Terjadinya konflik dapat diantisipasi sedini mungkin.
Antisipasi ini dapat dilakukan antara lain dengan cara memahami ekspresi
seseorang. Ekspresi konflk dapat diketahui secara jelas, tersembunyi, pasif,
dan agresif (Lasa Hs., 2016)
1.Jelas
Konflik ini disebut juga dengan konflik terbuka.
Ekspresi konflik terbuka ini bisa dalam bentuk sikap yang agresif seperti
ejekan, olok-olokan, kritik yang tidak jelas atau WTS (waton suloyo), teriakan, maupun tindakan kekerasan.
Konflik semacam ini
dapat disaksikan pada pertandingan sepak bola atau pertarungan tinju.
Para bebotoh kadang saling mengejek, melempar batu, mencegat sebelum, saat ,
atau sesudah bertanding.
2.
Agresif
Konflik ini diekspresikan dalam bentuk sopan santun
yang dibuat-buat, pura-pura taat, tidak mau bicara, bahkan diajak makan pun
tidak mau. Kalau dibiarkan konflik ini akan berkembang, karena mereka di
belakang suka kasak kusuk.
3.Pasif
Konflik ini diekspresikan dalam perilaku diam, tidak
mau bekerjasama, tidak mau membantu, datang terlambat, sering membolos dengan
alasan yang tidak jelas. Kalau rapat mesti pamit. Pagi datang, siang pergi tak
jelas menurus apa. Nanti menjelang pulang datang lagi untuk presensi.
4.Tersembunyi
Sebenarnya konflik ini merupakan lanjutan konflik
agresif. Namun dalam ekspresinya tidak terus terang. Ekspresi konflik ini dapat
dikenali dari bentuk komentar yang sekedar cari-cari masalah, kritikan
asal-asalan, mencela, dan terus menerus mencari kesalahan pihak-pihak yang
tidak sependapat. Mereka yang tidak sependapat cenderung dianggap sebagai
kompetitor, penghalang, bahkan dianggap musuh
Bersambung
Lasa
Hs
SEPUTAR KONFLIK
Tulisan - 5
Solusi Konflik
Perbedaan pendapat, salah paham, dan beda keinginan
dalam suatu lembaga/perpustakaan merupakan hal lumrah terjadi, dan kewajaran
dalam kehidupan ini. Namun konflik ini apabila tidak diantisipasi dan dicari
solusinya, maka bisa menimbulkan perpecahan bahkan permusuhan yang berlarut-larut.
Dalam hal ini Lubatoruan dalam Ensiklopedi
Nasional Indonesia jilid 8 (1990: 98) memberikan saran penyelesaian konflik
antara lain dengan:
1. Mengidentifikasi tingkat konflik;
2. Mencegah pengaruh negatif yang dapat ditimbulkan;
3.
Memelajari kemungkinan perlunya
penetapan sanksi kepada pihak yang terlibat;
4. Berusaha memadukan persepsi kedua pihak agar masing-masing memahami dasar
pemikiran pihak lain;
5.
Mencari jalan keluar dengan
meminta toleransi kedua belah pihak demi kepentingan organisasi (perpustakaan);
6.
Memberi umpan balik kepada
kedua belah pihak agar masing-masing menyadari kekurangannya dan dapat mencegah
timbulnya konflik yang bisa menimbulkan keadaan negatif di masa mendatang.
Memang banyak teori yang dikemukakan beberapa
penulis dan pakar untuk mengantisipasi dan sebagai solusi suatu konflik. Dalam
teori lain disebutkan bahwa konflik dapat diatasi dengan cara negoisasi,
kompetisi, akomodasi,smoothing,
menghindar, dan kolaborasi.
1.
Negoisasi
Negoisasi ini bisa disebut pula
dengan kompromi. Kompromi merupakan penyelesaian konflik ketika semua pihak
yang terlibat saling menyadari dan sepakat pada keinginan bersama. Penyelesaian
dengan strategi ini sering diartikan dengan lose-lose
situation. Yakni kedua belah pihak yang terlibat saling menyerah dan menyepakati
yang yang telah diperbuat.
2.
Kompetisi
Strategi kompetisi ini bisa disebut
cara penyelesaian konflik dengan win-lose
situation. Dalam penyelesaian konfik ini menekankan hanya ada satu orang,
pihak, atau kelompok yang menang tanpa mempertimbangkan pihak yang kalah.
Akibat negatif dari strategi ini adalah timbulnya kemarahan, putus asa, bahkan
kerusuhan di kemudian hari;
3.
Akomodasi
Teori akomodasi ini bisa disebut
dengan penyelesaian konflik dengan cooperative
situation. Pada strategi ini seseorang berusaha mengakomodasi permasalahan dan memberi
kesempatan pihak lain untuk menang. Pad cara ini, masalah utama yang terjadi
sebenarnya tidak terselesaikan. Strategi ini biasanya digunakan oleh partai
politik atau kelompok-kelompok yang berebut kekuasaan dengan segala cara dan
konskuensinnya;
4. Smoothing
Teknik ini merupakan cara
penyelesaian konflik dengan cara mengurangi komponen emosional dalam konflik.
Pada strategi ini, individu yang terlibat dalam konflik berupaya mencapai
kebersamaan dari perbedaan dengan penuh kesadaran dan introspeksi diri.
Strategi ini biasanya diterapkan pada konfik yang ringan.
5.
Menghindar
Pada strategi ini, semua pihak yang
terlibat dalam konflik menyadari tentang masalah yang dihadapi. Namun mereka
memilih menghindar atau sengaja tidak menyelesaikan masalah. Strategi ini kalau
tidak hati-hati sewaktu-waktu dapat muncul kembali
6.
Kolaborasi
Strategi ini sering disebut cara
penyelesaian konflik dengan istilah win-win
solution. Dalam strategi ini, kedua belah pihak yang terlibat menentukan
tujuan bersama dan bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan. Keduanya yakin akan
bisa mencapai tujuan bersama itu. Strategi kolaborasi tidak akan bisa berjalan
apabila kompetisi insentif sebagai bagian dari situasi tersebut, kelompok yang
terlibat tidak mempunyai kemampuan dalam menyelesaikan masalah, dan tidak
adanya kepercayaan dari kelompok (Bodwdtich dan Buono, 1994 dalam Nursalam,
2015).
Selesai
Lasa Hs
0 Komentar