Kemandulan
kadang hanya dikonotasikan sebagai orang yang tidak memiliki keturunan.
Kemandulan dalam arti substantif adalah ketidakmampuan seseorang atau kelompok
untuk memanfaatkan potensi secara optimal. Mereka yang kaya harta tidak mampu
menikmati kekayaan itu. Mereka yang punya jabatan ternyata tidak mampu
memanfaatkan kekuasaan itu. Mereka yang berilmu dikatakan mandul apabila dengan
ilmu mereka tidak mampu melahirkan pemikiran intelektual. Deretan gelar di
depan maupun belakang namanya itu tidaklah berarti kalau memang nyatanya tidak
mampu memanfaatkan ilmunya itu untuk kemaslahatan umat.
Rasulullah Saw menyatakan tentang hakikat kemandulan
dalam salah satu hadistnya, yang artinya beliau bersabda:” Tahukah kamu
sekalian apa yang dimaksud dengan orang yang mandul ? Kami (para sahabat)
menjawab. “ialah mereka yang tidak mempunyai keturunan atau tidak punya anak”.
Kemudian Rasulullah Saw bersabda : Yang dimaksud orang mandul ialah orang yang
mempunyai anak, kemudian ia mati tanpa memeroleh suatu kebaikanpun dari mereka
(anak-anaknya). Kemudian beliau bertanya lagi ,”Tahukah kamu siapa yang disebut
miskin itu ?. Mereka (para sahabat) menjawab “ialah mereka yang tidak memiliki
harta”. Kemudian Nabi Muhammad Saw bersabda: orang yang miskin itu ialah setiap
orang yang punya harta kemudian ia mati tanpa memeroleh suatu kebaikan pun dari
hartanya itu” (H.R. Ahmad).
0 Komentar