JENDRAL SOEDIRMAN
Pahlawan Nasional & Kader Muhammadiyah
Tokoh yang
satu ini dikenal sebagai sosok yang bekerja keras, sederhana, berani menghadapi
resiko, disiplin, dan bertanggung jawab. Kepribadian ini terbentuk sebagai buah
proses pendidikan di Muhammadiyah, Hizbul Wahan, Taman Siswa, dan kemiliteran.
Bapak TNI ini
merupakan tokoh penggerak revolusi fisik yang dinilai paling menonjol dalam
rangka mempertahankan kemerdekaan RI. Peran itu terutama dalam pertempuran
Ambarawa, Semarang, dan Magelang (1949), agresi militer Belanda I (21 Juli – 5 Agustus 1947), dan agresi
militer Belanda II (19 Desember 1948). Beliau bergerilya, naik gunung turun
gunung, masuk dan keluar hutan dengan ditandu.Sebab saat itu beliau sakit
paru-paru. Meski fisik sakit namun jiwa patriotismenya tidak luntur. Dengan
semangat juang yang tinggi dan didukung oleh rakyat, pasukan TNI berhasil
memukul mundur pasukan Inggris dalam pertempuran Ambarawa.
Seusai perang,
sebenarnya Bung Karno meminta Jendral Soedirman untuk istirahat. Namun
permintaan itu tidak dipenuhinya dan menyatakan bahwa yang sakit itu Soedirman,
tetapi panglima tidak boleh sakit dan tetap memimpin perang.
Kepribadian beliau
ini menjadi suri tauladan bagi kita. Semangat berjuang dengan keikhlasan dan
memegang teguh amanah ini diakui banyak pihak. Dalam hal ini Buya Hamka pun
pernah memberikan pernyataan bahwa Jendral Soedirman itu “Keluar sebagai
serigala yang galak, ke dalam dia merupakan Bapak yang pengasih”.
Kader
Muhammadiyah
Putra dari bapak Karsidi Kartowirodji dan ibu Siyem ini
merupakan kader Muhammadiyah. Soedirman yang lahir tanggal 24 Januari 1916 ini
mula-mula masuk sekolah HIS di Cilacap 1923 – 1930.Kemudian masuk ke Perguruan
Parama Wiworotomo.Setelah itu, ia masuk ke HIK Muhammadiyah di Solo
(Surakarta).
Semasa
sekolah, Soedirman telah aktif di Muhammadiyah dan kepanduan Semula menjadi
anggota Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) kemudian masuk Hizbul Wathan (HW)
Muhammadiyah.
Pada tahun1936, beliau kembali ke Cilacap sebagai
guru di HIS Muhammadiyah Cilacap.
Pengabdiannya di Muhammadiyah antara
lain ialah pernah menduduki jabatan Wakil Majelis Pemuda Muhammadiyah wilayah
Banyumas, bahkan pernah dipercaya sebagai Wakil Majelis Muhammadiyah Jawa
Tengah.
Jendral Soedirman meninggal dunia tanggal 29 Januari 1950 dan dimakamkan di Taman Makam
Pahlawan Semaki Yogyakarta.
Begitu
besar jasa-jasa belau terhadap negara, maka Pemerintah memberikan anugrah sebagai
Bapak TNI, Pahlawan Nasional, dan Jendral Besar dengan Bintang Lima.
Sekedar catatan, bahwa tokoh-tokoh Muhammadiyah yang mendapat
penghargaan sebagai Pahlawan Nasional antara lain:
1. KH Ahmad Dahlan
2. Ny. Walidah (Ny.Ahmad Dahlan)
3. KH Fakhruddin
4. Ir. H. Djuanda Kartawidjaja
5. Ki Bagus Hadikusumo
6. Jendral Soedirman
7. Prof. Dr. Hamka
Lasa Hs
0 Komentar