Ibadah haji ini merupakan rukun Islam yang
terakhir. Sebab untuk melaksanakan ibadah yang satu ini diperlukan iman,
kemampuan ilmu, kemampuan mental, kemampuan tenaga, dan kemampuan harta.
Di tanah suci seharusnya waktunya untuk betul-betul ibadah dan memurnikan
akidah. Namun tidak sedikit diantara para jama’ah haji justru
melakukan kegiatan yang tidak dicontohkan Rasulullah saw , misalnya
berlama-lama di bawah pancuran emas, mengambil pasir di Gua Hira’, memberi
makan burung dara.
Talang
emas
Memang Hajar Aswad dan talang emas memiliki
sejarah yang unik. Keunikan ini tentunya tidak harus disembah-sembah atau
dimintai berkah. Hajar Aswad adalah batu yang tertanam di pojok selatan Ka’bah pada
ketinggian sekitar 1,10 meter dari tanah, panjang 25 cm dan lebar 17 cm. Dulu,
batu ini merupakan satu bongkah, tetapi sekarang menjadi berkeping-keping karena
pernah pecah. Batu ini pecah di jaman Qaramithah yakni sekte Syi’ah Islailliyah
al-Bathiniyyah dari pengikut Abu Thahir Al Qaramithah yang mencabut Hajar Aswad
dan dibawa ke Isha’ pada tahun 319 H. Kemudian pada tahun 339 H Hajar Aswad itu dikembalikan lagi. Gugusan
yang terbesar berukuran sebuah kurma dan tertanam di batu besar lain yang
dikelilingi oleh ikatan perak. Batu inilah yang disunatkan untuk dicium dan
bukan untuk disembah, dikeramatkan, atau dimintai berkah.
Adapun talang emas yang terletak di atas
Ka’bah itu bertepatan di atas Hijir Ismail. Talang ini sebenarnya dibuat untuk
memperlancar peredaran air ketika ada pencucian Ka’bah atau pada musim hujan.
Orang Quraisylah yang pertama kali membuatnya bersamaan dibangunnya atas
Ka’bah. Talang ini dibuat mengitari atap menempel pada pangkal dinding pagar.
Pada tahun 1278 H., talang ini diperbaharui oleh Sultan Abdul Majid Khan Al
Ustmani. Kemudian pada tahun 1417 M diperbaharui lagi oleh Raja Fahd bin Abdul
Aziz dengan ukuran yang sama seperti sebelumnya. Sementara itu di bagian
atasnya ditanam paku-paku kecil agar tidak dihinggapi burung. Sebab di sekitar
Masjid Nabawi Madinah dan Masjidil Haram
Makkah terdapat banyak burung dara.
Talang ini memang dilapisi emas yang rata-rata
orang Indonesia menyebutnya talang emas.
Dalam melaksanakan ibadah haji harus
betul-betul memurnikan akidah agar tidak campur dengan kemusyrikan maupun
katakaburan. Kita berdo’a hanya kepada Allah, bukan kepada yang lain.
Mengambil Pasir di Gua Hira’
Di
gua ini Rasulullah Muhamad saw menerima ayat Al Quran pertama kali yakni awal
S. Al ‘Alaq. Gua ini terletak di lereng
Jabal Nur (Gunung Cahaya) di ketnggian 200 meter, terletak sekitar 11 km dari
Makkah dan dulu sering dikunjungi Nabi Muhammad saw untuk berkahlwat. Gua ini
hanya cukup 3 orang untuk ukuran orang Indonesia, dan di sekitarnya masih
terdapat kera dan kambing gunung.
Mulut gua ini menghadap ke utara yang bisa
dicapai dengan melewati celah yang terdapat di antara dua batu yang lebarnya 60
cm dan panjangnya 3 meter. Di muka gua
itu terdapat pintu alami . Luas gua itu cukup untuk shalat dua orang, yang stau
berdiri di belakang yang lain. Di sebelah kanan terdapat ruangan yang luasnya
cukup untuk seorang shalat sambil duduk.
Diantara
para jama’ah haji ada yang mengambil pasirnya dibawa pulang. Katanya untuk obat
dan biar tercapai cita-citanya. Perilaku seperti inilah yang per dihindarkan
agar ibadah kita tidak tercampur dengan hal-hal yang mengotori niat ibadah
haji.
Selesai
Lasa Hs
0 Komentar