Konflik
merupakan bentuk pertentangan antara satu pihak (individu, kelompok) dengan
pihak lain. Konflik dalam organisasi, lembaga, perpustakaan bisa terjadi karena adanya ketidak sesuaian
antara dua orang atau lebih anggota, atau kelompok-kelompok organisasi yang
timbul karena pemanfaatan sumber daya, perbedaan status,perbedaan nilai, maupun
persepsi (Lasa Hs, 2009: 180)
Lebih
jauh Lasa Hs dalam Kamus Kepustakawanan
Indonesia (2017: 345) menjelaskan bahwa konflik merupakan suatu benturan,
pergulatan, pertarungan, bahkan pertentangan berbagai kepentingan, opini,
maupun tujuan yang terjadi dalam diri, kelompok, lembaga, masyarakat, bahkan
bangsa, dan negara. Konflik dapat diekspresikan secara jelas, pasif, agresif, dan
tersembunyi.
Ekspresi konflik secara jelas diwujudkan dalam bentuk
teriak-teriak, unjuk rasa, pengerahan masa, pemboikotan, ejekan, tindakan
kekerasan, saling menyindir melalui media sosial, dan lainnya. Ekspresi konflik
secara pasif ditunjukkan dalam sikap tidak mau bekerja, mankir, suka membolos,
datang sering terlambat, maupun sering tidak masuk dengan alasan yang tidak
jelas. Ekspresi konflik secara agresif antara lain ditunjukkan dengan sopan
santun yang dibuat-buat, mengabaikan, maupun selalu tidak setuju, dan ingin
tampil beda. Sedangkan konflik tersembunyi antara lain diekspresikan dengan
adanya komentar yang bernada merendahkan, melecehkan, menghina, mencari-cari
kesalahan pihak lain, dan lainnya.
Konflik
sebenarnya ada dalam benak orang-orang yang terlibat yang perwujudannya bisa
dalam bentuk kesedihan, perdebatan, saling diam, saling serang, saling fitnah,
saling mengolok-olok, perkelaihan, pengerahan masa, bahkan pemboikotan.
Perpustakaan sebagai organisasi, dapat saja terjadi konflik
di dalamnya. Konflik dalam organisasi dapat terjadi antara lain adanya konflik
diri individu, antar individu, individu dengan kelompok, antarkelompok, dan
antarunit kerja. Untuk mengatasi konflik harus memiliki empati, memahami
perbedaan kultur, perbedaan pendapat, perbedaan keinginan, dan perbedaan lain,
serta berusaha merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
Banyak faktor yang
menyebabkan konflik. Secara umum dapat dikatakan bahwa konflik bisa disebabkan
oleh kesalahan komunikasi (miscommunication),
perbedaan tingkat pendidikan, perbedaan agama, perbedaan paham, perbedaan
ras, perbedaan bahasa, perbedaan penafsiran kebijakan, bahkan sangat mungkin
konflik itu terjadi karena olah pihak ketiga. Sedangkan koflik dalam suatu
organisasi (perpustakaan) dimungkinkan karena saluran dialog yang ada tidak
berfungsi secara baik, suara-suara ketidak setujuan maupun keluhan tidak
direspon, terjadi keadaan yang tidak stabil, dan masalah struktur organisasi.
Konflik
dapat diantisipasi dan dapat dicari solusi. Diantara teori solusi konflik itu
adalah; kolaborasi, menghindar, smoothing, akomodasi, kompetisi, dan
kompromi/negoisasi.
Bersambung
Lasa
Hs
0 Komentar