Ibadah haji merupakan
dambaan hampir setiap muslim. Kecuali untuk memenuhi kewajiban sebagai seorang
muslim, ibadah ini juga memiliki nilai rohaniah yang tak ditemukan pada ibadah
lain.
Ibadah yang diwajibkan seumur hidup sekali itu, memang
cukup berat. Oleh karena itu diperlukan kemampuan iman, ilmu agama Islam,
fisik, dan harta. Dalam hal ini Allah swt berfirman yang artinya :”Mengerjakan
haji itu merupakan kewajiban manusia kepada Allah swt, yaitu bagi orang-orang
yang mampu mengadakan perjalanan menuju Baitullah. Siapa yang menginkari
(kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak membutuhkan sesuatu)
dari semesta alam “(Q.S. Ali Imran : 97).
Kemampuan iman sangat diperlukan karena iman merupakan fondasi
segala aktivitas seorang muslim. Tanpa iman yang kokoh, maka bisa merusak
tujuan haji itu sendiri dan yang bersangkutan tidak mendapat apa-apa. Betapa
banyak saudara-saudara kita yang sepulang haji pakai topi putih, bersorban, dan
berpakaian ala orang Arab. Dikira itulah tanda-anda sudah haji.Namun bila tak
dipanggil Pak Haji atau Bu Hajah malah marah-marah.
Ada pula diantara jama’ah haji yang mengusap-usapkan
surbannya sambil menangis di pintu gerbang masjid Ali bin Abi Thalib. Ada pula
yang membawa pulang pasir gua Hira’ untuk obat katanya. Bahkan ada yang membawa
pulang krikil sisa untuk melempar jumrah.Biar kaya katanya.
Seorang yang akan beribadah haji semestinya mereka itu
memelajari ilmu-ilmu agama yang memadai. Sebab ibadah haji merupakan ibadah
mahdhah yang ukuran, cara, waktu, dan jumlahnya telah ditentukan. Karena kurang
pengetahuan ilmu-ilmu agama, ada jama’ah berlama-lama di bawah talang mas,
bahkan menggunting kain kiswah Ka’bah.
Ibadah haji memerlukan ketahanan fisik. Kecuali perjalanan
jauh, dalam melaksanakan serangkaian ibadah ini memerlukan fisik yang prima
seperti melaksanakan thowaf, berjama’ah di Masjidil Haram, melempar jamarat,
sa’i, maupun mabit. Dalam hal ini perlu disyukuri bahwa Pemerintah kita telah
memerhatikan kesehatan para jama’ah haji, sejak persiapan di tanah air, selama
di Saudi Arabia, dan sampai pulang ke tanah air.
Perjalanan haji memerlukan bekal yang cukup. Untuk
memeroleh bekal ini, ada yang menjual
sawah/kebun, menambung dari hasil pertanian, atau biaya dari sponsor/lembaga
tertentu. Dengan niat yang kuat, usaha, dan do’a ternyata Allah swt memberikan
jalan keluar dan kemudahan untuk memeroleh bekal itu.
Bersambung
Lasa Hs.
0 Komentar