ABDURRAHMAN, (K.H. 1879 - 3 Februari 1966), lahir di Pekajangan
Kedungwuni Pekalongan putra H. Abdulkadir. Di kala kecil, beliau mengaji dari
pondok satu ke pondok lain, dari satu kiyai ke kiyai lain seperti Kiyai Amin
(Ponpes Banyuurip), Kiyai H. Agus (Ponpes Kenayagan) Kiyai Abdurrahman (Ponpes
Wonoyoso) dan Kiyai H. Idris (Ponpes
Jamsaren Surakarta),
Setelah merasa pengetahuannya cukup, beliau melakukan dakwah dari masjid
ke masjid, dari daerah satu ke daerah lain. Kemudian beliau mendirikan
pengajian Ambudi Agama. Pengajian ini
mendapat respon baik dari masyarakat dan pesertanya semakin banyak. Namun
pengajian ini tidak berlangsung lama karena adanya Undang-Undang Guru
Ordonansi. Maka Abdurrahman mulai berpikir perlunya ada gerakan yang
terorganisir. Kemudian beliau pergi ke Yogyakarta bersama teman akrabnya
bernama Kiyai Asmu’i untuk mengetahui lebih jauh tentang Muhammadiyah. Setiba
di Yogyakarta, keduanya disambut baik oleh Pimpinan Muhammadiyah. Sejak itu
lalu diutuslah da’i-da’i Muhammadiyah ke
Pekajangan seperti H. Muchtar, H. Abdulrahman Mahdum, dan H. Wasool Ja’far.
Kegiatan ini berjalan mulus dan berkembang dan pada tanggal 15 November 1922
berdirilah Muhammadiyah Cabang Pekajangan.
Keberadaan Muhammadiyah di
Pekajangan Pekalongan ini semula menimbulkan pro dan kontra. Berkat kelihaian
dan kecerdasan Kiyai Abdurrahman maka Muhammadiyah diterima secara baik oleh
masyarakat. Beberapa kiyai Comal tertarik dengan gerakan Islam ini, dan
akhirnya berdirilah Muhammadiyah Cabang Comal.
K.H. Abdurrahman wafat dalam usia 87 tahun , yang seminggu sebelumnya
isterinya telah mendahuluinya dalam usia 78 tahun. Beliau meninggalkan aset
besar bagi Muhammadiyah seperti masjid, sekolah-sekolah, gedung Muhammadiyah
dan gedung ‘Aisyiyah dan gedung Mu’allimin Muhammadiyah yang megah di
Pekajangan, Kitab-kitabnya yang banyak itu diserahkan ke Majelis Tabligh.
(Lasa Hs)
0 Komentar