Orang mandul
sering dikonotasikan sebagai orang yang tidak mempunyai keturunan atau anak
meskipun sekian lama berumah tangga. Kemandulan dalam pengertian ini sebenarnya
terlau sempit. Kemandulan lebih bermakna substantif, yakni ketidakmampuan
seseorang maupun kelompok untuk
memanfaatkan potensi yang ada pada mereka. Mereka yang dianugerahi anak
ternyata ada yang tidak dapat mengambil manfaat dan tidak bisa mengembangkan
potensi anak. Orang yang berilmu kadang bangga dengan deretan gelar dan tidak
mampu menghasilkan tulisan.
Produktifitas ilmuwan yang berupa pengetahuan itu
seharusnya untuk mewujudkan kesejahteraan manusia. Namun ketinggian ilmu yang
mereka miliki kadang hanya untuk kepentingan diri sendiri bahkan kadang untuk
mengakali pihak lain dengan plagiarisme dan pemalsuan ijasah misalnya.
Kemandulan
tidak saja berkaitan dengan masalah keturunan, kekayaan, dan ilmu pengetahuan.
Kekuasaanpun dapat mengalami kemandulan bila selama kekuasaan di tangan
ternyata tidak mampu membuat kebijakan untuk mensejahterakan masyarakat, bahkan
nyaris tidak ada perubahan. Kekuasaan yang diamanatkan justru digunakan untuk
kepentingan diri, keluarga, dan kelompoknya, partainya. Rasulullah saw
menyatakan tentang hakikat kemandulan:” Tahukah kamu sekalian apa yang dimaksud
dengan orang mandul ?. Kami (para sahabat) menjawab.’ialah mereka yang tidak
mempunyai keturunan atau anak. Kemudian Rasulullah saw bersabda:”Yang dimaksud
mandul ialah orang yang memiliki anak kemudian ia mati tanpa memperoleh suatu
kebaikan dari mereka (anak-anaknya). Kemudian beliau bertanya lagi :”Tahukan
kamu siapa yang disebut miskin ?. Mereka (para sahabat) menjawab :”orang miskin
adalah orang yang tidak memiliki harta”. Kemudian Nabi Muhammad saw bersabda:”
Orang yang miskin ialah setiap orang yang punya harta kemudian mereka mati
tanpa memeroleh suatu kebaikan dari hartanya itu”. (H.R. Ahmad ).
Ilmu pengetahuan akan lebih bermakna jika disampaikan
melalui lisan atau tulisan (rekaman) kepada orang lain. Karya berupa tulisan
yang menyebar meluas akan lebih bermakna daripada hanya disimpan di lemari
kaca. Rasulullah saw bersabda :”Siapa yang mencari ilmu pengetahuan yang
seharusnya ditujukan atas ridha Allah, namun kemudian mereka memelajari ilmu
pengetahuan hanya untuk meraih kebanggan dan kekayaan dunia, maka orang itu
besok pada hari kiamat tidak akan mendapat aromanya surga (H.R. Abu Daud dan
Abu Hurairah).
(Lasa Hs).
0 Komentar