaslkan sesuatu yang positif. Salah satu pilihan untuk menghasilkan yang
positif adalah bekerja. Bekerja memiliki banyak makna dan bukan sekedar mencari uang. Bekerja dapat
dinilai sebagai bentuk syukur dan ibadah kepada Allah. Sebab dengan melakukan suatu pekerjaan
berarti kita memanfaatan potensi diri untuk orang lain.
Putaran otak, gerakan tangan,dan langkah kaki
untuk menggapai kemanfaatan itu sebenarnya merupakan langkah positif meskipun
belum menghasilkan. Agama apapun tidak mengajarkan pengikut-pengikutnya untuk
bermalas-malasan.Pada umumnya agama-agama dunia menganjurkan umatnya untuk
berusaha dan bekerja. Sebab dengan melakukan pekerjaan atau bekerja akan
menaikkan status seseorang dan tidak menjadi beban orang lain.
Suatu ketika Rasulullah Saw kedatangan seorang
laki-laki yang mengadukan kefakirannya. Mendengar keluhan itu, lalu Rasulullah
Saw memberikan 2 (dua) dirham dan bersabda :”Apakah kamu memiliki sesuatu ?.
“Tidak wahai Rasulullah Saw”, jawab orang itu. Lalu orang itu diberi uang
sebanyak 2 (dua) dirham lagi oleh Rasulullah Saw dan beliau sambil
bersabda:”Terimalah uang ini. Belilah makanan sekedarnya untuk kamu dan
keluargamu. Sisanya cobalah belikan kampak. Dengan kampak itu engkau mencari kayu
di hutan lalu juallah kayu itu untuk memenuhi kebutuhanmu yang lain “. Setelah
15 (lima belas) hari dari pertemuan itu, lelaki itu sowan kepada Nabi Muhammad
Saw dan matur :”Wahai Rasulullah, Alhamdulillah sungguh Allah telah memberikan
berkah kepada kami sekeluarga sebagaimana Rasul perintahkan kepada kami.
Alhamdulillah kini kami telah mengumpulkan uang sebanyak 10 (sepuluh) dirham
dari penjualan kayu yang kami peroleh dari hutan. Uang yang 5 (lima) dirham
saya gunakan untuk membeli makanan untuk anak isteri saya, dan yang 5 (lima)
dirham saya gunakan untuk membeli pakaian mereka:. Mendengar cerita ini,
Rasulullah Saw nampak berkenan lalu bersabda :”Hal itu lebih baik kamu lakukan
daripada kamu meminta-minta kepada orang lain”.
Orang-orang yang bekerja dalam bidangnya dengan
baik akan memberikan makna dalam kehidupan dan namanya akan dikenang sepanjang masa. Sekecil
apapun pekerjaan seseorang asal dilakukaan dengan tekun dan baik, maka akan
memberikan makna tersendiri. Dalam hal ini Martin Luther Jr.pernah mengatakan
:” Kalau anda terpanggil menjadi tukang sapu jalan, maka sapulah jalan secara
baik seperti Michelangelo melukis atau Bethoven mengubah musik. Bahkan seperti
Shakespeare menulis sajak. Sapulah jalan itu sehingga semua penghuni surga dan
bumi akan berhenti sejenak untuk mengatakan :”Di sini pernah hidup seorang
tukang sapu yang hebat yang sangat baik kerjanya”.
Keberhasilan tidak saja datang dari langit dan
tidak otomatis tumbuh dari bumi. Keberuntungan tidak bisa dicari di Gunung Kawi atau menunggu tokek
berbunyi. Orang sukses adalah orang yang berusaha, mampu mengatasi kendala, dan
memeroleh sesuatu yang diinginkan. Pemalas adalah orang yang enggan bekerja,
takut gagal, dan sedikit-sedikit mana uangnya.
Orang yang berusaha adalah orang yang mampu
memaknai hidup. Mereka yang malas tidak paham apa itu makna hidup. Bekerja itu
merupakan salah satu upaya memberikan makna dalam kehidupan.
Apabila orang memahami bahwa bekerja itu
merupakaan makna hidup, maka dia akan merasa bahagia dalam melaksanakan
pekerjaan/tugas. Sekecil apapun pekerjaan seseorang asal dilaksanakan dengan baik dan senang,
maka akan mendatangkan keberhasilan dan kebahagiaan.
Untuk memeroleh hasil yang diharapkan, orang harus
berani berkompetisi dalam berebut kesempatan secara elegan. Bukan sekedar kasak
kusuk, kalau cuma begitu aku pasti lebih baik. Oleh karena itu bangun pagi lalu melakukan
aktivitas merupakan salah satu sikap
siap untuk berkompetisi. Sebab bangun siang hari, rizkinya sudah dipatuk ayam.
Berkaitan dengan kompetisi dan berebut kesempatan
ini, Rasulllah Saw memerintahkan umatnya untuk bangun pagi. Kemudian segera
melakukan shalat fajar sebanyak 2 (dua) rekaat yang tentunya dilanjutkan
melakukan shalat shubuh.Berkaitan dengan shalat fajar inilah, beliau menyatakan
bahwa kebaikan shalat fajar itu lebih baik daripada dunia seisinya. Artinya
dengan shalat fajar itu orang akan bangun pagi lalu melakukan kegiatan yang
produktif. Pengertian ini bukan berarti bahwa setelah selesai melaksanakan
shalat shubuh lalu tidur lagi yang berarti malas-malasan. Nah, berkaitan dengan
bermalas-malas inilah suatu ketika Rasulullah Saw menghampiri putrinya Fatimah
yang sedang malas-malasan setelah selesai melaksanakan shalat shubuh.Melihat
putrinya yang sedang bermalas-malasan itu, beliau menghampirinya sambil
menggoyang-goyang tubuh putrinya itu pelahan dan bersabda :” Wahai putriku,
bangunlah dan sambutlah rizki Allah dan jangan lalai. Sebab
Allah itu membagi-bagi rizki kepada manusia antara terbit fajar sampai matahari
terbit” (H.R. Baihaqi).
Kemalasan akan melahirkan penyesalan. Kemalasan membuat orang enggan
beranjak, tangan malas bergerak, kaki berat melangkah, pikiran terbelenggu, dan
kemauan beku. Kemalasan membuat hidup menjadi redup, langkah mundur, mata
tertidur pulas mendengkur. Sikap inilah yang membuat orang atau komunitas
ketinggalan dari yang lain. Untuk itu Rasulullah Saw pernah bersabda :”Beberapa
hal yang sangat aku khawatirkan akan menimpa umatku yakni besar perut (serakah,
tamak, suka makan), terus menerus tidur, dan lemah keyakinan”.
(H.R,Daruquthni). Disamping itu, Rasulullah Saw juga mengajarkan do’a yang
tentunya harus disertasi usaha. Do’a itu berbunyi :Allahumma inni a’udzu bika minal hammi wal huzni, wa’audzu bika minal
‘ajzi wal kasali, wa’audzu bika minal jubni wal bukhli wa’audzu bika min
ghalabatid daini waqahri rijaali”(artinya, Ya Allah, aku berlindung
kepadaMU dari kesusahan dan kegelisahan hati, dan aku berlindung kepadaMu dari
kelemahan dan kemalasan, dan aku berlindung kepadaMu dari sifat penakut dan kikir.
Dan aku berlindung kepadaMu dari lilitan hutang dan kesewenang-wenangan
orang-orang yang jahat.
Lasa Hs.
Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.