HAYYINAH, Siti (1906 - ) adalah
putri H. Mohammad Narju seorang aktivis Muhammadiyah dan pengusaha batik.
Hayinah termasuk santri sebagai kader kedua
yang dibina langsung oleh K.H.Ahmad Dahlan dan Nyai Ahmad Dahlan. Ia
mengikuti pendidikan di Sekolah Netral (Neutraal
Meisjes School), seangkatan dengan Siti Badilah, Siti Dalalah, Siti Busyro,
Siti Dauchah, Siti Aisyah, dan Siti Zaenab.
Siti Hayinah juga pernah menjadi
murid Hollland Inlandsche School (HIS) dan Fur Huischoud School di Yogyakarta. Pengetahuan agama diperoleh
dari ayahnya sendiri dan dari
pengajian-pengajian yang disampaikan oleh K.H.Ahmad Dahlan dan Nyai Ahmad
Dahlan. Di usia yang belia, beliau sudah aktif di ‘Aisyiyah dan pada tahun 1925
ketika itu berusia 19 tahun, Siti Hayinah dipercaya sebagai sekretaris Hoofbestuur (HB) Muhammadiyah bahagian
‘Aisyiyah.
Dengan posisi ini, beliau sering mewakili ‘Aisyiyah dalam berbagai
pertemuan Muhammadiyah ‘Aisyiyah dan pertemuan dengan organisasi lain. Termasuk
beliau adalah satu diantara dua wanita ‘Aisyiyah yang menjadi anggota Pimpinan
Kongres Perempuan Indonesia Pertama yang berlangsung di Yogyakarta pada tanggal
22 – 25 Desember 1928. Dalam kongres ini, beliau mendapatkan kesempatan untuk
menyampaikan materi dengan tema “Persatuan Manusia”.
Aktifis ‘Aisyiyah ini juga menjadi redaktur surat kabar Isteri dan Suara
‘Aisyiyah.
Tahun 1935,
Siti Hayinah menikah dengan Mohammad Mawardi Mufti asal Banjarnegara yang juga
aktifis Muhammadiyah. Mawardi kecuali sebagai guru, juga sebagai Keua Majelis
Pemuda pada masa kepemimpinan K.H.Mas Mansur dan sebagai Ketua Majelis
Pengajaran pada masa kepemimpinan Ki Bagus Hadikusumo.
Perkembangan ‘Aisyiyah tidak lepas
dari peran Siti Hayinah. Beliau, 5 (lima) kali dipercaya sebagai Ketua Pimpinan
Pusat ‘Aisyiyah. Pertama kali beliau dipercaya sebagai Ketua ‘Aisyiyah dalam
Kongres Darurat Muhammadiyah tahun 1946 di Yogyakarta (masa kepemimpinan Ki
Bagus Hadikusuma). Kemudian pada Muktamar Muhammadiyah ke 32 tahun 1953 di
Purwokerto, ia terpilih sebagai Ketua ‘Aisyiyah. Kemudian dalam Muktamar
Muhammadiyah di Palembang tahun 1956, Muktamar Muhammadiyah di Yogyakarta tahun
1959, dan Muktamar Muhammadiyah Setengah Abad tahun 1962 di Jakarta, Siti
Hayinah berturut-turut mendapat amanah sebagai Ketua PP ‘Aisyiyah.
Siti Hayinah juga aktif aktif di
Badan Penasehat Perkawinan Perselisihan dan Perceraian (BP 4), Gabungan Wanita
Islam Indonesia (GOWII), dan Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia
(BMOIWI).
(Lasa Hs)
0 Komentar