Disalah satu pesantren, ada seoang kiayi yang memelihara burung beo. Bertahun - tahun beliau melatih burung tersebut sampai akhirnya ia mahir sekali ngoceh, dengan ocehan kalimat thayyibah. Saking pinternya, burung itu setiap harinya selalu berkicau "subhanallah, alhamdulilah, Allahu akbar".
Suatu ketika tanpa disadari, pintu sangkar burung itu terbuka, secara otomatis ia kabur, dan terbang-terbang di depan rumah pak kiayi, sampai akhirnya ia mati karna ketabrak dan terlindas oleh mobil yang melintas di depan rumah pak kiayi tsbt.
Setelah kejadian itu, berhari - hari pak kiayi nampak murung dan sedih. Melihat kondisi sepeti itu, maka ada beberapa santri yang memberanikan diri untuk menghadap kepada pak kiayi.
santri : "wahai pak kiayi, berhari2 kami lihat melihat pak kiayi nampak sedih, jika pak kiayi sedih karena memikirkan burung beo yang kemarin sudah mati, kami siap menggantinya dengan burung yang lebih pinter lg pak kiayi......"
Kiayi : "Aku bersedih bukan karena sedang memikirkan burung tsbt"
santri : "lantas kenapa pak kiayi"
Kiayi : "Apakah kalian melihat,,,,,, ketika burung beoku itu sedang mengalami sekarat?...."
Santri : "Iya pak kiayi, kami melihatnya"
Kiayi : "Wahai para santriku, bertahun - tahun aku melatih dan mengajarkan burung tsbt, hingga akhirnya tidak ada kata lain yang bisa ia ocehkan, melainkan hanyalan kalimat subhanallah, alhamdulillah, dan Allahu akbar. Tapi apa yang terjadi ketika ia sedang mengalami sekaratul maut,....?
saking sakitnya sakarotul maut itu, ia hanya bisa kak kek kak kek kak kek, bahkan ia lupa dengan kata - kata yang selama ini ia ucapkan,
Aku takut wahai santriku,,,,,, kita akan mengalami kondisi yang sama dengan seperti burung itu..... Padahal wahai santriku, yang namanya hewan, ketika ia sedang mengalami sekarat, maka tidak ada satupun setan maupun iblis yang datang menggoda, sedangkan ketika manusia yang mengalami sakarotul maut, maka beribu - ribu bahkan berjuta juta iblis yang datang untuk menggodanya,"
Mendengar penjelasan itu, para santripun tertunduk dan merasakan kesedihan yang sama seperti pak kiayi.
--------------------------------------------------------------
Dari cerita di atas, banyak hikmah yang bisa kita ambil......
Jadi yang namanya manusia, mau nggak mau, siap nggak siap, kita pasti akan mengalami yang namanya kematian, hari ini kita masih bisa bekerja, masih bisa mengolah buku buku, melayai pemustaka, dsb.
Tidak ada yang bisa menjamin, nanti, besok, atau bahkan lusa kita masih bisa seperti ini lagi. Karena kata Allah:
Intinya : Setiap manusia pasti mengalami yang namanya mati, dan ketika kematian menjemput kita, maka tidak ada satupun dari kita yang mampu untuk menundanya, dan tidak ada satupun dari kita juga yang mampu untuk mensegerakannya.
Dan setiap orang ketika akan mati, pasti mengalami yang namanya sakarotul maut, dalam salah stau hadits dijelaskan bahwa sakitnya sakartul maut itu diibaratkan kita sedang ditusuk dengan 1000 pedang.
Kita tidak bisa membayangkan bagaimana rasa sakitnya itu, yang bisa kita lakukan saat ini adalah bersiap, dan memperbanyak tabungan dalam menjemput kematian, dan berharap semoga pada saat sakarotul maut nanti, Allah memberikan rahmat kepada kita semua, sehingga kita mati dalam keadaan khusnul khatimah.....
*kisah di atas hanyalah kisah hikmah saja
0 Komentar