Semua orang pada umumnya kepingin sehat. Mereka tidak ingin sakit meskipun
hanya sakit panu misalnya. Sehat memang mahal, maka perlu dijaga
sebaik-baiknya.
Orang sehat insya Allah dapat melakukan banyak aktivitas. Sehat dalam hal
ini adalah sehat dalam segala aspek baik fisik, mental, sosial, maupun akidah.
Mereka yang sehat adalah orang yang kuat. Untuk itu perlu dipahami prinsip
utama dalam kesehatan adalah mengupayakan secara teratur dan optimal agar orang
menjadi kuat. Rasulullah SAW menyatakan dalam salah satu hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah dengan sabdanya: ”Seorang mukmin yang kuat itu
lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah (H.R.
Muslim).
Dari hadits ini dapat
dipahami bahwa Islam sangat memperhatikan kesehatan fisik, jiwa, akal, sosial,
dan akidah. Oleh karena itu menjaga kesehatan di saat sehat lebih baik dari
pada berobat ketika telah sakit. Sehat
rohani dan jasmani merupakan kebahagiaan tersendiri bagi seseorang dalam hidup
di dunia ini maupun di akhirat nanti. Rasulullah SAW sendiri selalu berdo’a
pagi dan sore untuk diberikan kesehatan. Dalam hadits yang diriwayatkan ’Abdullah
ibn ’Umar r.a. ia berkata bahwa Rasulullah SAW selalu berdo’a pagi dan sore
dengan do’a: Ya Allah aku memohon kepada-Mu kesehatan di dunia dan akhirat, Ya
Allah, aku mohon kepada-Mu ampunan dan kesehatan agamaku, duniaku, dan hartaku
(HR Ahmad, Abu Daud, dan Ibn Majah).
Agar orang tetap sehat, beberapa
pakar kesehatan menganjurkan untuk mengonsumsi gizi yang cukup, olah raga
cukup, jiwa yang tenang, dan menjauhkan diri dari berbagai pengaruh yang
menjadikannya kena penyakit. Sedangkan Badan Kesehatan Dunia/World
Health Organization (WHO) memberi batasan tentang sehat adalah suatu keadaan
jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang baik, tidak hanya tidak berpenyakit atau
cacat/health is a state of complete physical, mental and social being, not merely the absence of disease on
infimity. Definisi ini pada tahun
1984 ditambah dengan agama/religion. Dengan demikian sehat itu meliputi
bio-psiko-sosio-spiritual. Oleh karena itu seseorang dapat dikatakan sehat yang
sebenarnya apabila tubuh/jasmaninya tidak berpenyakit, mental yang baik,
kehidupan sosial yang baik, dan agama yang baik.
Dalam hal kesehatan ini,
Ibnu Qayyim al Jauziyyat (wafat 1350 M) salah seorang ulama terkenal dalam
bukunya berjudul al Thib al Nabawi membagi cara penjagaan kesehatan Nabi
Muhamamd SAW menjadi 3 (tiga) kategori, yakni obat alami, obat Ilahi, dan gabungan
diantara keduanya (departemen Agama RI, 2003: 24). Sedangkan al-Dzahabi dalam
bukunya al Thib al Nabawi menyatakan bahwa inti pengobatan Nabi Muhamamd SAW ádalah
keterpaduan kesehatan pada diri seseorang meliputi aspek-aspek: spiritual,
psikologis, fisik, dan moral. Diantara cara pengobatan Nabi Muhammad SAW ádalah
pola makan minum, menjalankan puasa, menjaga
keseimbangan, minum madu, menggunakan air jernih, minum air susu murni, makan
buah kurma, pencegahan, pengobatan dan olah raga.
1. Pola Makan dan Minum
Sebagaimana
dipahami bahwa makanan dan minuman merupakan unsur penting untuk menjaga
kesehatan. Kemudian makanan dan minuman ini dalam Islam disyaratkan makanan dan
minuman yang halalan thayyiban. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Q.S. al
Baqarah: 168) yang artinya ”Hai manusia,
makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi”. Pengertian makanan/minuman yang halal
dalam hal ini harus dilihat dari 4 aspek. Yakni dari segi zat, sifat, cara memperoleh,
dan akibat yang ditimbulkan bila mengonsumsinya. Kemudian pengertian thayyiban
berarti makanan yang baik dan bergizi. Makanan inipun harus dilihat dari segi
kebersihan, rasa, dan cara penyajiannya, cara memperoleh, dan mengonsumsinya.
Islam menjaga kebersihan makanan
minuman antara lain dari cara memerolehnya. Bila cara memerolehnya dengan cara
yang tidak halal seperti mencuri, merampok, korupsi, memalsu cap, memalsu tanda
tangan, dan lainnya, maka cara-cara ini tidak dibenarkan dalam agama Islam.
Demikian pula keharaman
makanan/minuman dapat dilihat dari jenisnya seperti bangkai, daging babi,
darah, minuman keras, dan lainnya. Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW menyatakan
bahwa ”Setiap tubuh yang tumbuh dari makanan/minuman yang haram, maka neraka
lebih layak baginya (H.R. al Turmudzi)
Disamping itu dalam
mengonsumsi makanan/minuman hendaknya sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan. Firman
Allah Swt yang artinya:” Makan dan minumlah kamu sekalian dan janganlah
berlebihan, sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berlebihan
(Q.S. Al A’raf: 31)
Dari ayat tersebut dapat
dipahami bahwa pengaturan pola hidup sederhana merupakan rahasia untuk menjaga
kesehatan dan kebugaran tubuh. Resep sehat disini adalah tengah-tengah, artinya
tidak berlebihan, tidak terlalu kenyang sehingga di dalam perut itu ada rongga
sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk makanan/minuman dan sepertiga lagi
untuk napas.
Pola makan seperti itulah
yang digunakan oleh Rasulullah SAW sehingga dalam catatan sejarah Nabi SAW
hanya sakit 2 (dua) kali selama hidupnya. Bahkan kepada beliau itu pernah
dikirim dokter khusus untuk menjaga kesehatan beliau. Akhirnya dokter itu minta
ijin pulang karena selama mengawal kesehatan Nabi SAW ternyata beliau tidak
pernah sakit. Jadi dokter tadi tidak punya pekerjaan. Sampai-sampai Rasulullah
SAW bersabda ”Kami tidak memerlukan dokter, sebab umat Islam itu tidak makan
sebelum lapar, dan bila makan tidak sampai kenyang”. Pernyataan ini sesuai
dengan hadits lain yang menyatakan ”seorang mukmin itu makan dengan satu
lambung dan orang kafir itu makan 7 (tujuh) lambung (H.R. al Bukhari dan
Muslim)
2. Menjalankan Puasa
Puasa
wajib maupun sunah kecuali memiliki nilai ibadah, juga memiliki makna sosial,
pendidikan, kultural, dan kesehatan. Dalam berbagai penelitian telah dibuktikan
bahwa puasa dapat menyehatkan badan, terutama pada pencernakan dan kegemukan.
Orang yang puasa berarti:
a. Memberikan kesempatan pada organ pencernakan untuk istirahat sementara
b.. Meremajakan sel-sel tubuh yang mulai menua
c. Mengendalikan emosi.Sebab dengan pengendalian ini akan memberikan
pengaruh positif terhadap organ tubuh seperti jantung, sistem saraf, dan sistem
peredaran darah
d..Menuju keseimbangan makan dan minum
e. Menghindarkan diri dari kegemukan
f.. Menyehatkan lambung
g.. Bepengaruh positif terhadap rohani.
Dalam hal puasa ini Rasulullah bersabda :
Artinya : Berpuasalah agar
kamu selian sehat” (H.R. Al Thabarani)
3.Menjaga Keseimbangan
Kadang
orang terlalu semangat melakukan aktivitas. Bagi mereka kerja keras mencapai keberhasilan
merupakan prestasi sendiri dalam hidup. Dalam melakukan kegiatan ini kadang orang tidak memikirkan makan minum dan
tidak istirahat. Saking sibuknya, lalu sering sakit perut karena makan minum
tidak teratur.
Islam sebenarnya
mengajarkan keseimbangan hidup antara lain dengan cara tidur cukup, istirahat
cukup, makan makanan bergizi, disamping beribadah kepada Allah SWT.
Keteraturan tidur dan berjaga harus dipenuhi agar terjaga kesehatannya.
Dari sisi lain, Islam melarang membebani badan melebihi kemampuannya seperti
begadang sepanjang malam,membiarkan perut tak terisi makanan/minuman
berhari-hari.
Disamping itu perlu dipahami
bahwa berlebihan dalam makan dan minum kadang mendatangkan kesengsaraan. Perut
harus dijaga kesehaatannya. Sebab sebagian besar penyakit itu bersarang di
perut dan sekitarnya. Perut yang lemah biasanya berasal dari keturunan. Sebagai
stasiun pertama, perut itulah tempat makanan dan minuman disimpan dan diproses
dan kadang menimbulkan penderitaan. Oleh karena itu bila perut itu sehat, maka
akan baik akibatnya pada seluruh tubuh. Sebaliknya apabila perut itu
berpenyakit, maka hal ini akan mempengaruhi sistem kerja alat jasad yang lain
(Ramali, 1951: 253). Kemudian berkaitan dengan perut ini, Rasulullah SAW
menyatakan :”Perut itu ibarat kolam air di dalam tubuh manusia, dan disana ada
pembuluh-pembuluh darah yang bersambung ke seluruh tubuh. Apabila perut itu
sehat, maka kesehatan pula yang dibawa pembuluh darah ke seluruh tubuh (H.R.
Abu Hurairah).
Penjagaan perut in, besar
pengaruhnya terhadap kesehatan dan keselamatan secara rohani dan jasmani.
Sampai-sampai Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa ”Ilmu dan akal tidak mungkin
pada perut besar yang dipadati dengan makanan (Karim, 1938 dalam Ramali 1951).
Menguakan hadits ini ’Umar ibn Klhattab r.a. menyatakan :”Kuasai dan kendalikan
nafsu perut besarmu, karena perut itu dapat merusak jasd dan mendatangkan
penyakit yang menyia-nyiakan shalat (Ramali, 1951).
Bersambung
( Lasa Hs)
0 Komentar