Dalam kehidupan
bermasyarakat dan kelembagaan tidak bisa dihindarkan timbulnya konflik. Konflik
merupakan kejadian alamiah yang terjadi sejak manusia menjadi penghuni bumi
ini. Qabil dan Habil (keduanya putra Nabi Adam A.s.) pernah konflik tentang
wanita yang akan diperistri. Konflik ini berlanjut dengan timbulnya dengki
sesama saudara kandung lantaran qurban yang satu diterima dan yang lain tidak
diterima.
Konflik
sebenarnya merupakan
bentuk pertentangan satu pihak dengan pihak lain. Konflik dalam suatu
organisasi (perpustakaan misalnya) dapat terjadi lantaran keterbatasan sumber
daya, perbedaan pendidikan, perbedaan status kepegawaian, perbedaan persepsi,
dan lainnya.
Apabila
konflik ini tidak segera diatasi, sangat mungkin bisa mengacaukan perjalanan
lembaga. Namun apabila masalah ini bisa dikelola secara baik, sangat mungkin
menjadi kekuatan. Untuk itu perlu dipahami penyebab, ekspresi konflik,
macam-macam konflik, dan cara penyelesaian
konflik.
Sebab-sebab konflik
Terdapat
beberapa faktor yang menyulut terjadinya konflik.Secara umum dapat dikatakan
bahwa konflik bisa disebabkan oleh kesalahan komunikasi (miscommunication), perbedaan tingkat pendidikan, perbedaan politik,
perbedaan agama, perbedaan ras dan suku, perbedaan kepribadian, bahkan bisa
konflik itu terjadi dari pihak ketiga.
Konflik
dalam suatu lembaga (perpustakaan misalnya) bisa terjadi karena beberapa hal.
Dalam hal ini Simor Fisher (2000, dalam Lasa Hs, 2017: 35) menyatakan bahwa
penyebab konflik lembaga adalah sebagai berikut:
a.
Saluran dialog tidak berfungsi
dengan baik
Konflik
ini bisa terjadi lantaran komunikasi dua arah kurang lancar bahkan cenderung
macet. Media dialog nyaris tidak ada. Kondisi ini bisa saja terjadi karena
pimpinan tertutup, otoriter, dan tidak mau menerima masukan/usulan dari bawah.
Bisa juga disebabkan bahwa anak buah dianggap bodoh dan tidak memiliki hak
bicara
b.
Suara-suara ketidaksepakatan dan
keluhan tidak direspon dengan baik
Apabila
keluhan dan ketidaksepakatan tidak
segera diatasi, maka akan menyulut adanya konflik. Keadaan ini perlu diditeksi
sejak awal, apabila tidak percikan api akan membesar dan bisa mengganggu
kinerja perpustakaan.
c.
Terjadi keadaan yang tidak
stabil, ketidakadilan, dan ketakutan.
Perlu
dijaga kondisi kerja perpustakaan tetap stabil, ada keadilan, dan dijauhkan
jangan sampai bawahan merasa takut pada atasan. Bahkan semoga tidak terjadi bahwa
pimpinan justru takut pada bawahan. Untuk itu, pimpinan harus adil kepada
seluruh kelompok kerja perpustakaan. Pimpinan perlu menghargai karyawan yang
berprestasi, memberikan peringatan karyawan yang memiliki kinerja yang kurang
baik, serta memberikan hukuman kepada mereka yang melakukan pelanggaran berat.
d.
Struktur organisasi
Penyusunan
struktur organisasi sebenarnya dimaksudkan untuk melancarkan tugas, kewajiban,
tanggung jawab, dan wewenang. Dengan struktur dimaksudkan untuk mempertegas
tugas, tanggung jawab, kewajiban, dan wewenang pribadi maupun kelompok. Namun
demikian, pelaksanaannya sering terjadi kesalahpahaman. Bahkan ada beberapa
orang/kelompok yang tidak mau mengikuti aturan organisasi. Kejadian ini bisa
menjadi konflik berkepanjangan bahkan sangat mungkin munculnya pimpinan atau
kepemimpinan tandingan.
Ekspresi konflik
Kemudian
perlu dipahami bahwa konflik bisa
diekspresikan secara jelas, pasif.agresif, bahkan bisa tersembunyi.
1.
Jelas
Konflik
jenis ini disebut juga sebagai konflik terbuka. Sebab, koflik ini diekspresikan
secara terbuka seperti berupa ejekan, teriakan, celaan, unjuk rasa, bahkan bisa
dalam bentuk tindakan kekerasan. Mereka saling mengejek, mencaci maki,
berteriak-teriak sebelum pertandingan dimulai misalnya. Dalam pertandingan
sepak bola misalnya, para bobotoh (supporter)
saling mencaci maki,mengejek, saling
melempar botol bahkan batu sebelum, saat, atau setelah pertandingan.
2.
Pasif
Konflik
pasif ini diekspresikan dalam perilaku diam, tidak mau bekerja sama, sering
membolos, datang terlambat, pulang lebih awal. Bahkan kadang mereka itu
memboikot rencana kerja
3.
Agesif
Konflik
ini ditunjukkan secara agresif, misalnya dalam bentuk sopan santun yang
dibuat-buat. Mereka tidak mau bicara, bahkan menolak kalau diajak makan.
Konflik semacam ini dalam bahasa Jawa disebut ngambek.
4.
Tersembunyi
Konflik
ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari konflik yang ditunjukkan secara
agresif, namun dalam ekspresinya tidak terus terang. Ekspresi konflik
tersembunyi ini dalam bentuk komentar yang bernada merendahkan, melecehkan,
menghina, mengkritik yang tidak proprorsional, dan terus menerus mencari kesalahan
Lasa Hs.
Bersambung
0 Komentar