Muhammadiyah sebagai gerakan kemajuan, tidak saja memajukan dakwah
Islamiyah, tetapi kini juga merambah ke bidang literasi. Langkah ini terinspirasi
Iqra sebagai dorongan membaca dan nun
walqalami wama yasthurun sebagai dorongan untuk menulis. Membaca dan
menulis merupakan inti gerakan literasi yang menopang Muhammadiyah sebagai
gerakan keilmuan. Demikian disampaikan David Efendi (anggota pengurus MPI PP
Muhammadiyah) dalam Workshop Literasi PP ‘Aisyiyah beberapa waktu lalu.
Dipaparkan juga bahwa memang mayoritas masyarakat kita masih senang
menonton daripada membaca. Hasil Survei Sosial dan Ekonomi Nasional yang
dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sampai 2015 menyatakan bahwa pembaca
surat kabar hanya 13,1 % dan penonton televisi mencapai 91, 5 %. Menyikapi data
ini, kalangan Muhammadiyah tidak mencari kambing hitam. Bertindak akan lebih
bijak dalam membangkitkan semangat belajar di kalangan masyarakat. Apresiasi
ini antara lain diwujudkan dengan terbitnya beberapa buku tentang Muhammadiyah.
Menurut rencana pada awal November nanti akan diselenggarakan launching 12
judul buku di gedung dakwah PP Muhammadiyah Menteng Jakarta.
Ghirah literasi informasi ini juga ditunjukkan oleh ‘Aisisyah (Lembaga
Kebudayaan) yang kini sedang mencari bentuk/model literasi informasi ala
‘Aisyiyah. Potensi gerakan literasi di kalangan Muhammadiyah memang potensial.
Misalnya saja gerakan itu bisa melalui perpustakaan perguruan tinggi, sekolah,
pondok pesantren se Indonesia. Muhammadiyah –‘Aisyihah memiliki ratusan
perguruan tinggi. Ribuan sekolah, dan ratusan pondok pesantren. Potensi ini
dapat digerakkan untuk memajukan masyarakat Indonesia.
Bagi anda yang ingin membaca tulisan tulisan tentang literasi informasi, anda bisa berkunjung ke http://www.literasiinformasi.com/
Bagi anda yang ingin membaca tulisan tulisan tentang literasi informasi, anda bisa berkunjung ke http://www.literasiinformasi.com/
Lasa Hs.
0 Komentar