Dalam
kepemimpinan ada pemimpin dan ada yang dipimpin. Pemimpin dalam kehidupan kita
sehari-hari sering disebut sebagai imam, tokoh, ketua, kepala, direktur, pemuka
dan sebutan lainnya.
Kemudian
kata memimpin sering digunakan untuk menyebut kemampuan seseorang dalam upaya
memengaruhi pihak lain dengan berbagai cara. Maka pemimpin itu sebenarnya
pribadi yang memiliki kemampuan dan kelebihan dalam bidang tertentu dan mampu
memengaruhi pihak lain untuk bersama-sama melakukan serangkaian kegiatan untuk
mencapai tujuan bersama. Apabila seorang pemimpin ternyata tidak mampu
memengaruhi pihak lain, maka mereka bukan pemimpin yang efektif. Sebab dengan
kekuasaan yang diberikan kepadanya ternyata tidak bisa digunakan secara
optimal. Disinilah pentingnya seorang pemimpin itu harus memiliki kompetensi
dalam bidang tertentu, memiliki wibawa, dan mampu memengaruhi orang lain tanpa
paksaan. Para pengikut (followers) (rakyat, anggota, pegawai, simpatisan)
bersedia mengikuti arahannya dengan kesadaran dan bukan karena keterpaksaan.
Berangkat
dari pengertian ini, maka dapat dipahami bahwa dalam kepemimpinan itu terdapat
3 unsur yang saling terkait dan saling mendukung, yakni keterlibatan orang
lain, pembagian kekuasaan, dan hak pemimpin.
1.Keterlibatan orang lain
Dengan adanya kesediaan menerima pengarahan dan bimbingan
pemimpin, para pengikut (anak buah, anggota, masyarakat, rakyat dll) membantu
menentukan status pemimpin sehingga terbuka kemungkinan terjadinya proses
kepemimpinan;
2.Pembagian kekuasaan
Dalam kepemimpinan terdapat pembagian kekuasaan, tugas,
tanggung jawab, dan wewenang antara pimpinan dan yang dipimpin. Maka tidak
heran ketika musim pemilihan kepemimpinan muncul tim sukses yang mungkin berharap nantinya
mendapatkan kue kekuasaan. Tetapi apabila calon pemimpin itu tidak jadi,
terpaksa harus menerima kegagalan. Alias harapan tak kunjung tiba dan
kemurunganlah yang menimpa.
3.Hak pemimpin
Pemimpin
memiliki hak untuk nemerintahkan bawahan untuk melaksanakan kegiatan tertentu
dan memengaruhi mereka bagaimana mereka melaksanakan kegiatan itu.
Pengejawantahan teori kepemimpinan dalam masyarakat Jawa
secara sederhana dapat diekspresikan dengan kalimat-kalimat; ing ngarso sung tuladha (di depan
memberi contoh), ing madya mangun karsa (di
tengah-tengah memotivasi), tut wuri
handayani (dari belakang memberikan dorongan dan dukungan).
Kepemimpinan merupakan proses sosial yang
mengikutsertakan bawahan dalam usaha mencapai tujuan. Dengan demikian, memang
ada implikasi bahwa pemimpin telah membawa perubahan pada bawahan. Pemimpin
adalah ahli strategi yang menetapkan tujuan organisasi eksternal maupun
internal (Timpe, 1999 dalam Lasa Hs., 2001). Dalam teori ini ditegaskan bahwa
kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang mampu membawa kemajuan dan
perubahan yang signifikan. Bukan sekedar jualan janji akan begitu begini yang
kadang malah menjadi penghuni rumah dengan jendela berjeruji. Sebab pemimpin
pada hakekatnya memiliki kekuasaan dan kewenangan untuk memengaruhi pihak lain.
Oleh karena itu dalam kepemimpinan diperlukan adanya
kepemimpinan yang efektif. Efektivitas kepemimpinan dipengaruhi banyak faktor
antara lain faktor-faktor: kemampuan motivasi, memiliki visi yang jelas, komitmen,
pengendalian situasi, bertanggung jawab, adil, berakhlak, dan percaya diri:
Bersambung
Lasa
Hs
0 Komentar