l. Kemampuan memotivasi
Keberhasilan pencapaian suatu lembaga/organisasi
dipengaruhi oleh intensitas kepemimpinan dalam melaksanakan proses manajemen
dan memberi motivasi kepada bawahan
untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, proses kepemimpinan ini tidak bisa
lepas dari motivasi sebagai pendorong.
Seorang pemimpin (ketua, kepala) terdorong oleh motivasi kekuasaan dan mereka
yang dipimpin didorong oleh berbagai motivasi untuk memenuhi kebutuhan
masing-masing.
Motivasi merupakan energi untuk melaksanakan suatu
kegiatan. Motivasi yang tinggi itu bermakna keikhlasan. Mereka yang ikhlas akan
bekerja keras dan bekerja cerdas bukan sekedar mengharapkan imbalan materi
(uang, jabatan, kedudukan, popularitas).
Ikhlas berarti menjaga profesionalisme dan prestasi dalam
setiap level jabatan. Ketika menjadi bawahan telah berprestasi, maka ketika
menduduki jabatan lebih tinggi juga
berusaha untuk berprestasi. Ketika menjadi bawahan, ia tidak mengejar jabatan.
Demikian pula, ketika menduduki jabatan, ia bekerja penuh tanggung jawab dan
bukan karena takut kehilangan jabatan. Jabatan baginya adalah amanah dan bukan
sekedar kesempatan.
Pada masa pemerintahan ‘Umar bin Khattab terjadi perang
dahsyat dengan panglima perang Khalid bin Walid. Ketika perang berkecamuk,
beliau menerima sepucuk surat dari Khalifah ‘Umar bin Khattab. Surat ini berisi
penggantian panglima perang dari Khalid bin Walid kepada Abu Ubaida bin Jarrah.
Setelah membaca surat itu, Khalid bin Walid tetap berperang di garis depan dan
tidak surut ke belakang dan berkata:”Aku berperang bukan karena ‘Umar bin
Khattab, tetapi aku berperang karena Allah s.w.t.” (Djalaluddin, 2014). Ketika
menjadi panglima perang, beliau selalu di depan, dan ketika menjadi anak buah,
beliaupun tetap di garis depan.
Makna ikhlas bagi seorang pemimpin adalah meningkatkan
kualitas anak buah dan menyiapkan generasi penerus. Baginya, anak buah
merupakan pilar-pilar organisasi yang harus ditumbuhkembangkan. Bila anak buah
maju, justru harus didukung dan dibina. Mereka bukan pesaing pimpinan yang
dianggap penghalang popularitas pimpinan.
Pimpinan yang ikhlas akan berusaha keras untuk menyiapkan
generasi penerus. Bagi pemimpin yang ikhlas, ukuran keberhasilan suatu
kepemimpinan itu tidak hanya diukur dari capaian prestasi di era
kepemimpinannya, tetapi juga diukur dari kesuksesan kepemimpinan generasi
penerusnya.
3.Komitmen
Komitmen
adalah sikap menyesuaikan diri dengan mantap pada sasaran yang akan dicapai
oleh seseorang atau kelompok. Mereka yang memiliki komitmen tinggi akan
terlihat kinerjanya. Namun bagi mereka yang komitmennya rendah, mereka akan
menghindar dari tugas dan tanggung jawab. Bahkan mereka mendahulukan menuntut
hak daripada melaksanakan kewajiban.
Orang-orang
yang memiliki komitmen tinggi biasanya memiliki kecakapan :
- Mau berkorban untuk mencapai sasaran,
profesi, maupun bidang tertentu;
- Selalu
mencari peluang, berusaha memanfaatkan peluang, mengembangkan peluang,
bahkan menciptakan peluang;
- Merasa
ada dorongan dalam dirinya untuk selalu berkembang dan meningkatkan
prestasi
Orang
yang memiliki komitmen tinggi (madep
mantep) akan memiliki inisiatif. Mereka yang memiliki inisiatif akan bisa membaca
peluang, memanfaatkan peluang, dan menciptakan peluang. Dengan demikian, orang
atau pemimpin yang mampu membaca, memanfaatkan, dan menciptakan peluang berarti
sudah menang satu langkah dari yang lain. Sebab tidak semua orang mampu membaca
peluang, apalagi memanfaatkan peluang.
Adapun
ciri-ciri orang atau pimpinan yang inisiatif:
- Siap memenfaatkan peluang;
- Mampu melampaui batas atau kemampuan
rata-rata orang lain. Dengan kata lain, orang yang memiiki komitmen tinggi
akan memiliki keunggulan dari rata-rata orang lain;
- Dalam kondisi tertentu berani melawan arus
dan sudah diperhitungkan tidak akan terbawa arus;
- Berani melakukan petualangan dan siap
berkorban untuk orang lain (rakyat, anggota, anak buah);
- Mengajak pihak lain untuk memperbaiki
langkah-langkah yang selama ini dianggap lemah, kurang, atau salah;
- Siap menghadapi cemooh, celoteh, nyinyir,
asbun, maupun suara-suara miring dari manapun.
Orang-orang
yang memiliki inisiatif biasanya bersikap berani menanggung resiko. Orang-orang
seperti ini akan memeroleh keberhasilan tersendiri. Sementara itu, orang yang
tidak punya inisiatif cenderung mudah menyerah, pasrah sebelum melangkah,
merasa kalah sebelum maju perang.
Bersambung
Lasa
Hs
0 Komentar