Kepemimpinan
besar pengaruhnya terhadap perubahan dan pengembangan organisasi, lembaga, dan
perpustakaan. Sukses atau kegagalan perpustakaan ditentukan oleh kepemimpinan. Sebab, kepemimpinan pada
umumnya didasarkan pada kekuasaan dan kemampuan untuk memengaruhi, mendorong, dan menggerakkan
orang lain (atasan, pejabat lain,anak buah) secara bersama-sama untuk mencapai
tujuan perpustakaan.
Kepemimpinan adalah
kemampuan memengaruhi seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu.
Untuk itu, seorang pemimpin/kepala perpustakaan harus menguasai ketrampilan
manajemen, ketrampilan teknis, manusiawi, dan memiliki kompetensi konsepsional.
Dalam hal kepemimpinan ini, keberhasilan kepemimpinan antara lain dapat
diketahui melalui berbagai indikator antara lain; 1) memimpin dengan visi yang
jelas; 2) memimpin dengan keteladanan; 3) seorang komunikator yang handal; 4)
mampu memenangkan kepercayaan bawahannya; 5) tenang dalam menghadapi situasi
yang sulit; 6) tampil dalam citra profesional
(Lasa Hs., 2009).
Kepemimpinan
sebenarnya merupakan proses pengaruh sosial yang mengikutsertakan bawahan dalam
usaha pencapaian tujuan. Dengan demikian, memang ada implikasi bahwa pemimpin
telah membawa perubahan pada bawahan. Pemimpin adalah ahli strategi yang
menetapkan tujuan organisasi eksternal dan internal (Timpe, 1999 dalam Lasa Hs
2001). Dalam teori ini ditegaskan bahwa
kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang mampu membawa perubahan. Sebab
pemimpin (kepala, ketua, komandan, koordinator dll) memiliki kekuasaan dan
kewenangan untuk memengaruhi orang lain. Oleh karena itu, dalam memimpin
perpustakaan diperlukan kepemimpinan yang efektif. Efektivitas kepemimpinan
perpustakaan dipengaruhi banyak faktor antara lain; kemamuan memotivasi,
komitmen, pengendalian situasi, bertanggung jawab, adil, dan percaya
diri.
- Kemampuan memotivasi
Keberhasilan
pencapaian tujuan perpustakaan dipengaruhi oleh intensitas kepemimpinan dalam
proses manajemen dan memotivasi bawahan. Oleh karena itu proses kepemimpinan
ini tidak bisa lepas dari motivasi sebagai pendorong. Seorang pemimpin (kepala
perpustakaan, misalnya) terdorong oleh motivasi kekuasaan, sedangkan bawahan
terdorong oleh motivasi untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Motivasi merupakan energi untuk
melaksanakan suatu kegiatan. Motivasi yang tinggi berarti keikhlasan. Mereka
yang ikhlas akan bekerja keras dan tidak mengharap imbalan dari orang serta
terlepas dari kepentingan pribadi, jabatan, pangkat, penghargaan, maupun
pujian. Mereka tidak butuh untuk dipuji. Orang yang ikhlas tidak pernah patah
semangat, meskipun tidak ada atasan yang menungguinya. Orang yang ikhlas tidak
pernah kecil hati bila tidak dipuji. Sebab
mereka yakin bahwa ada sesuatu yang lebih utama dari itu semua.
Ikhlas berarti menjaga
profesionalisme dan prestasi dalam setiap level jabatan. Ketika menjadi bawahan
telah berprestasi, ketika menduduki jabatan pun berusaha untuk berprestasi. Demikian
pula bila telah menduduki jabatan, beliau tetap penuh tanggung jawab dan bukan
takut kehilangan jabatan. Jabatan baginya adalah amanah dan bukan sekedar
kesempatan.
Pada masa pemerintahan ‘Umar bin
Khattab r.a. terjadi perang dahsyat dengan panglima perang Khalid bin Walid.
Ketika perang tengah berkecamuk, beliau menerima sepucuk surat dari Khalifah ’Umar
bin Khattab r.a. Surat itu berisi penggantian panglima perang dari Khalid bin
Walid kepada Abu Ubaidah bin Jarrah. Setelah membaca sura itu, beliau tetap
berperang di garis depan dan berkata :”Aku berperang bukan karena ‘Umar, tetapi
aku berperang karena Allah Swt”. (Lasa Hs, 2017:44). Ketika menjadi panglima
perang beliau di garis depan, dan ketika menjadi anak buah, juga tetap
berperang di garis depan.
- Komitmen
Komitmen adalah
sikap menyesuaikan diri dengan mantap pada sasaran yang akan dicapai seseorang
atau kelompok. Mereka yang memiliki komitmen tinggi akan kelihatan kinerjanya.
Mereka yang rendah komitmennya akan menghindar dari tugas dan tanggung jawab.
Bahkan selalu mengedepankan hak dari pada kewajiban.
Orang-orang yang
memiliki komitmen tinggi biasanya:
1)
Mau berkorban untuk
mencapai sasaran, profesi, komunitas maupun bidang tertentu;
2)
Selalu mencari peluang
dan memanfaatkan peluang untuk berprestasi;
3)
Merasa ada dorongan
dalam dirinya untuk selalu berkembang dan meningkatkan prestasi.
Orang yang memiliki komitmen tinggi akan memiliki inisiatif. Mereka yang
memiliki inisiatif akan berusaha mencari peluang, memanfaatkan peluang, mengembangkan
peluang, bahkan mampu menciptakan peluang. Dengan demikian, orang atau pimpinan
yang memiliki inisiatif tinggi sebenarnya telah siap menang karena mampu
membaca, memanfaatkan, mengembangkan, dan menciptakan peluang. Mereka yang
berinisiatif biasanya memiliki karkateristik:
1)
Siap memanfaatkan
peluang;
2)
Mampu berprestasi
melebihi rata-rata kemampuan orang lain;
3)
Dalam kondisi tertentu
berani melawan arus dan sudah diperhitungkan tidak akan terbawa arus;
4)
Berani melakukan
petualangan dan berani berkorban untuk orang lain;
5)
Mengajak dan memotivasi
orang lain untuk memperbaiki langkah, sikap, maupun cara berpikir yang selama ini dianggap kurang, lemah, atau
salah;
6)
Siap menghadapi kritik,
celoteh, gosip, cemoohan, suara sinis dari siapapun.
Orang-orang yang
memiliki inisiatif biasanya bersikap berani menanggung resiko. Orang-orang ini
akan memeroleh keberhasilan yang sebenarnya. Sememntara itu, orang-orang yang
tidak punya inisiatif cenderung mudah menyerah, pasrah sebelum melangkah, dan
pilih mati sebelum perang. Katanya, toh sama-sama mati, lebih baik mati sebelum
perang.
- Pengendalian situasi
Seorang pemimpin
harus mampu mengendalikan situasi dan anak buahnya. Di sini diperlukan
kecakapan, pengalaman, dan kewibawaan seorang pemimpin. Kepemimpinan yang tidak
memiliki kewibawaan akan sulit mengendalikan situasi perpustakaan maupun anak
buahnya.
- Bertanggung jawab
Seorang pemimpin
harus bertanggung jawab untuk membuat perencanaan, melakukan koordinasi, dan
melaksanakan evaluasi. Perencanaan adalah langkah-langkah kegiatan yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan. Koordinasi adalah proses pengintegrasian
tujuan pada satuan-satuan yang berpisah dalam suatu organisasi (perpustakaan)
untuk mencapai tujuan secara efektif efisien. Koordinasi ini penting dan
bertujuan untuk menyatukan langkah, mengurangi benturan tugas, dan
meminimalisir konflik internel. Evaluasi pada dasarnya adalah proses mengamati,
mengoreksi, dan menimbang sungguh-sungguh tentang baik buruknya masalah.
Sebaiknya evaluasi ini dilakukan oleh tim secara formal dengan dasar, standar,
dan/atau pedoman tertentu dan pemberian penghargaan sesuai kualitasnya.
- Adil
Kepemimpinan
harus menciptakan keadilan. Sebab pada dasarnya setiap orang itu mendambakan
keadilan. Bagaimanapun juga, keadilan dalam suatu lembaga (perpustakaan)
merupakan daya penggerak yang bisa memotivasi semangat kerja seorang pegawai.
Penilaian dan pengakuan mengenai perilaku bawahan harus dilakukan secara
obyektif dan bukan atas dasar suka dan tidak suka. Dalam hal ini, pemberian kompensasi maupun hukuman harus
didasarkan pada penilaian yang obyektif dan berdasarkan fakta dan data.
Lasa Hs.
0 Komentar