Pemberian yang
pantas atau sesuatu yang masih disukai merupakan kehormatan bagi yang diberi
dan menjaga martabat bagi yang memberi. Dengan cara ini akan terjadi
ukhuwaah/persaudaraan yang hakiki
diantara sesama.
Suatu petang,
Rasulullah Saw kedatangan seorang tamu di masjid. Tamu itu ikut shalat jama’ah
Maghrib dan Insya’. Setelah selesai melaksanakan shalat jama’ah Isya’,
Rasulllah Saw bertanya kepada para sahabat yang ikut berjama’ah tadi apakah
diantara mereka ada yang bersedia menjamu tamu itu di rumah.Lalu ada seorang
sahabat bernama AbuThalhah yang menawarkan diri untuk menerima tamu itu. Lalu
tamu itu diajak ke rumah Abu Thalhah. Sesampai di rumah Abu Thalhah, beliau
memberitahukan perihal tamu itu kepada isterinya. Isteri Pak Thalhah segera
tanggap dan menyatakan bahwa malam itu tinggal satu porsi makanan untuk PakThalhah.
Dengan dilandasi
ukhuwah yang kuat dan penghayatan nilai-nilai Islam,suami isteri itu tetap
ingin mengormati tamu itu. Kemudian disediakan makanan tadi di meja makan, dan
AbuThalhah mengajak tamunya itu untuk makan malam.
Maka mulailah tamu itu menikmati hidangan makan
malam dan saat itu lampu dimatikan. Pada saat lampu mati itu,Abu Thalhah
pura-pura makan dengan menggerak-gerakkan sendok di piring. Mulutnyapun
seolah-olah sedang makan. Padahal beliau tidak makan apa-apa.Sebab hidangan
yang satu porsi itu diberikan kepada tamunya itu. Setelah selesai makan, maka
tamu itu dipersilahkan tidur. Sementara itu, suami isteri itu tidak makan
sampai pagi.
Setelah tiba waktu Shubuh, tamu itu diajak untuk
melaksanakan shalat Subuh berjama’ah di masjid. Kejadian semalam yang dialami
oleh Abu Thalhah itu dicertiakan kepada Rasululla Saw. Lalu Rasulullah Saw
menyatakan:”Allah amat kagum melihat perbuatanmu menyelenggarakan tamu tadi
malam wahai Abu Thalhah.
Kejadian tersebut merupakan cermin penghormatan tamu dan
pemupukan persaudaraan bermasyarakaat (ukhuwah
itima’iyyah) antar sesama muslim. Dengan pengamalan kebaikan (birr) akan tercipta masyarakat yang damai, tenteram,
saling menghormati dan kasih sayang. Dalam hal ini Rasulullah Saw menyatakan :” Ahli surga itu terdiri dari tiga golongan. Pertama adalah orang
yang memegang kekuasaan yang berlaku adil. Kedua adalah mereka yang
kasih sayang dan lembut hatinya terhadap sesama muslim, dan ketiga adalah
orang mulia yang menjaga kehormatan diri sedang ia menanggung keluarga besar “.
(HR. Imam Muslim dari ‘Iyadh bin ‘Imar).
Lasa Hs
0 Komentar