RASYIDI (20 Mei 1915 – 30 Januari 2001) , lahir dengan nama Saridi sebagai putra
Atmosugito Kotagede Yogyakarta. Beliau menempuh pendidikan di Sekolah
Muhammadiyah Yogyakarta. Kemudian ia melanjutkan sekolah di Perguruan Al Irsyad
al Islamiyah Malang di bawah asuhan Syekh Ahmad Syurkati. Saridi dikenal cerdas
dan dicintai guru-gurunya karena pandai bahasa Arab. Pada usia 15 tahun ia
telah hafal Alfiah Ibnu Malik dan
mampu menghafal Matan as Sullam buku
logika Aristoteles. Dengan kelebihan ini, beliau dipercaya untuk menjadi
asisten pengajar bidang gramatika bahasa Arab (nahwu, qawa’id).
Ketika belajar di Perguruan Al Irsyad al Islamiyah Malang, beliau juga
dibimbing guru-guru dari Makkah, Mesir, dan Sudan. Dari sini, Muhammad Rasyidi
tertarik untuk belajar ke Timur Tengah. Kemudian beliau melanjutkan studi ke
Darul Ulum (setingkat sekolah menengah atas) yang kemudian melanjutkan ke Jurusan Filsafat
dan Agama Universitas Al Azhar Kairo. Dari perguruan tinggi ternama ini, beliau
mendapat Licence setelah menempuh pendidikan selama 4 (empat) tahun. Kehausan
terhadap ilmu pengetahuan ini tidak berhenti sampai disini. Beliau belajar lagi
di Fakultas Sastra Universitas Sorbone Prancis. Beliau berhasil menyabet gelar
doctor tanggal 23 Maret 1956 setelah mempertahankan disertasinya berjudul Evolution de I’Islam en Indonesie ou
Consideration Critique du Livre Centini (Evolusi Islam di Indonesia atau
Tinjauan Kritik terhadap Serat Centhini). Dengan kecerdasannya ini, beliau
berhasil menempati peringkat pertama dan mampu mengungguli mahasiswa dari
Mesir, Albania, dan Sudan.
Selama belajar di luar negeri, H.M.
Rasyidi berhasil menggalang dukungan Kemerdekaan RI dari negara-negara Timur
Tengah.Pada tahun 1947, beliau turut dalam pertemuan dengan Sekjen Liga Arab
Azzam Pasha di Mesir. Hadir pula utusan dari Indonesia antara lain K.H.Agus
Salim, A.R. Baswedan (ayah Anies Baswedan) dan Mr. Nazir Pamuntjak. Pertemuan
ini diinisiasi oleh Abdul Mu’in sebagai Konsul Jendral Mesir dan sekaligus tamu
Negara pertama setelah Indonesia Merdeka.
Muhammad Rasyidi sebagai akademisi
juga pernah menjadi dosen Sekolah Tinggi Islam Yogyakarta (sekarang Universitas
Islam Indonesia/UII Yogyakarta), menjadi Guru Besar Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, Guru Besar IAIN (kini UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tahun
1958 – 1963 beliau pernah menjadi Assocaite Professor di McGill University
Montreal Kanada.
Jabatan dalam pemerintahan yang
pernah dipangkunya adalah pernah menjadi Menteri Negara pada masa Kabinet
Sjahrir I yang mengurusi peribadatan. Beliau menjadi Menteri Agama 3 Januari
1946 – 3 Oktober 1946. Kemudian pada masa Menteri Agama dipegang Fathurrahman
Kafrawi, beliau dipercaya sebagai Sekretaris Jenderal Departemen Agama. Ia
pernah menjadi Duta Besar Mesir dan Saudi Arabia (1950 – 1952), Iran dan
Afganistan (1952 – 1953), Kepala Direktorat Penerangan Departemen Luar Negeri
(1953 – 1955), dan Duta Besar Pakistan (1956 – 1958).
Kesibukannya masih ditambah dengan
kegiatan dalam dakwah Islamiyah antara lain beliau bersama Mohammad Natsir
mendirikan Dewan Dakwah Islamiyah (DDI), menjadi Penasehat PP Muhammadiyah, dan
pernah menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat.
Putra Kotagede Yogyakarta ini
ternyata juga seorang penulis yang produktif. Beberapa buku yang dihasilkannya
antara lain: 1) Islam Menentang
Komunisme; 2) Islam dan Indonesia di Zaman Modern; 3) Islam dan Kebatinan; 4)
Islam dan Sosialisme; 5) Mengapa Aku Tetap Memeluk Agama Islam; 6) Agama dan
Etik; 7) Empat Kuliah Agama Islam pada Perguruan Tinggi; 8) Strategi Kebudayaan
dan Pembaharuan Pendidikan Nasional; 9) Hendak Dibawa Kemana Umat Ini: 10)
Koreksi Terhadap Drs. Nurcholis Madjid tentang Sekulerisasi; 11) Koreksi
Terhadap Dr. Harun Nasution tentang Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya; 12)
Filsafat Agama, Bibel Quran dan Sains Modern (diterjemahkan dari karya Maurice
Bucaille); 13) Humanisme dalam Islam ( diterjemahkan
dari karya Marcel A. Boisard); 14) Janji-Janji Islam dan Persoalan-persoalan
Filsafat (diterjemahkan dari karya Harold A. Titus).
Intelektual muslim ini berpulang ke
Rahmatullah dalam usia 86 tahun, setelah dirawat du Rumah Sakit Islam Jakarta
Cempaka Putih pada tanggal 30 Januari 2001, dan dimakamkan di tanah kelahiranya
Kotagede Yogyakarta
(Eko Triyanto)
0 Komentar