Perpustakaan sebagai lembaga informasi memberikan layanan informasi,
ilmu pengetahuan,
data, maupun dokumen kepada masyarakat.
Dengan ilmu
pengetahuan ini diharapkan manusia mampu meningkatkan kualitas hidup mereka.
Untuk itu,
perpustakaan harus mampu memberikan layanan
yang baik kepada masyarakat. Layanan
yang terbaik akan memuaskan mereka.
Apabila layanan
yang diberikan kepada pemustaka itu ternyata lebih tinggi dari
yang diharapkan, maka layanan itu sangat memuaskan.Apabila layanan
yang diberikan itu sama dengan
yang diharapkan, maka layanan itu dianggap sebagai layanan
yang memuaskan.Namun apabila layanan
yang diberikan itu lebih jelek dari
yang diharapkan ,maka layanan itu pasti mengecewakan pelanggan (customer).
Perpustakaan sebagai lembaga
yang bergerak di bidang informasi dan ilmu pengetahuan,
pendidikan, dan penelitian,
maka harus
bisa memberikan layanan
yang baik untuk memenuhi kebutuhan keilmuan. Sumber ilmu
yang diberikan perpustakaan itu akan berguna untuk melaksanakan kegiatan pendidikan,
penelitian, menambah wawasan,
penanaman nilai,
dan melestarikan kekayaan intelektual manusia.
Selama ini pelayanan
yang diselenggarakan oleh sebagian
besar perpustakaan kita belum optimal. Layanan yang diberikan masih bersifat tradisional
yakni baca di tempat dan peminjaman.Sehingga
ada kesan
masyarakat terhadap perpustakaan tidak berubah. Mereka memandang perpustakaan sebatas
tempat baca buku dan pinjam buku.Padahal sebagian perpustakaan sudah berkembang
pesat dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.
Pengelola perpustakaan terutama pengelola
perpustakaan sekolah dan perpustakaan masyarakat, kurang
kreatif dalam penyelenggaraan layanan.Hal ini mungkin karena keterbatasan pengetahuan
pengelola.Inilah salah satu faktor penghambat
pengembangan perpustakaan.
Kondisi ini diperparah dengan manajemen
perpustakaan yang kurang proporsional dan tidak profesional.Kepemimpinan perpustakaan
sekolah kadang sekedar mengesahkan tunjangan fungsional tertentu.Kepemimpinan perpustakaan
sekolah, perpustakaan perguruan tinggi,perpustakaan daerah, maupun perpustakaan
kabupaten cenderung dipengaruhi unsur DUK dan DUP. Yakni daftar urutan kedekatan/kemitraan,
dan daftar urutan pemerataan.Kalau demikian ,kapan
perpustakaan akan berkembang.
Implikasi pengabaian
pengelolaan perpustakaan sekolah antara lain anak didik kita kurang kreatif. Hal ini lantaran kurangnya
wawasan. Ilmu
pengetahuan yang mereka terima. Pengetahuan yang
mereka
terima itu cenderung dihafalkan. Maka pemikiran mereka
tidak dikembangkan. Mereka kurang dirangsang dengan memperluas cakrawala melalui
bacaan di luar buku paket. Lumayan kini di
sekolah-sekolah ada gerakan literasi informasi. Melalui gerakan ini, siswa
terdorong menyerap ilmu dari sumber nonpaket.
Kondisi seperti itulah
yang menyebabkan perpustakaan belum bisa memberikan layanan yang memuaskan
pemustaka bahkan ada kesan penurunan layanan. Hal ini sebagaimana dinyatakan
Djunaedi (2012) bahwa penurunan layanan perpustakaan disebabkan beberapa indikator
antara lain:
a.
Menurunnya
peminjaman buku. Keadaan ini bisa disebabkan maraknya sumber informasi
elektronik
b.
Ruang perpustakaan
yang nyaman belum dimanfaatkan untuk akses informasi keilmuan. Mereka memanfaatkan
ruang itu hanya sekedar game, youtube, e-mail dan lain-lain. Mereka
memanfaatkan teknologi informasi untuk sekedar hiburan.
c.
Penambahan koleksi
digital yang minim karena harganya mahal.
d.
Fasilitas teknologi
terbatas karena keterbatasan anggaran
e.
Minimnya tenaga
teknologi informasi
f.
Kepemimpinan
perpustakaan yang pada umumnya kurang memahami pengembangan layanan perpustakaan dan teknologi informasi.
Kiranya perlu perubahan manajemen layanan perpustakaan.Layanan
perpustakaan perlu dilihat, dikaji, dan dikembangkan sesuai tuntutan kebutuhan informasi
masyarakat dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.Perubahan layanan ini
penting. Dengan adanya perubahan paradigma ini akan memacu kemajuan.
Perubahan adalah suatu keniscayaan kalau ingin maju. Bahkan ada yang menyatakan
bahwa yang abadi dalam kehidupan ini adalah perubahan itu sendiri.
Layanan perpustakaan dapat dilihat dari
berbagai perspektif. Misalnya dari perspektif dasar (basic) layanan, maka layanan perpustakaan
merupakan layanan yang berbasis pada benda maujud (tangible good).Apabila dilihat dari segi tujuan (goal), maka layanan perpustakaan
tidak berorentasi untuk memaksimalkan keuntungan (maximizing
profits).Kemudian apabila
dipandang dari sifat layanan, maka layanan
perpustakaan memiliki karakteristik: intangibility, inseparability, variability,perishability,
dan trendy.
a.
Intangibility
Yakni suatu layanan yang tidak maujud. Artinya layanan
yang tidak dapat dirasakan sebelum layanan itu dimanfaatkan
b.
Inseparability
Yakni suatu layanan yang biasanya diberikan dan
dimanfaatkan dalam waktu yang sama. Untuk itu perlu adanya interaksi antara
petugas perpustakaan dan pemustaka dalam menciptakan layanan yang berkualitas.
c.
Variability
Yakni kualitas layanan yang diberikan oleh seseorang
berbeda dengan layanan yang diberikan oleh orang lain. Hal ini tergantung pada
sikap dan perilaku (attitudes and behavior)petugas
perpustakaan;
d.
Perishability
Yakni suatu layanan yang tidak dapat disimpan untuk
dipergunakan apabila diperlukan.Memang suatu ketika akan terjadi situasi yang
sangat sibuk. Misalnya saat mahasiswa baru melakukan pendaftaran sebagai
anggauta perpustakaan, saat akan wisuda di suatu perguruan tinggi, dan lainnya
e.
Emphaty
Yakni layanan yang diberikan dengan mengoptimalkan
kemampuan petugas perpustakaan untuk mengenali dan mengindera perasaan dan
perspektif orang lain sebagai dasar membangun hubungan interpersonal yang
sehat.
f.
Trendy
Yakni penyediaan layanan dengan menyesuaikan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. Apabila pengelolaan dan layanan
perpustakaan tidak memanfaatkan teknologi informasi, maka lama kelamaan akan
ditinggalkan pemustakanya.
Untuk mewujudkan layanan yang
berkualitas, kiranya perlu diusahakan adanya kondisi pendukung antara lain:
1) Pemustaka merasa
puas setelah meninggalkan meja layanan;
2) Petugas layanan mampu memberikan solusi terhadap
persoalan yang dihadapi pemustaka;
3) Pemustaka bersikap dan berperilaku sopan, ramah, siap
membantu, adil, penuh kemitraan (friendly)
4) Pada umumnya pemustaka selaku pelanggan (customer)tidak ingin terlalu lama
menunggu dalam proses layanan;
5) Merupakan masalah tersendiri apabila pemustaka tidak mau
atau tidak memahami informasi yang mereka terima.
Layanan berkualitas
atau disebut juga layanan prima memang dambaan setiap pelanggan atau pemustaka.
Untuk menyelenggarakan layanan berkualitas ini memang banyak teori. Dalam hal
ini Parasuraman (2001) secara garis besar menyatakan bahwa layanan dikatakan
mutu apabila layanan yang diharapkan lebih kecil daripada layanan yang
dirasakan. Dikatakan pula bahwa suatu layanan memenuhi harapan, apabila layanan
yang diharapkan itu sama dengan layanan yang dirasakan. Sebaliknya layanan
dianggap tidak mutu apabila layanan yang diharapkan lebih besar daripada
layanan yang dirasakan/diterima. Lebih jauh beliau mengemukakan konsep layanan
yang dikenal dengan teori RATER.Yakni teori yang menyatakan bahwa kualitas layanan
itu dipengaruhi oleh daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), bukti fisik (tangible), empati (emphaty), keandalan (reliability).
a.Responsiveness/dayatanggap
Pustakawan maupun petugas perpustakaan
harus tanggap terhadap keinginan dan kebutuhan pemustaka. Petugas layanan harus
segera (gupuh ,bahasa Jawa) dalam menyambut pemustaka, lalu menyapa (aruh, bahasa
Jawa) dan menanyakan (tambuh, bahasa Jawa)
informasi yang diperlukan. Kemudian petugas mencarikan informasi atau membantu menggunakan
sarana temu kembali (OPAC, internet, katalog, indeks dll) lalu menyajikan (suguh,bahasaJawa) informasi itu kepada mereka.
Disinilah pentingnya
petugas perpustakaan menguasai pengetahuan (knowledge), ramah, “tidak sakit
gigi”, dan mampu mengoperasikan media temu kembali (retrieval tools).
b.
Assurance/jaminan
Layanan yang diberikan hendaknya dapat
dipastikan kebenarannya, tepat informasi, tepat keinginan, kelancaran,
kemudahan, dan berkualitas.Untuk itu pustakawan maupun petugas layanan harus mampu
mengidentifikasi informasi yang diperlukan, mampu menelusur informasi, dan mampu
menyeleksi informasi.Maka diperlukan petugas layanan yang memiliki kinerja (performance) yang tinggi, memiliki kepribadian (behavior
personality)
yang baik, dan komitmen yang kuat.
c.
Tangible/bukti fisik
Bentuk layanan yang diberikan perpustakaan
itu dapat dirasakan oleh pemustaka sehingga mereka merasa puas padala yanan ini.Kepuasan
ini dapat diketahui antara lain melalui ekspresi wajah, ucapan terima kasih, sikap kembali untuk mencari
informasi, baik yang datang
sendiri atau melalui
handphone, WA, e-mail, dan lainnya.
d.
Emphaty/empati
Sikap empati petugas layanan dalam memberikan
layanan merupakansikapkepedulian, keseriusan, simpatik dan pengertian petugas perpustakaan.Petugas
perpustakaan perlu memahami informasi yang diperlukan pemustaka dan segera membantu
mereka menelusur informasi.
e. Reliability/keandalan
Setiap petugas perpustakaan diharapkan
memiliki kemampuan dalam pengetahuan, keahlian, kemandirian, penguasaan, dan kinerja
yang profesional.Oleh karena itu setiap petugas perpustakaan perlu memahami prosedur
kerja, mampu mengoperasikan media temu kembali, dan mampu mencari solusi yang
dihadapi pemustaka.
Bersambung
Lasa
Hs
0 Komentar