Pengantar
Untuk memberikan motivasi,
dorongan berprestasi (pemiliahn pustakawan berprerstasi dan call for paper) dan
bimbingan pada pustakawan PTMA, bersama
ini kami sajikan uraian singkat cara penulisan paper ilmiah. Semoga manfaat
PENULISAN
PAPER ILMIAH
Tulisan
(1)
Oleh : Lasa Hs.
ABSTRAKS
Kepenulisan merupakan kegiatan kemasyarakatan,
keilmuan, dan profesi. Melalui tulisan dapat dilakukan transformasi ilmu
pengetahuan, nilai, dan profesi dari generasi ke generasi. Kegiatan ini perlu
ditumbuhkembangkan pada intelektual dan profesional.
Pustakawan
sebagai profesi memiliki kesempatan besar untuk menulis karya ilmiah maupun
tulisan populer dalam berbagai bidang. Sebab mereka melakukan kegiatan
kependidikan, keilmuan, dan informasi. Dalam kegiatan mereka terkait dengan
sumber informasi dan fasilitas akses informasi.
Tulisan
ilmiah pada dasarnya menyajikan informasi hasil kegiatan di bidang iptek,
minimal mengandung akumulasi pengetahuan baru, pengamatan empiris, dan
pengembangan gagasan atau usulan. Tulisan ini menyajikan fakta, ditulis
dengan kejujuran, sistematis, tak berlebihan, tidak emosional, jelas, tegas,
singkat, dan teliti.
Kata
kunci: Karya ilmiah. Profesi Pustakawan.Pengembangan Profesi
Pendahuluan
Ilmu pengetahuan, informasi, dan profesi akan memiliki
nilai keawetan dan menyebar lebih luas apabila direkam/tulis. Tulisan memiliki
pengaruh yang besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, profesi, dan kultur
masyarakat meskipun memerlukan waktu lama. Rasulullah S.A.W. mampu melakukan
perubahan dan pencerahan umat manusia berabad lamanya antara lain melalui
ajaran Ilahiyah yang termaktub dalam Al Quran dan Sunah Rasul. Imam Ghazali
mampu menggugah dan membangkitkan kesadaran umat Islam dalam beribadah melalui
bukunya Ihya’ ’Ulumuddin. Umat Islam
kini dan mendatang mampu memelajari pikiran-pikrian para ulama dan intelektual
muslim terdahulu melalui karya tulis mereka. Muhammad Rasyid Ridha menulis Al Manar, Ibnu Khaldun menulis Mukaddimah, Hamka menulis Tafsir
Al Azhar, Hasbi Ashshidiqi menulis Al Islam dan buku-buku tafsir, hadist,
maupun fiqh.
Penulisan ilmiah pada hakekatnya memberikan informasi berdasarkan keadaan,
fakta, data, dan peristiwa yang sebenarnya. Bahan-bahan faktawi ini diolah dan
ditulis dengan sistem penulisan ilmiah maka menjadi tulisan ilmiah. Yakni
tulisan yang menyajikan pengetahuan ilmiah yang ditujukan kepada ahli atau
masyarakat tertentu dengan metode penyajian ilmiah dan mengikuti teknik
penulisan ilmiah yang berlaku.
Latar Belakang
Penulisan ilmiah perlu dilakukan
oleh para intelektual dan profesional berdasarkan pemikiran bahwa:
1. Kekayaan intelektual dan artistik
manusia perlu diawetkan dan dikembangkan
Ide, pemikiran, dan penemuan manusia
itu akan hilang apabila tidak direkam/tulis. Rekaman intelektual itu hanya akan
berfungsi sebagai dokumen apabila tidak disosialisasikan dan dikembangkan. Maka
benar kata Khalifah ’Ali ibn Abi Thalib yang menyatakan bahwa untuk mengikat
ilmu itu dengan tulisan.
2. Menulis dianggap beban.
Tugas-tugas penulisan masih dianggap
sebagai beban bagi peserta didik, pendidik, dan profesional. Mereka merasa
terbebani bahkan takut menulis terutama menulis buku. Ketakutan menulis buku
ini dibuktikan pada kalangan guru sebagai tenaga pendidik yang bagi guru negeri
cukup pasrah pada golongan IV/a. Sebab untuk menduduki golongan IV/b harus
menulis karya tulis ilmiah.Sebagian besar guru kita tidak mau atau tidak mampu
menulis tulisan ilmiah ini. Data guru se Kabupaten Bantul menyebutkan bahwa
hanya 0,88 % yang menduduki golongan IV/b dari seluruh guru (Kedaulatan Rakyat,
24 Juli 2004).
Kondisi inipun menimpa dosen perguruan tinggi ternama di
negeri ini. Sedikitnya naskah yang diterima, maka Gadjah Mada University Press
dapat dikatakan mati suri dan berubah menjadi printing house. ITB Press juga mengalami yang hampir sama. Dari
1.650 dosen ITB ternyata hanya 4 – 5 % yang menulis diktat kuliah (Lasa Hs.,
2006). Demikian pula hasil penelitian Hermanto (2004) pada pustakawan Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor menunjukkan bahwa rendahnya
penulisan ilmiah para pustakawan itu karena rendahnya kemampuan dan minat
menulis.
3. Rendah kesadaran trasfer ilmu pengetahuan,
nilai, atau ajaran melalui tulisan (artikel & buku).
Pola pikir ilmuwan dan profesional kita cenderung
pragmatis dan berskala jangka pendek. Seorang intelektual dan profesional
seharusnya mampu berpikir panjang dan menyadari bahwa menulis itu merupakan
tanggung jawab moral. Mereka kurang memiliki daya kritis sebagai salah satu
syarat untuk melahirkan tulisan yang berbobot. Dunia pendidikan kita terlanjur
kurang demokratis. Para tenaga pendidik itu merasa seolah-olah merupakan
satu-satunya sumber kepintaran dan kebenaran.
4. Profesi
pustakawan dimaknai dengan kegiatan ketrampilan dan bukan kegiatan intelektual.
Sebagian besar pustakawan kita masih
berasumsi bahwa kinerja profesional selama memenuhi jam/hari hadir, meskipun
tidak berbuat apa-apa. Pemikiran ini kurang memberikan dampak positif terhadap
pengembangan profesi pustakawan. Kinerja profesional semestinya ditunjukkan
oleh produk intelektual antara lain melalui penulisan karya tulis ilmiah.
5. Rendah karya tulis ilmiah bagi
pustakawan.
Indikator rendahnya kemampuan dan
kemauan menulis ilmiah oleh pustakawan antara lain sedikitnya buku, minimnya
penelitian, dan tersendat-sendatnya penerbitan majalah/jurnal bidang
perpustakaan lantaran sedikitnya naskah yang diterima. Rendahnya penulisan ini
mungkin kurangnya penguasaan teknik menulis ilmiah, kurang mampu berpikir ilmiah, kurang memahami
tatabahasa, lingkungan kurang mendukung, dan sarana yang tidak mendukung
(Suminta, 2004).
TUJUAN
PENULISAN PAPER
TULISAN (2)
To Be continued.....
0 Komentar