Kita datang ke
dunia ini memang telah dilahirkan berbeda; jenis kelamin, rupa, suara, sifat,
dan watak. Kita memang beda suku, bahasa, budaya, dan paham. Perbedaan ini
kadang menjadi perpecahan bagi suatu bangsa apabila tidak bisa menyikapinya.
Namun demikian di satu sisi, perbedaan itu justru sebagai rahmat dan keindahan
dalam kehidupan suatu bangsa apabila mampu menyikapinya dengan arif. Disinilah pentingnya
saling memahami perbedaan diantara kita. Allahpun menegaskan adanya perbedan
itu dan perlunya saling memahami dan menghormati perbedaan itu. Firman Allah
Swt dalam Q.S.Al Hujurat: 13 yang
artinya:”Wahai manusia . Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Mahateliti”. Perbedaan agama, paham, dan pilihan semestinya dapat
menjadikan dinamika kehidupan dan bukannya mendatangkan perpecahan.
Dalam hidup bermasyarakat , berbangsa,
dan bernegara, kita tidak bisa hidup satu partai dan kelompok secara sendirian.
Kehidupan ini memerlukan bantuan dan pertolongan pihak lain. Maka disinilah
perlu dipahami hak dan kewajiban dalam bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa.
Diantara hak dan kewajiban tersebut
ialah agar sesama kita itu saling menghormati kedaulatan, wewenang, dan hak
orang kain, Sesama kita tidak pantas saling mengolok-olok, saling merendahkan,
saling menghina, merasa lebih hebat dari yang lain tentang kehidupan pribadi,
kelompok maupun kehidupan politik. Sangat mungkin bahwa kelompok maupun
individu yang dihina itu justru lebih baik dari individu atau kelompok yang mengolok-oloknya.
Dalam hal ini, baiklah kita pahami dan renungkan firman Allah Swt: Wahai
orang-orang yang beriman ! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain,
(karena) boleh jadi mereka (yang diperlok-olokan) itu lebih baik dari mereka
(yang mengolok-olok, dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokan)
perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) itu
lebih baik dari mereka (yang diperolok-olokkan). Janganlah kamu saling mencela
satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.
Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman.
Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang dhalim”
(Q.S. Al Hujurat: 11)..
Kecenderungan untuk menghina itu sebenarnya
menunjukkan kekerdilan jiwa seseorang dan sempitnya wawasan dalam bermasyarakat
dan bernegara. Suka mencari-cari kesalahan pihak lain itu pada hakikatnya
adalah usaha menutupi borok sendiri.
Merendahlah
pihak lain, menuduh, maupun mengumpat pada dasarnya juga menyangkut diri
sendiri. Maka perbuatan ini diibaratkan makan bangkai saudaranya sendiri yang
tentunya tidak dikehendaki oleh siapapun.
Lasa Hs.
Jum’at Cerah
0 Komentar