Kebohongan merupakan penyakit kejiwaan
manusia dan sekaligus penyakit kronis masyarakat yang akibatnya dapat
menurunkan kredibiltas seseorang dan menggerus kepercayaan masyarakat. Kebohongan
adalah memberikan sesuatu (perkataan, pernyataan, perilaku) lisan maupun
tertulis yang berlainan dengan keadaan yang sebenarnya.
Orang-orang yang tamak harta, kekuasaan,
jabatan, kehormatan kadang tidak segan-segan melakukan kebohongan untuk meraih
maupun mempertahankan jabatan. Mereka tak malu memalsu ijasah, memalsu tanda
tangan, merubah nama atau tanggal lahir misalnya.
Orang berlaku bohong lantaran
ketidakberdayaan dalam mengendalikan hawa nafsu terutama syahwat politik, nafsu
kekuasaan, gengsi, maupun kelompok. Pada saat itu hati nurani manusia tertutup
oleh berbagai kepentingan duniawiyah, sehingga hati nuraninya tidak mampu
membuat keputusan yang jernih. Seharusnya hati nuranilah yang harus memberikan
keputusan terakhir dalam menentukan suatu tindakan. Sebab hati nurani yang
sehat (tidak kena penyakit hati) itu sesungguhnya tidak pernah bohong. Hati
nurani ini dapat memutuskan sesuatu dengan tepat dan mengetahui persis mana
yang baik dan mana yang buruk.
Besar kecilnya dampak kebohongan dipengaruhi
oleh status dan peran seseorang dalam
struktur masyarakat. Kebohongan yang dilakukan oleh orang yang memiliki status
sosial tinggi dalam masyarakat (public
figure) maka akan memengaruhi imej masyarakat terhadap kedudukan tersebut.
Sebaliknya kebohongan yang dilakukan oleh orang yang tidak memiliki status
sosial tinggi, maka hal ini tidak banyak memengaruhi imej masyarakat pada orang
itu.
Namun demikian, pada hakekatnya
kebohongan adalah penipuan pada diri sendiri dan dampaknya akan menimpa orang
lain. Masyarakat tidak mempercayainya lagi dan akan menurunkan status sosial diri,
bahkan keluarga juga kena dampaknya. Mereka itu sebenarnya tertipu oleh
nafsunya (duniawiyah, syahwat politik, jabatan, harta) sebagaimana firman Allah
Swt dalam Q.S. Al-Baqarah: 8 – 9, yang artinya:” Dan diantara manusia ada yang
mengatakan bahwa aku iman kepada Allah dan hari akhir, namun sebenarnya mereka
itu tidak beriman/mempercainya. Mereka itu menipun Allah dan orang-orang
mukmin, mereka itu sebenarnya menipu diri sendiri akan tetapi mereka tidak
merasa (tidak menyadari)”.
Memang dalam penampilannya (performance) nampak beriman kepada Allah
Swt dan hari kiamat. Namun dalam tindakan, perkataan, dan perilakunya sama
sekali bertentangan dengan penampilan itu. Hal ini merupakan kebohongan dan
menipu diri sendiri dan masyarakat luas. Justru perilaku seperti inilah yang
sebenarnya menjermuskan diri ke lembah kesengsaraan sebagai akibat rekayasanya
sendiri.
Begitu besar dampak kebohongan pada diri
dan masyarakat. Oleh karena itu, Rasulullah Saw menekankan pentingnya kejujuran
dan mengingatkan kepada kita agar menjauhi kebohongan. Beliau bersabda
:”Hendaklah kamu sekalian selalu berlaku jujur, sebab kejujuran itu akan menuju
pada kebaikan, dan kebaikan akan menuju ke surga. Dan senantiasalah seseorang
berlaku benar dan berusaha kebenaran sehingga dicatat sebagai orang benar di
sisi Allah. Hendaklah kamu sekalian menjauhi kebohongan, sebab kebohongan itu
akan menuntun kamu sekalian pada kejahatan, dan kejahatan itu aan menuju ke neraka.
Orang-orang yang berbuat kebohongan dan selalu
bohong, maka juga selalu berupaya berbuat kebohongan, maka mereka itu
akan dicatat sebagai pembohong di sisi Allah Swt ( HR.Bukhari dan Muslim).
Bersambung
Lasa Hs.
0 Komentar