Komunikasi
merupakan interaksi dari unsur-unsur pengirim, penerima, pesan, saluran
komunikasi, dan tujuan komunikasi (Lasa Hs, 2009: 186). Kemudian komunikasi
organisasi dapat diartikan sebagai pengiriman dan penerimaan pesan dalam suatu
organisasi (perpustakaan misalnya) yang kompak (Redding dan Sandborn dalam Arni
2001: 65).Sedangkan yang dimaksud komunikasi dalam hal ini adalah komunikasi
internal (perpustakaan). Yakni hubungan antar orang, hubungan sesama level, dan
elemen lain dalam organisasi. Kemudian dalam komunikasi organisasi ini meliputi
sikap, tujuan, arah, dan media komunikasi. Elemen-elemen ini besar pengaruhnya
dalam proses komunikasi internal perpustakaan.
a.Hubungan antar orang
Dalam
sistem perpustakaan terjadi hubungan antar orang, baik antara petugas, petugas
dengan pemustaka, pemustaka dengan pemustaka, petugas dengan pialang
(salesman), dan lainnya. Hubungan antar orang ini akan menimbulkan interaksi,
gesekan kepentingan, dan saling memengaruhi. Untuk mengatur hubungan antar
petugas dengan petugas, maka disusunlah standar operasional prosedur (SOP) dan
intruksi kerja. Maka bila perpustakaan tidak punya SOP dan instruksi kerja,
akan terjadi tumpang tindih pekerjaan atau bahkan saling melempar tanggung
jawab karena tugas-tugas tertentu bukan menjadi tanggung jawab mereka. Kemudian
untuk mengatur hubungan petugas dan pemustaka, maka disusunlah peraturan dan
tata tertib pemustaka dalam peminjaman, penggunaan internet, pengunaan ruang
baca, dan lainnya.
b. Hubungan antar unit kerja
Perpustakaan
sebagai organisasi memiliki unit kerja yang berfungsi sebagai subsistem
organisasi yang dalam kegiatannya memerlukan komunikasi dan informasi.
Komunikasi antar unit kerja (pengolahan, pelayanan, teknologi informasi
misalnya) dapat berlangsung secara vertikal dan horizontal.
c. Hubungan dengan lembaga lain
Dalam
melaksanakan kegiatannya, perpustakaan memerlukan bantuan lembaga/perpustakaan
lain terutama dalam pemenuhan kebutuan informasi pemustaka. Dari upaya
pemenuhan kebutuhan inilah lalu menimbulkan kerjasama antarperpustakaan dan
biasanya akan berlanjut dengan pembentukan jaringan informasi. Yakni sistem
terpadu dari lembaga yang bergerak di
bidang pengelolaan informasi untuk memasukkan data yang relevan tanpa
memerhatikan asal maupun bentuk data untuk kepentingan pemustaka (:asa Hs.,
2009: 129).
Memang
dengan adanya jaringan-jaringan ini akan membentuk sinergi dan saling membantu
dalam layanan informasi. Namun dalam pelaksanaannya kadang terdapat kendala
antara lain: 1) beban kerja bertambah; 2) belum adanya aturan baku tentang
kerjasama; 3) persoalan anggaran; 4) keterbatasan kualitas dan kuantitas sumber
daya manusia; dan komplelsitas kebutuhan informasi masyarakat pemustaka.
Bersambung
Lasa Hs
0 Komentar