Resensi
merupakan bentuk pembahasan kritis terhadap karya intelektual dan/atau karya
artistik orang lain. Pembahasan ini meliputi isi, gaya bahasa, sistematika
penulisan, fisik, maupun unsur lain.
Kegiatan
ini juga dapat dikatakan sebagai media promosi buku dan bacaan lain. Oleh
karena itu dalam meresensi buku perlu mempertimbangkan tema, penulis,
sistematika penulisan, penerbit, kemutakhiran, dan perkembangan keadaan. Sebab
tidak semua karya tulis itu layak diresensi karena tidak memiliki nilai-nilai keilmuan,
pendidikan, moral, ekonomi, dan budaya.
Dalam
dunia perpustakaan, resensi berfungsi sebagai media temu kembali, media
seleksi, dan media promosi koleksi. Dalam hal ini, pustakawan sebagai tenaga
profesional kurang memiliki kreativitas memanfaatkan resensi sebagai media
mempromosikan sumber informasi yang dikelola perpustakaan. Padahal perpustakaan
sering menerima buku-buku baru dalam berbagai bidang sesuai tingkat
perpustakaannya. Sebagian besar pustakawan masih berpikir konvensional,
terjebak pada pola pikir stagnan, takut melangkah, bahkan cenderung birokrasi.
Keadaan ini ibarat ayam yang mati kelaparan di lumbung padi.
Latar Belakang
Dunia
resensi seharusnya mendapat perhatian pustakawan dan dikembangkannya. Sebab
aktivitas resensi mampu meningkatkan kemampuan penulisan, berfungsi sebagai
media promosi, media seleksi, dan sebagai media temu kembali akan sumber-sumber
informasi yang dikelola perpustakaan. Oleh akrena itu, kegiatan ini perlu
disosialisasikan kepada para pustakawan dengan berbagai pertimbangan dan
realita bahwa:
1. Pustakawan
kurang mampu meresensi atau bedah buku.
Pustakawan yang memproklamirkan dirinya sebagai seorang
profesional ternyata sangat lemah dalam penulisan. Padahal menulis bagi
pustakawan memiliki banyak manfaat antara lain bahwa penulisan bermanfaat
sebagai media komunikasi antarpustakawan dan masyarakat, dikenal orang lain,
dan memperoleh angka kredit. Lemahnya penulisan terutama meresensi ini juga
diakui oleh Hermanto (2004: 26) seorang peneliti Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan Bogor yang menyatakan bahwa sedikit sekali
pustakawan di Departemen Pertanian yang telah menulis artikel di surat kabar
untuk tujuan promosi perpustakaan.
2. Pustakawan
kurang percaya diri
Pustakawan itu sebenarnya bisa menjadi ilmuwan berbagai
bidang apabila memiliki keberanian, kemauan kuat, dan percaya diri. Mereka
dapat mendalami berbagai ilmu pengetahuan melalui sumber informasi dan
fasilitas perpustakaan yang mereka kelola dan memanfaatkan perpustakaan atau
pusat informasi lain.
3. Pustakawan
kurang kreatif
Kreativitas merupakan tuntutan tersendiri bagi seorang
profesional. Kurangnya kreativitas menyebabkan lambannya perkembangan profesi.
Kreativitas akan muncul karena adanya inspirasi, ilham, maupun rangsangan yang
diperoleh melalui renungan, bacaan, diskusi, pengalaman orang lain,
memperhatikan peristiwa, dan mengalami sendiri.
4. Terbuka
media bedah/ resensi buku
Di era ini terbuka kesempatan untuk berdiskusi keilmuan
termasuk bedah buku yang pelaksanaannya melalui perguruan tinggi, organisasi
profesi, event organizer, penerbit, toko buku, maupun perpustakaan. Di samping
itu resensi buku dapat dilakukan melalui media cetak seperti majalah profesi
dan surat kabar. Memang surat kabar tertentu menyediakan rubrik perbukuan pada
hari-hari tertentu. Peluang ini kurang dimanfaatkan oleh para pustakawan.
Semestinya mereka menangkap peluang ini, sebab perpustakaan sering menerima
buku-buku baru sesuai jenis perpustakaan itu.
Resensi dan fungsinya
Kata
resensi berasal dari kata recensie (bahasa Belanda) yang berarti membicarakan
dan menilai/beordelend en besproken. Dari makna inilah, maka media cetak
Belanda menyediakan halaman atau kolom khusus sebagai wadah pembicaraan buku
ini. Untuk menyebut resensi ada beberapa isttilah. Ada yang menyebutnya
boeksennieuws/berita buku, onze bestaafel/meja baca kita,
boekbespreking/pembicaraan buku, dan pas veschenen/baru terbit (N. Daldjoeni,
1993: 33).
Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa resensi berarti
menguraikan isi buku saja, menilai saja, atau menguraikan dan menilai suatu
buku. Pengertian yang terakhir inilah yang banyak digunakan oleh para pecinta
buku itu dalam menyelenggarakan kajian perbukuan itu.
Pengertian
resensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI (1991) adalah pertimbangan atau
pembicaraan buku, atau ulasan buku yang baru saja terbit. Dari pengertian ini
dapat dipahami bahwa dalam kegiatan resensi terdapat tiga unsur yang saling
terkait yakni adanya buku, penilaian/evaluasi, dan unsur kebaharuan. Dengan
resensi ini, antara lain dimaksudkan untuk memperkenalkan produk (buku) kepada
masyarakat luas. Buku perlu dikenalkan kepada masyarakat luas dan ini menuntut
penerbit untuk menyikapinya secara aktif. Apalagi kecenderungam masyarakat itu
lebih senang ke mall daripada ke toko buku dan perpustakaan.
Dalam
kegiatan resensi juga perlu adanya penilaian yang seimbang. Penilaian yang
seimbang akan memberikan makna tersendiri bagi penulis, penerbit, dan
pembaca/peserta bedah buku.
Mengingat
salah satu fungsi resensi itu untuk mengenalkan, maka sebaiknya buku yang
diresensi /dibedah itu adalah buku baru. Kriteria buku baru memang relatif.
Namun demikian sebaiknya buku yang diresensi itu minimal terbitan 3 – 4 bulan
lalu dan syukur buku yang diresensi itu buku yang terbit bulan ini.
Kegiatan
ini juga disebut timbangan buku/book review. Book review dalam Webster’s Home
University Dictionary (1965: 128) diartikan a critical notice of a newly
published book. Dari segi ini dapat dipahami bahwa resensi/timbangan buku
merupakan kritikan atas suatu karya tulis baik deskripsi, evaluasi, maupun
analisa. Kritik pada dasarnya adalah
hasil usaha pembaca dalam mencari, dan menilai karya melalui pemahaman dan
penafsiran yang sistematis dan dinyakatan dalam
bentuk tulisan atau lisan. Kritikan yang baik menurut Liauw Yock Fung
dalam Atas Semi (1984: 11) harus memiliki unsur mencari kesalahan/fault
finding, memuji/to praise, menilai/to judge, membandingkan/to compare, dan
menikmati/to appreciate. Dalam hal ini bisa juga diartikan suatu bagian atau
halaman suatu majalah atau surat kabar yang menyajikan deskripsi dan evaluasi buku-buku terbitan
baru/a section or page newspaper or magazine devote to such descriptions of
newly published books (The Random House Dictionary of the English Language, 1968).
Fungsi
Resensi
berkembang seirama dengan perkembangan perbukuan suatu negara. Artinya apabila
dunia perbukuan berkembang, maka kegiatan resensi semakin marak. Apalagi dengan
perhatian media massa yang cukup besar terhadap arena perbincangan buku ini.
Di
negara-negara yang sudah maju, resensi selalu disajikan oleh hampir semua surat
kabar. Hal ini merupakan cerminan dinamika intelektual suatu bangsa. Kini media
cetak kita juga mulai menyajikan halaman atau rubrik resensi pada hari-hari
tertentu. Kegiatan ini dihaapkan berfungsi sebagai media informasi buku baru,
memberi hiburan, membangun sinergi antara penulis, toko buku, penerbit, dan pembaca, serta sebagai alat seleksi bahan
pustaka/majalah, surat kabar. .
1. Media
informasi pustaka baru
Untuk mengetahui judul-judul buku yang baru terbit, tidak
saja melalui internet, toko buku, pamerwn buku, maupun perpustakaan. Melalui
resensi buku juga bisa .diketahui penerbitan buku baru. Hal ini merupakan
keuntungan tersendiri bagi pembaca resensi. Sebab sekali baca halaman resensi
yang dimuat surat kabar, telah diketahui ringkasan beberapa buku tanpa harus
berkunjung ke perpustakaan.
Penulis buku juga beruntung karena bukunya semakin dikenal
masyarakat. Masyarakat diharapkan memberikan kritikan, evaluasi, dan saran
untuk perbaikan karya berikutnya.
2. Meningkatkan
minat baca
Bukan lagi menjadi rahasia bahwa minat baca kita rendah
meskipun di tingkat ASEAN. Fakta ini ditunjukkan oleh beberapa penelitian.
Kondisi ini berdampak pada rendahnya kualitas sumber daya manusia kita.
Resensi merupakan salah satu upaya ikut mencerdasakn kehidupan
bangsa. Sebab melalui media ini masyarakat bisa membaca secara ringkas isi
berbagai macam buku. Apabila mereka tertarik pada salah satu/lebih buku yang
diresensi, mereka
bisa membeli di toko buku atau pinjam ke perpustakaan
terkait.
3. Mengenalkan
keahlian
Melalui penyajian buku-buku tertentu oleh orang-orang
tertentu, akan dikenal orang-orang yang betul-betul ahli dalam bidangnya.
Melalui buku yang ditulisnya, akan diketahui kemampuan intelektual dan
kedalaman pengetahuan seseorang. Maka semakin banyak buku yang dihasilkan oleh
seseorang , berarti akan semakin
menokohkan orang itu pada bidang yang digelutinya. Sebab buku yang diterbitkan
dan beredar secara nasional/internasional itu pada hakikatnya adalah bentuk
ujian dan penilaian publik terhadap karya seorang pengarang.
4. Mengembangkan
perbukuan
Dunia perbukuan kita mengalami pasang surut karena beberapa
faktor antara lain: rendahnya kesadaran membeli buku, budaya fotokopi,
permainan pengadaan buku sekolah, dan kurangnya perhatian pemerintah terhadap
penerbitan buku.
Dengan
maraknya resensi dan bedah buku diharapkan mampu memberikan masukan kepada
masyarakat tentang perkembangan perbukuan dalam berbagai bidang. Usaha ini akan
membantu pemasaran dan sekaligus pengembangan perbukuan pada umumnya.
5. Sebagai
alat seleksi bahan pustaka.
Dalam pengadaan bahan pustaka suatu perpustakaan perlu
pemilihan buku yang relevan dengan pemustaka, edisi mutakhir, reputasi
pengarang, maupun sistematika penulisan. Faktor-faktor ini antara lain dapat
diperoleh melalui resnsi di media cetak maupun bedah buku.
Peluang resensi
Pustakawan
dan tenaga perpustakaan memiliki banyak kesempatan untuk meresensi buku maupun
bedah buku. Mereka sering mendapatkan buku-buku baru yang diterima melalui pembelian, tukar menukar, maupun hadiah.
Buku-buku dalam berbagai bidang itu dapat diresensi sesuai selera mereka.
Media cetak yang terbit di daerah maupun pusat rata-rata
menyediakan kolom bahkan halaman tertentu untuk memuat resensi ini minimal
seminggu sekali. Media ini dapat dimanfaatkan pustakawan dan tenaga
perpustakaan untuk menyajikan resensi dalam berbagai bidang.
Disamping
itu, pustakawan dan tenaga perpustakaan dapat menyelenggarakan bedah buku di
lembaga tempat bekerja. Mereka bisa menyelenggarakan acara bedah buku dengan
mengundang pustakawan atau tenaga perpustakaan di kantor itu sendiri dan bisa
ditambah beberapa orang dari perpustakaan lain.
Selama ini pustakawan bernyali kecil dan kurang berani
tampil di forum ilmiah atau tidak mau membuat forum keilmuan sebagai
pengembangan diri dan profesi. Kalau sikap seperti tidak berubah, maka sulit
diharapkan profesi kita ini akan berubah.
Etika resensi
Dalam
dunia akademik dan tulis menulis terdapat etika yang harus dijaga, dihormati,
dan ditaati. Ketaatan pada etika ini menunjukkan tinggi rendahnya moral
seseorang.Sedangkan pelanggaran pada suatu etika kadang berakibat pada
penderitaan batin dan moral seseorang.
Etika
meresensi pada dasarnya hampir sama dengan etika penulisan pada umumnya. Adapun
sopan santun meresensi antara lain:
1. Tidak
mengirim satu judul naskah ke dua media cetak sekaligus
Penulis pemula kadang mengirim 1 judul naskah ke dua media
atau lebih. Mungkin mereka berharap mana yang dimuat lebih dulu dan syukur
semuanya dimuat. Cara seperti ini akan mengurangi reputasi penulis itu sendiri.
Sebab bagi media cetak yang memuat belakangan dapat dituduh sebagai plagiat
dari tulisan yang telah memuat lebih dulu.
2. Secara
jujur menyebutkan sumber kutipan
Kejujuran merupakan salah satu etika yang dijunjung tinggi
dalam tata krama penulisan dan kehidupan
keilmuan. Hal ini dimaksudkan untuk menanamkan sikap menghormati ilmuwan dalam
mengembangkan pemikiran masing-masing.
Oleh karena itu dalam meresensi harus mancumkan kutipan yang
dikutip dari penulis lain dan menyebutkan sumbernya. Ketidak jujuran dalam
penulisan bisa berakibat turunnya kredibilitas seorang ilmuwan.
3. Tidak
terlalu banyak memasukkan opini
Meresensi memang memberikan pendapat pada suatu buku. Namun
apabila pendapat/opini itu terlalu mendominasi, maka timbul kesan seolah-olah
resensi itu merupakan artikel ilmiah. Termasuk opini ini adalah memberikan
ilustrasi yang berlebihan terhadap diri penulis.
4. Mematuhi
azas-azas penulisan
Penulis resensi juga harus mengikuti azas-azas penulisan
pada umumnya. Azas-azas penulisan itu antara lain adalah kejelasan,
keringkasan, kesatupaduan, keterpautan, dan ketepatan.
Kejelasan
dalam resensi berarti bahwa resensi itu mudah dipahami oleh pembaca media cetak
dan tidak menimbulkan salah tafsir. Resensi harus ringkas berarti bahwa resensi
itu tidak berlebihan dlaam kata, tidak ada pengulangan ide, dan tidak
berputar-putar dalam penyampaian uraian. Kesatupaduan berarti bahwa antara
kalimat satu dengan yang lain atau antara alinea satu dengan alinea yang lain merupakan
penjelasan, penafsiran, rincian, maupun penegasan. Kemudian yang dimaksud
dengan keterpautan adalah bahwa antar kalimat satu dengan kalimat lainnya
saling mendukung. Adapun ketepatan berarti bahwa resensi itu memang sesuai
dengan keinginan penulis reensi. Juga naskah itu harus sesuai dengan kaidah
penulisan, ejaan, pemilihan kata, dan penggunaan tanda baca.
Penutup
Resensi
buku maupun bedah buku merupakan media yang dapat dimanfaatkan untuk
mempromosikan pustaka. Penerbit dapat memanfaatkan media ini dalam usaha
mengenalkan buku-buku terbitannya. Untuk itu diperlukan peresensi-perensensi
yang memiliki kemampuan.
Pustakawan
dan mereka yang bekerja di perpustakaan memiliki peluang tinggi untuk melakukan
kegiatan resensi mampu bedah buku. Sebab mereka berkecimpung di dunia informasi
dan perbukuan. Persoalannya adalah apakah mereka memiliki kemapuan dan
kompetensi atau tidak.
Daftar Pustaka
- Baribin,
Raminah. 1989. Kritik & Penilaian sastra. Semarang: IKIP Semarang Press
- Djuroto,
Otong . 2001. Panduan Membuat Karya Tulis. Bandung. Irama Widya
- Camus,
Albert dkk. 2003. Menulis Itu Indah. Yogyakarta: jendela.
- Hernowo
(Editor). 2003. Quantum Writing. Bandung Mizan Learning Centre.
- Lasa Hs.
2005. Gairah Menulis. Yogyakarta: Alinea
- ---------.
2006. Menulis Itu Segampang Ngomong. Yogyakarta: Pinus
- ----------.
2017. Kamus Kepustakawanan Indonesia. Yogyakarta: Calpulis
- ----------.
2012. Menulis Artikel & Literatur Sekunder. Jakarta: Universitas Terbuka
- ---------.
205. Menaklukkan Redaktur. Yogyakarta: Ombak
- Nurudin.
2003. Kiat Meresensi Buku di Media Mass. Malang: Cespur
- Samad,
Daniel. 1997. Dasar-Dasar Meresensi Buku. Jakarta: Grasindo.
Yogyakarta, 20 Desember 2017
Lasa Hs
Perpustakaan UMY
0 Komentar