Fatmawati yang
nama aslinya Fatimah itu adalah putri Hasan Din, seorang Konsul Muhammadiyah
Bengkulu. Fatmawati semula sekolah di Sekolah
Gedang (sekarang SD), lalu ke HIS sekolah berbahasa Belanda. Namun ketika ia
duduk di kelas 3, lalu oleh bapaknya dipindah ke HIS Muhammadiyah.
Kehidupan ekonomi saat itu rata-rata masih susah.
Hal ini juga dialami oleh keluarga Hasan Din. Untuk membantu meringankan beban
orang tuanya, Fatmawati kecil menjajakan kacang bawang yang digoreng ibunya.
Bahkan sering menunggu warung di depan rumahnya. Kemudian untuk mengatasi
kondisi ekonomi, Pak Hasan Din pindah ke Palembang. Di kota ini, beliau
mendirikan percetakan. Fatmawati melanjutkan sekolahnya ke HIS Muhammadiyah
Palembang.
Suatu
hari, Pak Hasan Din mengajak Fatmawati untuk silaturrahmi kepada Ir. Soekarno
yang saat itu dibuang Belanda di Bengkulu. Pertemuan pertama Fatmawati dan Ir.
Soekarno membawa kesan tersendiri. Kesan pertama sulit dilupakan kata orang.
Pertemanan ini berlangsung semakin dekat, akrab, daan terbuka. Maka suatu
ketika Fatmawati minta pendapat Ir. Soekarno perihal dirinya dilamar oleh
pemuda putra seorang Wedono. Mendengar masalah ini, berubahkan raut wajah Bung
Karno. Akhirnya, beliau menyatakan ketulusan hatinya yang paling dalam bahwa
beliau telah jatuh cinta sejak pandangan
pertama. Pertemuan ini berlanjut sampai jenjang berumah tangga. Keduanya
menikah pada Juli 1942.
Dalam
perkembangan selanjutnya, Fatmawati mengikuti suaminya hijrah ke Jakarta. Rumah
tangganya dilakoni dengan harmonis, sederhana. Meski sebagai isteri presiden,
Fatmawai tetap sederhana dalam bersikap, bertingkah, dan berpenampilan. Kemanapun
pergi, beliau selalu memakai kerudung. Inilah yang selalu dipuji oleh Bung
Karno. Saking sederhananya, beliau dipinjami perhiasan isteri Sekretaris Negara
ketika beliau mendampingi Bung Karno melakukan lawatan ke India dan Pakistan.
Ibu
Fatmawati sangat setia mendampingi Bung Karno dalam suka dan duka. Dari
beliaulah, lahir putra putri Bung Karno . Muhammad Guntur putra pertama lahir
tahun 1944 yang oleh orang Jepang disebut Osamu. Ketika ibu kota pindah ke
Yogyakarta, maka di kota Gudeg ini lahirlah Megawati Soekarno Putri 23 Januari
1946. Kelahiran Megawati saat itu menjelang adzan Magrib, hujan lebat disertasi
halilintar.
Suatu
hal yang membuat hati Ibu Fatmawati sedih dan pilu adalah ketika terpaksa harus
hidup mandiri. Sebab saat itu Bung Karno dan Bung Hatta diasingkan Belanda ke
Pulau Bangka. Keluarga tidak boleh ikut, Kemudian ketika perang usai,
Soekarno-Hatta kembali ke Yogyakarta dan kemudian dilantik menjadi presiden dan
wakil presiden RIS yang kemudian kembali ke Jakarta.
Menjalani
kehidupan di Jakarta dilakoni dengan ketabahan dan kesadaran tinggi mendampingi
tokoh perjuangan. Di Ibu kota RI ini, kemudian Ibu Fatmawti melahirkan
putra-putrinya berturut-turut; Dyah Permana Rachmawati (lahir 27 September
1951), Dyah Mutiara Sukmawati, dan Muhammad Guruh Irianto Sukarno Putro (lahir
13 Januari 1953).
Kehidupan
manusia memang naik turun, suka dan duka mendampingi perjalanan manusia.
Setelah kelahiran Guruh, Bung Karno berniat nikah dengan Hartini. Hal itu
dikemukakan kepada Ibu Fatmawati. Putri Hasan Din ini menanggapinya dengan
meminta Bung Karno, agar beliau dikembalikan ke orang tuanya. Fatmawati
berprinsip tidak menyetujui poligami yang dianggap tidak menghormati martabat
wanita. Ia memilih berpisah dengan suami dari pada poligami.
Ibu Fatmawati wafat 14 Mei 1980 setelah menunaikan
ibadah umrah. Beliau mengalami serangan jantung ketika pesawat singgah di Kuala
Lumpur menuju Jakarta dari Makkah Mukaramah. Jenazahnya dimakamkan di pemakaman
umum Karet Jakarta.
Lasa Hs.
.
0 Komentar