“Tidak penting berapa
kali anda gagal, yang penting berapa kali anda bangkit “. (Abraham Lincoln).
Kata-kata itu dilontarkan oleh seorang anak manusia yang
berkali-kali mengalami kegagalan. Namun toh dengan kegagalannya itu akhirnya
berhasil menjadi orang nomor satu
Amerika Serikat di usianya yang ke 51. Wajahnya yang keras itu pernah
menghiasi dolar Amerika Serikat.
Pria kelahiran tahun 1809 itu, dulu ketika masih berumur
7 (tujuh) tahun dia dan keluarganya diusir dari tanah miliknya. Kemudian pada
umur 9 tahun, ibunya meninggal dunia.
Pada umur 22 tahun, ia bekerja sebagai staf administrasi suatu toko.
Namun karena terlibat hutang, dia lalu dipecat. UntUk melunasi hutangnya
diperlukan waktu untuk mengangsur selama 17 tahun.
Penderitaan dan kegagalan ini tidak membuat anak manusia
yang berhati baja ini loyo dan cepat menyerah. Justru dengan kegagalan itu dia
bangkit dan bangkit lagi. Diapun nekad untuk mencalonkan diri sebagai anggota
legislatif dan kali ini juga gagal. Lalu ia mencoba berbisnis lagi dan usaha
ini ternyata bangkrut. Sementara kepedihan satu belum sirna, lalu muncul
kepedihan lain yakni ditinggal mati kekasihnya yang bernama Ann Rutledge.
Ketika memasuki usia 31 tahun, ia kembali nekad mencalonkan
diri sebagai anggota legislatif dan gagal lagi. Kemudian pada usia 34 tahun dan
39 tahun ia mencoba mencalonkan diri sebagai anggota Kongres dan kali ini juga gagal. Bahkan saat itu ditinggal mati
ketiga anak-anaknya (satu berumur 4 tahun dan yang lain umurnya tidak sampai 18
tahun).
Penderitaan demi penderitaan ini tidak membuatnya
frustasi dan tidak kehilangan semangat hidup. Justru dengan berbagai kegagalan
ini akan menempa diri seseorang untuk semakin tangguh dalam menggapai cita-cita
luhur. Semangat yang luar biasa ini mendorongnya untuk mencalonkan diri sebagai
angggota Senat Amerika Serikat di usianya yang ke 45. Kenekadannya ini semakin
menjadi dengan mencalonkan diri sebagai Presiden Amerika Serikat di umurnya
yang ke 47. Untuk pencalonan ini memang gagal. Namun dengan semangat baja,
keuletan, kelincahan, dan keberanian akhirnya toh cita-cita luhur sebagai
Presiden Amerika Serikat itupun tercapai
di usianya yang ke 51.
Ini sepenggal kisah seorang anak manusia yang bernama
Abraham Lincoln yang sejak kecil nasibnya terlunta-lunta. Kegagalan dan
penderitaan selalu menyelimuti kehidupannya. Kegagalan dan penderitaan yang
bertubi-tubi itu antara lain; diusir dari tanah kelahirannya sendiri, ditinggal
mati oleh orang-orang yang dicintainya (anak, kekasih, dan ibunya) dan
kegagalan menggapai cita-cita sebagai
anggota Senat, maupun anggota Kongres. Bagi mereka yang tidak kuat iman dan
jiwanya, dengan penderitaan semacam ini mungkin membuat orang itu sakit jiwa,
stress, frustasi, bunuh diri, atau masuk penjara.
Dari berbagai kepedihan dan penderitaan yang dialaminya
itu akhirnya beliaupun memberikan pesan :”Tidak penting berapa kali anda gagal,
yang penting berapa kali anda bangkit”.
Keteguhan hati
Berbagai macam penderitaan yang menimpa seseorang bisa
membuat patah semangat terutama bagi mereka yang nyalinya kecil. Sebaliknya,
berbagai penderitaan itu justru akan mendorong seseorang untuk bangkit dan
bangkit lagi lantaran orang itu memiliki keteguhan hati.
Keteguhan merupakan kekuatan yang mampu mendorong
seseorang untuk mencapai kesuksesan meskipun harus mengalami kondisi yang
menyulitkannya. Dengan keteguhan hati seseorang dapat mencapai prestasi
gemilang meskipun tadinya biasa-biasa saja. Salah satu contoh adalah Kolonel
Sander’s si pendiri dan pemilik Kentucky Fried Chicken. Pensiunan ini memiliki
keteguhan hati dalam meraih keberhasilan. Dia tidak ingin menggantungkan
nasibnya pada bantuan sosial. Kemudian ia mendirikan usaha penyajian ayam
goreng. Beliau tidak segan-segan menawarkan sajian ayam goreng itu dari satu
restoran ke restoran lain bahkan dari satu kota ke kota lain. Dengan keteguhan
hati, akhirnya ada juga restoran yang mau menerimanya. Usaha ini dikelola
dengan sabar, telaten, ulet, dan kreatif. Akhirnya perkembangan usaha ini
sampai ke berbagai mancanegara. Di Indonesia sendiri juga banyak berdiri
Kentucky Fried Chicken di beberapa kota.
Menghadapi kesulitan atau kondisi belum sukses perlu
keteguhan hati. Maka tidak berlebihan bila Ray Kroc si mantan Kepala Cabang
Restoran cepat saji McDonald mengatakan :”Jalani terus. Di dunia ini tidak
mungkin ada yang bisa menggantikan posisi kebulatan tekad (keteguhan). Hanya
mengandalkan bakat saja tidaklah cukup. Banyak sekali orang yang memiliki
bakat, tetapi mereka gagal. Hanya mengandalkan intelektual saja tidaklah cukup
karena banyak sekali orang pintar yang tidak bisa memetik manfaat dari
keintelektualannya. Hanya mengandalkan pendidikan saja tidaklah cukup karena
seorang ilmuwan dikelilingi oleh para murid yang kurang menghargainya. Akan
tetapi, kebulatan hati (keteguhan) mampu untuk melakukan segalanya (Ibrahim
Elfiky, 2005: 136).
Optimis
Optimis adalah harapan lebh baik di masa mendatang. Orang
yang optimis akan memiliki pandangan jauh ke depan dan berusaha untuk mencapai
keadaan yang lebih baik daripada keadaan sekarang. Apapun yang terjadi, orang
ini tetap memiliki harapan sukses lebih besar dari pada orang lain. Kesuksesan
ini tidak harus diukur dengan materi, pangat, jabatan, maupun kedudukan.
Harapan ini ibarat sebuah mobil yang membawa seseorang ke tempat tujuan. Orang
yang optimis, insya Allah apa yang
dikehendakinya akan tercapai asal mau berusaha sekuat tenaga, berani
menderita. Sebab jaman sekarang tidak ada istilah tenguk-tenguk nemu getuk
(diam saja menunggu rizki datang). Justru sekarang ini tenguk-tenguk remuk
(kalau diam saja akan hancur sendiri). Maka kalau mau mamah (makan) harus obah
(berusaha). Oleh karena itu secara sederhana dapat dikatakan bahwa harapan
secara total akan menjadi kenyataan dalam hidup seseorang asal serius dalam
merealisirnya.
Akal dalam diri manusia ibarat magnet dalam ilmu
metafisika. Magnet ini akan menarik situasi, lingkungan, keinginan, dan tugas
pada pikiran yang serupa. Ketika seseorang memikirkan sesuatu yang positif,
maka hal-hal yang positif pula akan mengikutinya. Demikian pula dengan yang
negatif. Ketika orang berpikiran negatif (menjadi orang yang negatif) , maka
hal-hal yang negatif pula yang mengelilinginya. Kalau orang berpikiran (senang,
hobi) sepak bola, maka bacaannya, kawannya, bahkan kamarnya bernuansa sepak
bola. Demikian pula orang yang berpikiran/bergelut di bidang bisnis. Otaknya,
pergaulannya, dunianya siang malam adalah dunia bisnis.
Orang-orang yang optimis tidak takut akan kesulitan dan kegagalan. Kegagalan justru
dijadikan sebagai pelajaran dan kekuatan. Bukankah Henry Ford si raja mobil itu
bolak-balik gagal dan pernah bangkrut. Demikian pula dengan Bung Karno yang
berulang kali dipenjara bahkan nyaris terbunuh ketika menggerakkan revolusi
kemerdekaan dan memimpin negeri ini. Dipenjara secara politis lebih terhormat
daripada dipenjara karena korupsi.
Mereka yang optimis menyadari bahwa kualitas hidup itu
tergantung sejauh mana respon/tanggapan seseorang terhadap kejadian dan
fenomena yang terjadi. Kalau orang itu tidak responsif terhadap fenomena yang
dialaminya terutama fenomena yang menyangkut kepentingan masyarakat luas, maka
sulit diharapkan adanya kualitas hidup pada orang itu. Mereka cenderung
memikirkan apa yang terjadi pada dirinya. Padahal kualitas hidup itu 10 %
ditentukan oleh apa yang menimpa seseorang dan yang 90 % tergantung
respons/tanggapan seseorang terhadap kejadian-kejadian tersebut. Maka disinilah
perlunya orang itu harus bersikap proaktif dalam merespon kejadian-kejadian
yang mereka alami, lihat, dengar, dan rasakan.
Proaktif menurut Stephen R. Covey adalah keleluasaan,
kebebasan, dan kemampuan untuk memilih respon-respon terhadap apa yang menimpa
seseorang berdasarkan nilai-nlai yang mereka anut. Mereka mampu mengembangkan
dan memberdayakan karunia Allah yang berupa kesadaran diri, hati nurani,
imajinasi, dan kebebasan.
Kesadaran diri adalah perasaan yang timbul pada diri
manusia akan eksistensi dirinya sebagai manusia dan kesadaran untuk bertindak
sebagai pengejawantahan eksistensi dirinya. Dengan kata lain aku berbuat karena
aku ada.
Hati nurani yang merupakan karunia Allah itu merupakan
landasan moral seseorang untuk bertindak dan berperilaku berdasarkan tuntunan
Allah SWT. Nurani inilah yang akan menghubungkan diri orang dengan kearifan
jaman dan kebijaksanaan hati, memahami bakat dan minat, dan menentukan visi dan
misi hidupnya.
Orang-orang
yang proaktif akan memiliki imajinasi kreatif. Yakni kemampuan melihat jauh ke
depan, mampu memberikan tanggapan, dan mampu mencari solusi dengan
kegiatan-kegiatan yang sinergis. Imajinasi kreatif ini adalah fokus dari
gerakan visualisasi dan kekuatan pikiran. Kekuatan pikiran ini juga disebut
positive thinking (Vincent Peale dkk), possibility thinking (Robert Schuller
dk), ateral thinking (Edward de Bono), psycho-cybernetics (Maxwell Malzt)
(Harefa, 2005: 130)
Manusia memiliki kebebasan dalam bertindak.Namun
kebebasan ini juga sebenarnya dibatasi oleh kebebasan orang lain. Kebebasan di
sini berarti kemauan untuk menemukan jalan dalam mengatasi problema yang
terjadi. Mereka yakin bahwa segala problema pasti ada solusinya. Dengan kata
lain, dimana ada kemauan tentu ada jalan, tiada derita tanpa prestasi/no pain
no gain
Lasa Hs
Perpustakaan UMY
0 Komentar