Perpustakaan akan berkembang signifikan apabila didukung oleh lembaga induk/masyarakat,
manajemen perpustakaan yang profesional, anggaran yang memadai, dan sumber daya
manusia yang memiliki kompetensi. Tanpa keempat unsur ini perpustakaan asal
jalan bahkan stagnan.
Perpustakaan sering dianggap penting dalam pidato pejabat,
seminar, dan tulisan. Realita lapangan menunjukan bawa sebagian besar perpustakaan kita masih di bawah standar nasional. Hal ini lantaran tidak ada dukungan penuh dari
lembaga induk. Bahkan di kota pelajar sekalipun.
Sebagian besar manajemen perpustakaan dikendalikan
oleh orang-orang yang tidak paham manajemen dan buta tentang perpustakaan.
Kapan perpustakaan akan maju kalau sang nakhoda sendiri bingung. Banyak
perpustakaan yang dikendalikan oleh pejabat status, dan sekedar mengesahkan tunjangan
sertifikasi. Ibarat kucing dimasukkan salon veterinier. Di salon
ini gigi kucing diganti gigi musang, kulitnya dicat bercorak kulit macan. Biar keluar
berwajah macan katanya. Begitu keluar dari salon giginya
copot. Lantaran giginya kebesaran. Maka jadilah
macan ompong.
Anggaran perpustakaan selalu menempati angka buncit.
Bahkan ibarat menunggu hujan di musim kemarau (ngenteni udan ing mongso ketiga). Kebijakan lembaga pendidikan
belum sesuai amanah undang-undang. Tidak sedikit para pejabat pendidikan yang
tidak tau undang-undang nomor 43 Tahun 2007, padahal sudah sepuluh tahun.
Kenyataan di lapangan, lebih baik membangun gapura daripada beli buku teks,toh
sudah melimpah buku paket sampai jamuran di gudang.
Dengan berbagai alasan, pengelolaan perpustakaan
diserahkan kepada orang-orang yang tidak mengerti seluk beluk perpustakaan.
Mereka kurang memiliki kompetensi yang memadai. Pengembangan sumber daya
manusia perpustakaan di negeri ini masih rancu. Mereka yang berijasah bidang
dan strata tertentu, lalu didiklat
sekian hari dengan membayar sekian juta. Sim salabim nongollah pustakawan
jadi-jadian. Dengan pola pendidikan
seperti ini mana mungkin kita memeroleh sumber daya yang betul-betul
kompeten.Sementara itu para lulusan perpustakaan terpaksa banting setir karena
lahannya diserobot orang lain.
Sumber daya manusia perpustakaan merupakan unsur yang
paling dominan bagi suatu perpustakaaan apabila dibanding dengan sumberdaya lain.Sumber
daya manusia merupakan makhluk hidup yang bisa bergerak dan menggerakan sumber
daya lain . Sumber daya lain seperti anggaran, koleksi, teknologi, sarana
prasarana merupakan benda mati. Sumber daya ini akan berdayaguna apabila digerakkan dan dikelola
oleh sumber daya manusia.
Di samping itu, sumber daya manuia merupakan sumber
daya insani yang memiliki hati nurani, akal,
dan nafsu yang harus diperhatikan pemenuhan kebutuhannya. Manusia sebagai
makhluk religi, makhluk politik, makhluk sosial, dan makhluk budaya yang harus
dikembangkan secara optimal.
Buku ini menyajikan pengertian manajemen sumber daya
manusia, fungsi dan peran sumber daya manusia dalam pengelolaan dan
pengembangan perpustakaan. Diuraikan pula cara rekruitmen, pembinaan, dan
pengembangan karir sumber daya manusia sampai karir puncak. Pengembangan sumber
daya manusia dapat dilakukan antara lain melalui studi lanjut,
magang,pendidikan dan pelatihan, seminar, dan lainnya.
Buku ini ditulis berdasarkan berbagai literatur
seputar manajemen sumber daya manusia dan perpustakaan. Tentunya ditambah
pengalaman penulis yang pernah/sedang menjadi pustakawan, dosen, guru,
redaktur/reviewer, tim penilai kepustakawanan (yuri lomba, tim penilai jabatan
fungsional pustakawan, penulisan, ) penulis, asesor, pengurus oganisasi
kepustakawanan, narasumber dan pernah/sedang menjabat sebagai kepala unit kerja
maupun kepala perpustakaan perguruan tinggi negeri maupun swasta. Penulis buku ini menyadari bahwa ilmu dan pengalaman yang tidak
ditulis, akan hilang dan kurang
memberikan manfaat. Ilmu, pengalaman yang ditulis terutama dalam buku juga akan
ikut mengabadikan nama penulisnya.
Lasa Hs
0 Komentar