Anggapan tentang penulisan
Dalam masyarakat kita terdapat
beberapa anggapan bahwa menulis itu menakutkan, bakat, seni, mengoplos ide, dan
dapat dipelajari
- Menakutkan
Orang enggan menulis mungkin lantaran berbagai ketakutan. Mereka takut
kalau tulisannya itu ditolak penerbit, padahal sudah punya nama beken. Mereka
juga was-was kalau tulisannya itu terdapat kesalahan dan kekurangan, sehingga
takut dikritik, dicemooh, atau diserang orang lain melalui rensensi atau dalam
bentuk buku. Bahkan banyak yang khawatir
jangan-jangan bukunya nanti dibajak. Padahal buku itupun belum tentu laku.
Sebab buku yang dibajak itu adalah buku-buku yang best sellers. Sedangkan buku mutu belum tentu laku karena kurang marketable.
Dunia penulisan sebenarnya bukan dunia lain yang menakutkan. Para pelaku
ilmu pengetahuan dan moral yang takut menulis buku ibarat burung bersayap satu
yang hanya mampu meloncat dari dahan/pohon satu ke dahan/pohon lain. Mereka
juga bisa dimisalkan seorang yang berani menceburkan diri ke sungai tetapi idak
bisa berrenang. Lama kelamaan akan mati tenggelam. Dengan kata lain dapat
dinyatakan bahwa ilmuwan itu akan tamat riwayatnya setelah pensiun yang itu
merupakan kematian apabila tidak memiliki kemauan dan keamampuan menulis
buku/lain. Maka penakut itu akan mati
seribu kali dan pemberani hanya mati sekali. Sebab penakut itu telah mati
sebelum melangkah.
- Bakat
Memang ada beberapa
penulis itu benar-benar bakat. Mereka mendasarkan penulisan pada ide dan
inspirasi yang kuat. Bagi mereka, menulis itu tidak akan memerlukan waktu
khusus. Ia hanya menantikan ide sampai datangnya perasaan untuk menulis.
Setelah itu biasanya mereka menuangkan ide ke dalam bentuk tulisan. Dalam hal
ini mereka menggerakkan tangannya untuk menulis karena adanya sentuhan magis/magic touch yang datang tiba-tiba.
- Seni
Tulisan merupakan
hasil ekspresi ide atau perasaan sebagaimana lukisan yang merupakan curahan
perasaan seorang pelukis. Pengungkapan ini lantaran munculnya gerak batin
secara tiba-tiba seperti orang yang mendadak menyanyi atau bersiul karena
kegembiraan. Dalam hal ini Claude Levi-Strauss (antropolog Perancis) menyatakan
bahwa tulisan merupakan ciptaan ajaib yang pengembangannya membawa manusia pada
suatu kesadaran yang lebih besar untuk mengatur masa sekarang dan masa depan
(the Liang Gie, 1992: 9)
Proses
penulisan memerlukan kreativitas dan harus memiliki naluri bahasa yang kuat,
lincah, dan efektif. Kemahiran memilih kata memerlukan instuisi yang tinggi di
samping adanya inspirasi yang muncul.
- Cuma
mengoplos ide orang lain
Dalam penulisan karya ilmiah memang terjadi saling mengutip pendapat atau
tulisan orang lain. Pengutipan ini bukan berarti sekedar mengoplos. Sebab
menulis itu merupakan bentuk ekspresi diri secara total yang dalam prosesnya
memerlukan ilmu pengetahuan, pelatihan, renungan, dan menuntut berbagai
kecerdasan antara lain kecerdasan kata/word
smart.
Pengutipan atau penyitiran dalam
penulisan karya ilmiah itu dibolehkan asal menyebutkan data bibliografi secara
lengkap. Pola sitiran ini menggambarkan adanya hubungan antara sebagian atau
seluruh artikel yang disitir dengan artikel yang menyitir. Adanya pengutipan
ini akan memberikan nilai yang obyektif dan manfaat antara lain:
a. adanya pengakuan atas prestasi orang lain
b. menjunjung etika keilmuan
c. membantu pembaca dalam penemuan kembali
- Dapat
dipelajari, berlatih, dan mencoba
Menulis (buku,
artikel, resensi, berita, dll.) itu sebenarnya dapat dipelajari asal ada
kemauan, keberanian, sabar, ulet, telaten, dan tak mudah putus asa. Membaca
buku-buku teori penulisan kiranya kurang berkembang apabila takut mencoba.
Sebab dengan ketakutan mencoba ini, maka selamanya tidak pernah bisa menulis.
Membaca teori itu baru sekedar belajar tentang menulis dan belum belajar
menulis. Dalam hal ini, Abdul Hadi WM (2002) menjelaskan bahwa bakat menulis
itu hanya 5 % lalu keberuntungan 5 %, sedangkan sisanya sebanyak 90 %
tergantung pada kesungguhan dan kerja keras.
Belajar, berlatih,
dan berani mencoba merupakan salah satu cara untuk maju. Albert Einstein
menyatakan “Learn from yesterday, hope for tumorrow. The important things is not stop questioning:. Artinya belajarlah
dari hari kemarin, lakukanlah untuk hari ini, dan berharaplah untuk hari esok.
Yang penting jangan pernah berhenti bertanya.
Barbara Sher seorang
penulis ulung juga menasehatkan bahwa untuk bisa menulis harus banyak berlatih
dan tidak mudah putus asa. Dalam hal ini beliau menyatakan “You can learn new
things at any time in your life if you’re willing to be beginner. If you actually
learn to like a beginner, the whole worlds opens up to you”. Artinya anda bisa
memelajari sesuatu yang baru kapan saja asalkan berpikir sebagai pemula. Jika
anda benar-benar mau belajar seperti pemula, maka dunia akan terbuka bagi anda.
Hambatan
Suatu keinginan itu pasti ada
hambatan baik dari dalam diri orang atau dari
luar diri sendiri. Dalam hal ini bukan takut hambatan itu, tetapi bagaimana
mengenal hambatan itu dan berusaha untuk mengatasinya. Adapun beberapa hambatan
calon penulis atau penulis pemula antara lain:
- Hanya ingin dan belum/tidak
punya kemauan
- Mudah putus asa
- Kurang ulet
- Malas berlatih
- Malas bertanya dan berguru
- Terlalu ideal, gengsi
- Kurang percaya diri
- Berbagai ketakutan.
Calon penulis termasuk para
akademisi bisa mengalami ketakutan yang berlebihan antara lain takut :
- ditolak
penerbit
- dikritik
- disepelekan
- ketahuan
kapasitas keilmuannya
- dibajak
- difotokopi
- dibohongi
penerbit
- tak
dibayar royali
Saran/solusi
Sekecil apapun
hambatan, perlu adanya upaya mengatasinya. Sebab kebakaran itu berasal dari
percikan api. Beberapa saran solusi bagi penulis pemula antara lain:
- ada kemauan yang kuat
- putus asa sama dengan “mati
gantung diri” sebelum perang
- sabar, ulet, dan telaten
- malu bertanya sesat ke kuburan
- orang bisa renang karena
berlatih, bukan hanya membaca buku tentang renang
- percaya diri itu potensi
terpendam
- Hantu itu hanya ada pada diri
kita
- Berlatih menulis
Belajar teori saja
tidak menjamin seseorang akan menjadi penulis. Berani mencoba dan berlatih
terus merupakan modal untuk bisa menulis. Balajar menulis tidak harus melalui
sekolah menulis. Belajar di manapun selau ada gunanya. Sekolah baru disebut
berhasil apabila mampu menggugah orang untuk senantiasa belajar dan mencari.
(Prama, 2004:7)
Bersambung
Salam Iqra’
Lasa Hs
0 Komentar