Kata orang-orang
yang sukses bahwa dengan kedisiplinan itu dapat membantu untuk mengubah
berbagai kegiatan menuju ke arah yang positif dalam rangka mencapai
kesuksesan.Dengan keuletan, kerja keras, dan kedisiplinan tinggi, orang atau
bangsa akan mencapai kesuksesan.
Kalau kita mau membaca dan
merenungkan sejarah, maka dapat dipahami bahwa naik turunnya peradaban manusia
itu dipengaruhi oleh keuletan, kerja keras, dan kedisiplinan bangsa itu
sendiri. Kiranya tidak ada bangsa yang unggul dalam peradaban tanpa kerja
keras, tekun, dan disiplin.
Pada masa Rasulullah Muhammad SAW
dan Khulafaur Rasyidin, umat Islam mengalami kejayaan.Hal ini bisa terjadi
antara lain berkat adanya kerja keras dan kedisiplinan. Demikian pula, kini
beberapa negara maju seperti Jepang, Korea,
Amerika Serikat, Malaysia, dan Singapura
mampu mencapai kemajuan lantaran masyarakatnya mampu bekerja keras dan
disiplin
Kini beberapa instansi pemerintah
maupun kantor-kantor swasta telah mampu nencapai kemajuan yang signifikan
antara lain sebagai hasil kedisiplinan pimpinan dan staf secara keseluruhan.
Kedisplinan merupakan faktor penting dalam peningkatan kualitas sumberdaya
manusia dan mencapai produktivitas yang
tinggi. Untuk itulah, maka kini ada sejumlah kantor yang menerapkan sistem
absensinya dengan berbagai cara untuk
mendisiplinkan staf. Sistem absensi ini ada yang masih tradisional sampai pada
yang berbasis teknologi informasi seperti barcode, magnetic card, atau proximinity. Pilihan teknologi informasi
ini biasanya diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang
teknologi informasi atau perusahaan yang berreputasi nasional/internasional.
Disiplin adalah melaksanakan
kegiatan tepat waktu sesuai prosedur, ketentuan, dan etika yang berlaku. Kemudian dalam melaksanakan kegiatan itu disertai
tanggung jawab yang tinggi. Tanggung jawab ini bukan sekedar tanggung jawab
administrasi, tetapi juga tanggung jawab moral. Sebab pada dasarnya setiap
individu itu harus mempertanggungjawabkan atas kegiatan yang dilakukakannya.
Seorang mahasiswa misalnya, harus
bertanggung jawab secara akademik kepada dosen atau lembaga pendidikan tempat
belajarnya. Secara moral, mahasiswa itu juga bertanggung jawab kepada Tuhan dan
kepada orang tua. Ilmu yang diperoleh itu nanti untuk apa. Apakah dengan ilmu
itu sekedar untuk gagah-gagahan, mencari jabatan, atau justru digunakan untuk
membohongi rakyat dan merugikan masyarakat. Semestinya dengan ilmu pengetahuan
itu untuk mensejahterakan atau memberi kemanfaatan kepada orang lain.
Demikian pula dengan bawahan harus
bertanggung jawab kepada atasannya. Pimpinan
juga harus mempertanggungjawabkan kepemimpinannya kepada yang dipimpin.
Kepala negara harus mempertanggung jawabkan kinerjanya pada periode tertentu
sesuai aturan yang ditetapkan masing-masing negara.
Pelaksanaan kegiatan tepat waktu merupakan salah satu upaya
efektivitas dan efisiensi. Dari sini akan diperoleh produktivitas yang tinggi.
Sebab waktu itu ibarat pedang yang apabila kita tidak dapat mematahkannya (memanfaatkannya)
justru pedang (waktu) itu akan membunuh (merugikan) kita sendiri.
Untuk bisa melaksanakan kegiatan
tepat waktu, maka perlu perencanaan dalam pemanfaatannya. Selagi muda hendaknya
memanfaatkan kesempatan muda ini secara disiplin untuk menyongsong hari tua.
Kita ini masih hidup, maka perlu disiplin dalam memanfaatkan hidup dan kehidupan
ini sebelum ajal menjemput kita.
Mungkin kita ini santai dan lenggang-kangkung ketika memiliki waktu
longgar. Kita cenderung memubadzirkan waktu/kesempatan. Nah, tentunya kita ini
mampu berpikir bagaimana memanfaatkan waktu senggang itu agar tidak menyesal di
waktu sibuk nanti.
Demikian halnya dengan
kesegarbugaran kita saat ini. Kita perlu memanfaatkan kesegarbugaran ini untuk melakukan aktivitas
yang bermanfaat untuk diri dan untuk orang lain. Nanti kalau sudah sakit, kita
tak kuasa lagi melakukan kegiatan itu. Maka kedisiplinan menjaga kesehatan
merupakan langkah bijaksana. Sebab menjaga
kesehatan pada hakekatnya adalah menjaga kekayaan. Nabi Besar Muhamamd
SAW merupakan contoh orang yang sangat disiplin dalam menjaga kesehatan.
Sepanjang hayat, beliau hanya sakit dua kali. Yakni pada pertengahan hidupnya
dan menjelang akhir hayatnya. Itu pun hanya sebentar dan tidak merepotkan orang
lain. Maka wajar apabila ada beberpa tokoh dunia seperti Napoleon Bonaparte dan
Van Goethe kagum dan memuji kedisplinan
beliau dalam menjaga kesehatan. Meskipun hanya dengan fasilitas yang serba
minim, beliau mampu menjaga kesehatan sejak ujung rambut sampai telapak kaki
dari tahun ke tahun.
Kedisiplinan beliau itu ditunjukkan
pada kebiasaan bangun menjelang fajar, makan setelah lapar, dan berhenti makan
sebelum kenyang, bila marah tanpa emosi, bila minum tidak bernafas, dan tidak
tersugesti bila dihadapkan pada kondisi (kesehatan) yang kurang
menguntungkannya.
Bangun Sebelum Fajar
Bangun sebelum fajar lebih nyaman dan menguntungkan dari pada bangun
setelah terbit matahari. Secara rohani dan jasmani, bangun pagi hari lebih
memberikan manfaat. Di pagi hari pikiran masih segar dan bisa digunakan untuk
belajar, menambah wawasan, membaca, atau membuat perencanaan kegiatan. Sedikit
asal ajeg itu lebih baik daripada banyak
tetapi angin-anginan.
Dari segi lain, dengan bangun pagi
kita dapat mendapatkan kesempatan bagus dalam usaha pemenuhan kebutuhan hidup.
Kalau kita bangun setelah terbit matahari, kesempatan itu telah diambil orang
lain. Maka ada yang mengatakan bahwa bangun kesiangan itu berarti rizkinya
telah dipatok ayam.
Makan setelah lapar, berhenti makan sebelum kenyang
Sebagaimana diketahui bahwa saluran
pencernaan
seperti lambung memiliki sifat sensitif terhadap perubahan yang tidak wajar
pada saluran itu. Ketidakteraturan makan baik dalam waktu dan jenis makanan
berpengaruh besar terhadap kondisi saluran pencernakan dan kesehatan tubuh pada
umumnya. Maka ada benarnya bahwa perut
itu bisa menjadi sumber segala penyakit (rohani dan jasmani).
Marah Tanpa Emosi
Marah yang disertai emosi
menunjukkan ketidakikhlasan bahkan menunjukkan
kebencian. Marah yang tidak emosional berarti ada usaha mencegah
seseorang atau kelompok dari perbuatan negatif dan mendorong untuk berbuat
positif disertai ketulusan hati. Jadi dalam
hal ini yang bicara bukan emosi/nafsu tetapi yang bicara adalah hati
yang penuh kasih sayang.
Dari segi kejiwaan, marah dengan
emosi akan mempengaruhi fisik. Sering marah atau pemarah besar cepat atau
lambat akan menimbulkan berbagai penyakit seperti gatal-gatal, sakit kepala,
rasa mual, dan bisa darah tinggi. Bahkan tidak sedikit diantara pada pasien
darah tinggi ini berlanjut pada stroke, lumpuh, bahkan meninggal secara
mendadak.
Minum Tidak Sambil Bernafas
Nabi Muhammad SAW selalu minum dari
wadah yang tertutup. Sebab wadah yang terbuka sangat mudah kena debu dan
kotoran lain yang mungkin mengandung penyakit tertentu. Minum dengan bernafas
pun juga tidak baik menurut ilmu kedokteran. Sebab cara minum ini dapat
menimbulkan batuk-batuk ringan, radang tenggorokan, dan radang paru-paru.
Tidak Tersugesti Dengan Kondisi Yang Kurang Menguntungkan
Orang yang mudah tersugesti berarti sangat mudah dipengaruhi.Orang semacam ini kadang
tidak memiliki keteguhan hati yang kuat.
Mereka mudah terpengaruh oleh keadaan yang sebenarnya keadaan itu hanya sepele.
Sehubungan dengan mudah tersugesti ini, maka keadaan tersebut bisa menjadi malah
besar.
Disiplin merupakan faktor luar diri
manusia atau bersifat eksternal. Disiplin atau kedisiplinan memerlukan
perlakuan khusus a. Maka ada yang mengatakan bahwa untuk bisa disiplin itu
harus mau mengerjakan sesuatu yang sebenarnya tidak disukainya.
Ibadah yang dilakukan dengan baik,
akan membentuk pribadi yang disiplin asal dilaksanakan sesuai waktu, cara,
syarat, rukun, dan tempat. Kemudian agar kedisiplinan itu dapat tumbuh dan
berkembang, perlu adanya lingkungan yang kondusif. Disamping itu perlu
dikembangkan terus menerus mentalitas
approach dan conditional approach
dalam setiap proses pendidikan.
Lasa Hs
Perpustakaan UMY
0 Komentar