Sabar memang
mudah diucapkan, tetapi kadang berat untuk dilaksanakan. Hakikat sabar menurut Imam Ghazali adalah tetap tegaknya dorongan agama
ketika berhadapan dengan hawa nafsu. Sedangkan dorongan agama merupakan hidayah
dari Allah Swt untuk manusia agar mereka mengenal Allah Swt, RasulNya,
mengetahui ajaran dan mengamalkan ajaranNya untuk mencapai kemashlahatan dan
juga akibat-akibatnya.
Kadang orang lebih bisa sabar dalam menghadapi
penderitaan, tetapi tidak kuat menghadapi kegembiraan. Betapa banyak orang yang
tidak sabar ketika memiliki kekuasaan dan bergelimang harta. Mereka tidak tidur
di rumahnya yang mewah. Justru mereka tidur di penjara dengan baju seragam narapidana. Mobil mewahnyapun ndongkrok di garasi. Fir’aun hancur karena tidak bisa
sabar dalam mengendalikan hawa nafsu kekuasaan. Hitler mati bersama
gundiknya Eva Braun di gua lantaran menuruti nafsu kekuasaan dan nafsu biologisnya. Abu Lahab mati mengenaskan lantaran menurutkan nafsu keningratannya dan menolak kebenaran.
Sebaliknya,
betapa kuatnya Nabi Ayyub a.s. yang mendapat cobaan bertubi-tubi berupa
keludesan harta benda, anak-anaknya meninggal dunia, dan dirinya sendiri
menderita sakit bertahun-tahun lamanya. Demikian pula dengan Bilal si muadzin
yang begitu sabar ketika disiksa oleh orang-orang kafir laknatullah. Firman
Allah Swt yang artinya:” Orang yang sabar dalam menderita kemiskinan
(kekurangan) dan kemelaratan, itulah orang-orang yang benar pengakuan
keimanannya dan itu pula orang-orang yang taqwa (Q.S. Al Baqarah: 177).
Hakekat sabar bukan sekedar menyerah pada nasib tanpa
usaha untuk keluar dari penderitaan. Sabar berarti sementara menerima suatu
kondisi yang kurang menyenangkan disertai dengan perbuatan terpuji dan menjadikan pengalaman itu
sebagai pendorong untuk maju karena memiliki kemauan yang keras dan iman yang
teguh.
Beberapa ulama membagi
sabar dalam 5 macam yakni:
1.
Sabar
dalam ibadah (ashshobru fil ‘ibadah)
Hakekat melaksanakan perintah adalah menunjukkan
ketaatan seorang hamba kepada Allah Swt. Dalam pelaksanaan perintah ini
terdapat godaan, cobaan, dan kendala, kesulitan, bahkan tantangan tersendiri.
Ketika Rasulullah Saw akan melaksanakan shalat, lalu dilempari kotoran oleh
orang-orang Quraisy. Ketika Nabi Musa akan menyampaikan misi tauhidnya, maka terpaksa
harus berhadapan dengan Fir’aun.Oleh
karena itu dalam melaksanakan perintah perlu kesabaran tersendiri. Firman Allah
Swt :”Tuhan yang menguasai langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya. Oleh karena itu sembahlah Allah Swt dan
sabarlah untuk menyembahNya. Adakah kau kenal suatu kaum yang mampu memberi
nikmat tiada terbatas yang oleh karenanya patut diibadahi sama dengan Dia ?”.
2.
Sabar
dalam musibah (ashshobru ‘indal mushibah)
Ketika orang sedang sehat, orang kadang lupa
suatu ketika akan sakit. Di kala muda tak terpikirkan bagaimana nanti kalau
sudah tua.Apabila hal-hal yang tidak menyenangkan itu suatu ketika menimpa
seseorang, maka mereka sering berkeluh
kesah. Dalam hal ini sebenarnya
diperlukan keteguhan hati dalam menerima hal-hal yang kurang menyenangkan.
Lukman Hakim pernah mengingatkan bahwa emas dan perak itu diuji dengan api,
maka orang mukmin diuji dengan berbagai cobaan.
3.
Sabar
dari maksiat (ashshobru ‘anil ma’shiyat)
Sabar dari maksiat berarti upaya menjaga diri
dan orang lain jangan sampai melakukan kemaksiatan. Benteng pengendalian ini
kadang jebol lantaran kuatnya pengaruh lingkungan. Pergaulan dan lingkungan
sangat memengaruhi seseorang dalam pengendalian diri/sabar ketika menghadapi
kemaksiatan.
4.
Sabar
dalam perjuangan (ashshobru fil jihad)
Perjuangan memerlukan keihklasan dan
pengorbanan. Bahkan dalam keadaan tertentu justru nyawa taruhannya. Sabar dalam
perjuangan berarti tabah dan tahan serta teguh dalam mewujudkan cita-cita luhur
dan bukan sekedar demi kepentingan sesaat.
5.
Sabar
terhadap kehidupan dunia (ashshobru ‘anid
dunnya)
Sabar terhadap kehidupan dunia adalah sikap
hati-hati dan tabah dalam menghadapi kehidupan dunia. Perlu disadari bahwa
kehidupan dunia bukan tujuan akhir, melainkan hanya suatu terminal untuk sampai
pada tahap-tahap kehidupan berikutnya yang lebih abadi. Pepatah Arab menyatakan
:al’aqilu ya’kulu liya’isya, wal jahilu
ya’isyu liyakkula”. Artinya , orang pintar itu makan untuk sekedar hidup, sedangkan orang
bodoh itu hidup untuk makan.
Sikap sabar selalu diperlukan ketika menerima hal-hal yang menyedihkan
maupun hal-hal yang menggembirakan. Sabar adalah perisai dalam kehidupan.
Lasa Hs
0 Komentar