Pesimis
adalah sikap takut, putus asa, bahkan merasa kalah sebelum menghadapi masalah.
Mereka merasa tidak mampu mengatasi kesulitan masa depan yang menghadang.
Mereka menyerah kalah sebelum maju perang. Mereka takut melangkah begitu
melihat masa depannya gelap gulita. Bahkan mereka bunuh diri akibat penderitaan
dan kesusahan yang mendera hidup dan kehidupan mereka. Baik kehidupan ekonomi,
kehidupan rumah tangga, maupun kekuasaan.
Mereka
menggantung diri karena kesulitan ekonomi. Tidak sedikit seorang ayah atau ibu
tega meninggalkan anak-anak mereka dengan bunuh diri lantaran keretakan rumah
tangga. Bahkan bisa terjadi seseorang menenggak racun lantaran gagal menggapai
kekuasaan/jabatan tertentu.
Kondisi semacam itu bisa terjadi
lantaran tipisnya iman, sempit memandang kehidupan, kuatnya tekanan, dan
lingkungan.
Tipis iman
Orang-orang
yang memiliki iman kuat, akan berkeyakinan bahwa hidup ini ada yang mengatur.
Mereka akan baik sangka/khusnudz dzan
terhadap apa yang akan terjadi, termasuk penderitaan yang sedang dialami.
Kehidupan yang menyenangkan dan menyusahkan diterimanya sebagai anugerah. Bila
senang, mereka bersyukur, bila sedih mereka sabar. Ketika ditimpa kesedihan,
mereka yakin bahwa Allah akan mengampuni dosa-dosanya dan akan diangkat
derajatnya. Mereka yakin kebenaran apa yang disabdakan Rasulullah saw:”
Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu musibah dan keletihan, kekhawatiran,
kesedihan, dan tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang melukainya
melainkan Allah swt akan mengampuni dosanya”.(H.R.Abu Hurairah, hadis hasan).
Orang
yang imannya kuat akan menyadari bahwa kekuasaan itu ada yang mengatur.
Meskipun tidak bermodal besar (ekonomi) dalam meraih kekuasaan,namun bila Allah
menghendaki, maka kekuasaan akan berpihak padanya. Sebaliknya bisa saja terjadi
ada orang yang syahwat kekuasaannya tinggi. Dengan menebar janji, hutang sana
hutang sini, sikut sana sikat sini dan
kebetulan tidak jadi. Bisa saja dia akan mengantung diri dengan tali di pohon pinggir
kali. Saking gemuknya, putuslah tali, dan tercebur ke sungai. Padahal
belum mati. Dari kejauhan nampak seperti babi mati terapung di sungai. Hal ini lantaran
tipisnya iman. Tidak kuat menanggung malu, lantaran ditagih hutang kanan kiri.
Malu pada masyarakat lantaran tingginya janji.
Seharusnya
disadari bahwa bagaimanapun usaha manusia, namun Allah yang menentukan. Pepatah
Arab mengatakan :al insanu bit tafkiri
wallahu bittadbiri (manusia berpikir/merecanakan, Allahlah yang menentukan).
Dalam
hal kekuasaan sebaiknya direnungkan peringatan
Allah dalam Q.S. Ali Imran: 26 yang artinya: katakanlah (Muhammad) “Wahai Tuhan
Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapapun yang Engkau
kehendaki, Engkau cabut kekuasaan dari siapapun yang Engkau kehendaki.Engkau
muliakan siapapun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapapun yang Engkau
kehendaki. Di tangan/kekuasaan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau
Mahakuasa atas segala sesuatu”.
Karena
keroposnya fondasi iman, mereka yang pesimis beranggapan bahwa penderitaan itu
merupakan siksaan. Mereka beranggapan apalah artinya hidup kalau menderita
terus menerus. Mereka menanggung malu dan lainnya.
(bersambung)
Lasa Hs
0 Komentar