Artinya “dan
sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan. Dan kelak Allah pasti
memberikan karuniaNya kepadamu, lalu (hati) kamu menjdi puas”. (Q.S. Adh Dhuha:
4 – 5)
Setiap orang ingin mencapai
kemajuan dan keberhasilan. Mereka berkeinginan agar hari esok lebih baik
daripada hari ini. Hari ini diushaakan lebih baik daripada hari kemarin.
Perubahan ini akan terjadi apabila orang
memahami apa makna hidup.Hidup adalah anugerah Allah yang sangat berharga.
Anugerah itu harus disyukuri antara lain dengan melakukan dan menghasilkan
sesuatu yang positif atau manfaat untuk
diri dan orang lain. Salah satu pilihan untuk menghasilkan yang positif itu
adalah bekerja.
Bekerja memiliki banyak maknadan bukan
sekedar mendapatkan uang. Bekerja dapat dinilai sebagai bentuk syukur dan
ibadah kepada Allah. Sebab dengan melakukan suatu pekerjaan berarti kita
memanfaatkan potensi yang ada untuk diri dan orang lain. Putaran otak, gerakan
tangan, dan langkah kaki untuk menggapai kemanfaatan diri atau orang lain
sebenarnya merupakan langkah positif meskipun belum menghasilkan.
Agama apapun tidak mengajarkan pengikutnya
untuk bermalas-malasan. Pada umumnya agama-agama di dunia ini menganjurkan
umatnya untuk berusaha dan bekerja. Sebab dengan bekerja akan menaikkan status
seseorang dan tidak menjadi beban orang lain.
Suatu ketika Rasulullah SAW
kedatangan seorang laki-laki yang mengadukan kefakirannya. Mendengar keluhan
itu, lalu Rasulullah SAW memberikan dua dirham dan bersabda :”Apakah kamu
memiliki sesuatu ?. “Tidak, wahai Rasulullah”. Jawab orang itu. Lalu orang itu
diberi lagi uang sebanyak 2 dirham dan Rasulullah SAW bersabda lagi “Terimalah
uang ini. Belilah makanan sekedarnya untuk kamu dan keluargamu. Sisanya coba
belikan kampak. Dengan kampak itu engkau mencari kayu di hutan lalu juallah
kayu itu. Hal ini akan lebih baik dan bermakna daripada engkau menjadi pengemis
(minta-minta pada orang lain) “. Setelah 15 hari dari pertemuan itu, lelaki itu
sowan pada Rasulullah SAW dan matur “Wahai Rasulullah, Allah sungguh telah memberkahi
apa yang telah Rasul perintahkan kepadaku. Alhamdulillah,kini kami telah
berhasil mengumpulkan uang sebanyak 10 dirham. Uang yang 5 dirham saya gunakan
untuk beli makanan anak isteri dan yang 5 dirham saya gunakan membeli pakaian untuk mereka”. Mendengar
cerita keberhasilan itu, Rasululah nampak berkenan, lalu bersabda “Hal itu
lebih baik dari pada engkau meminta-minta kepada orang lain”.
Dengan bekerja, seseorang akan
memiliki rasa percaya diri yang tinggi bila dibandingkan dengan orang yang menganggur.
Sebab orang yang bekerja tidak menjadi beban orang lain. Orang yang bekerja
tidaklah dipandang sebelah mata oleh orang lain. Bahkan predikat orang bekerja
menjadi “penghasil sesuatu” dan bukan lagi sebagai peminta. Dengan kata lain,
orang yang bekerja ibarat baju yang bermerek. Tentunya baju yang bermerek
harganya lebih mahal daripada baju yang tidak punya merek.
Bekerja dapat menaikkan status dan
gengsi seseorang dan keluarga.Maka tak heran apabila sebagian besar orang
cenderung mencari pekerjaan yang bergengsi dan prospektif. Sebab dengan
prestise tinggi diharapkan akan mendatangkan banyak fasilitas. Namun demikian
ada pula orang yang mementingkan pada pekerjaan/bidang yang ditekuninya itu. Dia tidak mementingkan prestise. Baginya
memaknai pekerjaan itu lebih penting daripada mengejar prestise. Sebab prestise
hanya bersifat sementara dan kadang orang terjebak oleh pengejaran prestise.
Betapa banyak orang yang sekedar mengejar gengsi lalu kehilangan makna hidup.
Maka dalam hal pekerjaan ini yang penting adalah fungsinya dan bukan statusnya.
Apalah artinya status kalau toh nyatanya tidak mampu berfungsi pada bidang
tertentu.
Orang-orang yang bekerja dengan
baik dalam bidangnya akan memberikan makna dalam kehidupan dan namanya akan
dikenang sepanjang masa. Sekedar contoh adalah karyawan sekolah tertentu,
ketika masih hidup menyaksikan para siswa praktek biologi dengan tengkorak
buatan. Dia berpikir alangkah bagusnya apabila anak-anak itu bisa praktek
dengan tengkorak sungguhan. Dia menyadari bahwa praktek dengan tengkorak asli
jauh berbeda dengan praktek dengan tengkorak buatan. Tak lama, lalu dia berwasiat kepada keluarga dan sekolah
apabila sewaktu-waktu meninggal dunia, maka tengkoraknya supaya diambil dan
digunakan sebagai media praktek para siswa sekolah tersebut. Wasiat inipun
dilaksanakan dan tengkorak itupun digunakan sebagai media paktek dan sekarang
tersimpan di ruang leboratorium sekolah tersebut.
Meskipun karyawan tersebut termasuk
pegawai rendah, namun ternyata ia mampu memberikan makna dalam kehidupan
keilmuan. Sekecil apapun pekerjaan seseorang asal dilakukan dengan baik,
maka akan memberikan makna tersendiri.
Dalam hal ini Martin Luther King Jr. mengatakan “Kalau anda terpanggil menjadi
tukang sapu jalan, maka sapulah jalan itu seperti Michelangelo melukis, atau Bethoven mengubah musik, atau seperti
Shakespeare menulis sajak. Sapulah jalan itu sedemikian baik, sehingga semua
penghuni surga dan bumi akan berhenti sejenak untuk mengatakan “Di sini pernah
hidup seorang tukang sapu jalan yang hebat yang sangat baik kerjanya”.
Keberhasilan tidak begitu saja
datang dari langit. Orang yang sukses adalah orang yang berusaha, mampu
mengatasi kendala, dan memperoleh sesuatu yang diinginkan. Pemalas adalah orang
yang enggan bekerja, takut gagal, dan maunya dapat enaknya. Kemudian orang yang
berusaha adalah orang yang mampu memaknai hidup. Mereka yang malas berarti
tidak tau tentang makna hidup. Bekerja merupakan salah satu upaya memberikan
makna dalam kehidupan.
Apabila orang memahami bahwa bekerja
merupakan makna hidup, maka dia akan merasa bahagia dalam melaksanakan
pekerjaan. Sebab sesepele apapun pekerjaan asal dilaksanakan dengan baik dan
senang, maka akan mendatangkan keberhasilan dan kebahagiaan. Dengan bekerja
membuat seseorang tidak menganggur, dapat menghasilkan sesuatu, dan dapat
memenuhi kebutuhan hidup. Kiranya tidak perlu dipusingkan dengan adanya
kesulitan dalam melaksanakan pekerjaan. Tak perlu takut dengan kelelahan. Sebab
di balik kelelahan itu akan tumbuh kebahagiaan lantaran memperoleh sesuatu
sebagai hasil jerih payahnya.
Untuk memperoleh hasil yang
diharapkan orang harus berani kompetisi dalam berebut kesempatan. Maka bangun
pagi lalu melakukan aktivitas merupakan salah satu sikap siap untuk
berkompetisi. Sebab bangun siang itu rizkinya sudah dipatuk ayam.
Berkatian dengan itulah, maka
Rasulullah SAW mendorong umatnya untuk bangun pagi hari dengan sabdanya bahwa
shalat fajar itu lebih baik daripada dunia dan isinya. Artinya dengan shalat
fajar tersebut orang akan bangun pagi lalu melakukan serangkaian kegiatan yang
produktif. Pengertian ini bukan berarti setelah shalat fajar dan shubuh lalu
tidur-tiduran atau malas-malasan. Berkaitan dengan malas-malasan ini, suatu
ketika Rasulullah SAW menghampiri tempat tidur putri tercinta yakni Fatimah
Az-Zahra. Saat itu Fatimah sedang tiduran seusai melaksanakan shalat subuh.
Melihat putrinya yang sedang malas-malasan itu, beliau menggoyang tubuh
putrinya itu dan bersabda :”Wahai putriku, bangunlah dan sambutlah rizki Allah
dan jangan lalai. Sebab Allah itu membagi-bagi rizki kepada manusia antara
terbit fajar sampai menjelang matahari terbit” (H.R. Baihaqi).
Pada pagi hari pikiran masih fresh
yang dapat digunakan untuk kegiatan yang memerlukan konsentrasi dan
perencanaan. Bagi seorang ilmuwan waktu itu dapat digunakan untuk kegiatan baca
dan tulis.Bagi penjual makanan, maka pagi itu dapat digunakan untuk masak .
Demikian pula bagi rumah tangga, sepagi itu banyak hal-hal yang dapat
dikerjakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Bahkan jalan atau lari pun
merupakan olah raga murah meriah dan menyehatkan.
Kemalasan akan melahirkan
penyesalan. Kemalasan membuat orang enggan beranjak, tangan malas bergerak,
kaki berat melangkah, pikiran terbelenggu, dan
kemauan beku. Kemalasan membuat hidup menjadi redup, langkah mundur,
mata tertidur, dan maunya yang enak-enak tidur di atas kasur. Sikap inilah yang
membuat orang, masyarakat, bahkan bangsa
ketinggalan dari yang lain. Untuk itu Nabi Muhammad SAW pernah mengingatkan
akan bahaya kemalasan dalam sabdanya :”Beberapa hal yang sangat aku khawatirkan
akan menimpa umatku yakni besar perut (doyan makan) terus menerus tidur, lemah,
dan lemah keyakinan “ (H.R. Daruqutni).
Lasa
Hs
0 Komentar