Para
penulis pemula kadang mudah putus asa. Sebab mereka berulang kali mengirim
naskah artikel ke redaksi surat kabar/majalah dan belum satupun yang dimuat.
Tidak jelas nasib naskah tersebut karena tidak ada informasi dari redaksi,
apakah naskah itu ditunda, perlu direvisi, atau ditolak.
Memang
tidak semua redaksi menginformasikan tentang naskah yang dikirim oleh penulis.
Hal ini mungkin karena kesibukan redaksional, menghemat beaya, atau kesulitan
lain. Keadaan ini justru yang membuat penulis bingung dan cemas karena tidak
ada kejelasan. Mereka tidak mengetahui secara pasti tentang kriteria apa saja
yang harus dipenuhi untuk suatu artikel
sehingga layak muat.
Artikel Populer
Artikel
merupakan karangan lepas yang dimuat oleh media cetak seperti surat kabar,
majalah, buletin, maupun jurnal. Karya tulis ini menyajikan hal-hal yang aktual
disertai pembahasan dan penilaian penulisnya untuk memberikan wawasan bahkan
jalan keluar tentang suatu masalah kepada khalayak.
Artikel
dapat dibedakan dalam pelbagai kategori antara lain ada yang membagi menjadi
artikel populer, artikel ilmiah populer, dan artikel ilmiah. Dengan memahami
kategori ini, seorang penulis bisa memilih artikel yang akan ditulis.
Artikel
untuk surat kabar memang dapat ditampilkan setiap hari, maka artikel jenis ini
banyak diterima redaksi surat kabar. Oleh karena itu saingannya banyak. Hal ini
agak berbeda dengan artikel yang diterima oleh majalah atau jurnal. Redaksi
terbitan ini kadang dibuat pusing karena sedikitnya naskah yang diterima.
Kriteria
artikel populer berbeda dengan kriteria artikel ilmiah. Namun demikian secara
garis besar kriteria artikel populer antara lain:
1. Naskah
itu orisinil/asli
Naskah yang dikirim ke redaksi hendaknya betul-betul asli
dan karya sendiri. Tulisan itu bukan jiplakan, bukan terjemahan, dan bukan
merupakan ringkasan suatu karya.
2. Menyoroti
masalah yang aktual.
Sebelum memutuskan untuk mengirim naskah ke redaksi
tertentu, perlu dipikirkan apakah masalah yang diangkat itu membicarakan
masalah yang sedang menjadi pembicaraan atau problem sebagian besar masyarakat
3. Tidak
memojokkan agama, suku, paham, ras, politik, atau profesi tertentu
Mengingat tulisan itu dibaca oleh masyarakat awam, maka
perlu dijaga jangan sampai menimbulkan keresahan, mengusik kateteraman, bahkan
jangan sampai menimbulkan kerusuhan dalam masyarakat.
4. Naskah
itu tidak melanggar etika akadmeik, etika penulisan, undang-undang hak cipta,
dan peraturan-peraturan yang berlaku.
Dalam kegiatan intelektual dikenal adanya hak-hak
intelektual yang harus dipatuhi oleh siapapun termasuk oleh penulis artikel.
Sebab penulisan artikel merupakan kegaiatan intelektual, ilmu pengetahuan, dan
profesi.
5. Menggunakan
bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca surat kabar atau majalah tertentu
6. Memperhatikan
kepentingan redaksi dan mengetahui selera bahasa pembaca potensial
7. Keutuhan
naskah
Naskah yang baik akan berisi ide dan pengetahuan yang utuh
tentang suatu masalah yang dibahas. Tulisan yang utuh memiliki bagian-bagian
yang harus ada dan berfungsi saling mendukung satu dengan yang lain, sehingga
mampu mengungkapkan pengertian yang utuh dari suatu persoalan yang diuraikan.
8. Naskah
ditulis sistematis
Dalam mengekspresikan ide melalui tulisan harus mengikuti
sistem penulisan yang berlaku sesuai jenis tulisannya, terpola, dan runtut.
Aturan-aturan inilah yang harus dipahami oleh seorang penulis agar apa yang
dipaparkan itu tidak membingungkan redaksi dan enak dibaca
9. Kalimat-kalimatnya
tidak berbelit-belit dan tidak terlalu
panjang
Pengungkapan ide yang berbelit-belit itu akan menyulitkan
pemahaman. Sebab pembaca dipaksa untuk berpikir dua kali dalam memahami bacaan.
Redaksi pun enggan mengoreksi naskah seperti tu karena dianggap menambah beban
kerja dan ini dianggap cara kerja yang tidak efektif dan kurang efisien. Oleh
karena itu dalam penulisan sebaiknya menggunakan kalimat yang pendek-pendek dan
padat makna sehingga mudah dipahami. Sebab kalimat yang panjang kadang malah
mengaburkan makna. Lagi pula dalam bahasa Indonesia dikenal memiliki sifat
pendek, pasif, dan sederhana.
Betapapun
panjang pendeknya susunan kata-kata dalam suatu kalimat, maka kalimat itu
dianggap baik apabila memiliki kesatuan yang utuh dan baku. Oleh karena itu, suatu
kalimat dianggap sempurna apabila mampu berdiri sendiri, terlepas dari
konteksnya, dan mudah dipahami
Hindari 7 (tujuh) hal
Kecuali
hal-hal tersebut, penulis artikel perlu memerhatikan hal-hal yang sering
mengganggu penyuntingan. Masalah ini kadang dianggap sepele oleh penulis.
Padahal masalah-masalah seperti inilah yang sering mengganggu proses
penyuntingan bahkan merupakan hambatan tersendiri bagi redaksi. Hal-hal yang
perlu dihindari oleh penulis artikel yakni:
1. Tidak
konsisten
Konsistensi sangat diperlukan dalam penulisan agar tidak
menimbulkan salah persepsi bagi pembaca. Konsistensi diperlukan dalam hal
ejaan, penomoran, tanda baca, cara pengutipan, dan lainnya.
2. Pernyataan
tidak tepat
Pernyataan dalam kalimat yang kurang tepat bisa menimbulkan
salah tafsir dan membingungkan pembaca. Untuk itu perlu dipilih kata-kata yang
tepat dalam pengungkapan ide.
3. Obral
kata dalam penyampaian ide
Komunikasi dalam bentuk tulisan berbeda dengan komunikasi
dalam bentuk lisan. Komunikasi tulis diperlukan kelihaian penyusunan kalimat
yang sederhana, singkat, dan tidak berulang-ulang, apalagi terlalu banyak kata
yang mubadzir. Hal ini harus dihindarkan agak komunikasi tulis itu bisa efisien
dan efektif.
4. Penggunaan
kata-kata yang kurang tepat
Penggunaan kata-kata yang kurang tepat dapat menimbulkan
salah persepsi.
5. Penggunaan
kata-kata yang terkesan megah, jargon
6. Tidak
memperhatikan selera, pendidikanm dan kultur pembaca
7. Kurang
memperhatikan perangkat kebahasaan
Naskah yang tidak diterima bukan berarti naskah itu jelek,
cuma kurang sesuai dengan visi dan misi suatu penerbitan. Oleh karena itu agar
naskah yang ditawarkan ke redaksi itu
tidak menyulitkan, kiranya perlu memerhatikan unsur-unsur keterbacaan, ketaat-asasan,
kebahasaan, ketelitian fakta, dan kesopanan.
Keterbacaan
Naskah
yang dikirim ke redaksi hendaknya mudah dibaca. Naskah yang sulit
dibaca/dipahami mungkin saja terjadi karena kurang tepatnya pemilihan kata,
pemilihan huruf, penggunaan tanda baca, maupun sistematikanya. Kadang penulis
hanya berpikir yang penting isinya dulu sehingga tidak memerhatikan kesalahan
tulis, tanda baca, susunan kalimat, dan lainnya.
Ketaat-asasan
Dalam
penulisan keilmuan perlu adanya konsistensi dalam penggunaan kata, penomoran,
ejaan, sistematika, maupun pemilihan huruf. Penulisan yang tidak konsisten bisa
membingungkan redaksi dan pembacapun sulit memahami naskah itu.
Kebahasaan
Bahasa
merupakan media untuk menyampaikan buah pikiran kepada orang lain. Orang lain
akan dapat memahami maksud seseorang apabila ide yang disampaikan itu
menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan tidak berbelit-belit.
Dalam hal kebahasaan ini perlu diperhatikan tata bahasa
seperti penggunaan kata, ejaan, dan struktur kalimat. Oleh karena itu, agar
naskah itu bagus, sebaiknya sebelum dikirim ke redaksi supaya dibaca orang lain
terutama mereka yang memahami dunia tulis menulis. Langkah ini untuk
mendapatkan masukan dalam hal isi, sistematika penulisan, maupun penggunaan
bahasa.
Ketelitian Fakta
Keakuratan
fakta dan validitas data merupakan pertimbangan tersendiri bagi redaksi dalam
penerimaan naskah. Hal ini juga memengaruhi kredibiltas seorang penulis
Kesopanan
Dalam
mengekspresikan ide melalui tulisan, mestinya telah dipikirkan secara matang
tentang apa, bagaimana, bahasa, dan cara pengungkapan masalah. Untuk itu perlu
dicek ulang bagaimana tulisan itu apakah masih terdapat hal-hal yang kurang
sopan, menghina, memojokkan, atau menyerang pihak lain atau tidak. Demikian
pula dalam pencantuman gambar, foto, dan ilustrasi lain perlu diperhatikan.
Penutup
Tidak
sedikit orang yang kepingin menulis dan menjadi penulis terkenal. Namun
keinginan itu seharusnya ditunjang dengan motivasi, usaha keras, berlatih, dan
mencoba. Tanpa itu keinginan menulis hanya menjadi impian belaka. Sebab para
penulis profesional memang bermula dari kegagalan. Kemampuan mengatasi
kegagalan itulah salah satu indikator adanya kemajuan.
Bagi
penulis pemula harus berani belajar dan mencoba. Mereka perlu berguru pada
penulis-penulis yang telah berpengalaman. Kamudian mereka harus berani mencoba
dan mencoba. Kalau orang takut mencoba, maka berarti kegagalan. Sebab orang
yang takut itu tak akan pernah maju. Penakut itu mati seribu kali dan pemberani
itu hanya mati sekali.
Lasa Hs
Perpustakaan UMY
0 Komentar