Pada masa pemerintahan ’Umar bin Khathab r.a. terjadi
peperangan antara umat Islam melawan orang kafir Persia. Pada saat itu khalifah
’Umar bin Khathab berhasil mengumpulkan 14.000 pasukan sabilillah. Peristiwa
yang terjadi pada tahun ke 14 Hijriyah itu juga diikuti oleh Khansa’ bin Amran
dan keempat anak-anaknya yang semuanya laki-laki. Khansa’ adalah seorang janda
dan penyair terkenal sehingga kata hariannya bernada syair dan berisi fatwa
berharga.
Sebelum maju perang, Khansa’ memberikan motivasi dan
semangat kepada keempat putra-putranya itu. Kata-kata itu artinya:”Wahai
putra-putraku, kamu sekalian telah memilih Islam dengan ridha dan penuh
kesadaran. Demi Allah yang tiada Tuhan selain Allah, sesungguhnya kamu sekalian
adalah putra-putra dari seorang laki-laki dan wanita. Aku tidak pernah
mengkhianati ayahmu. Aku tidak pernah menjelek-jelekkan saudaramu yang lain.
Aku juga tiak pernah mengubah persahabatan kamu. Kamu sekalian telah mengerti
pahala yang disediakan oleh Allah untuk kaum muslimin yang memerangi
orang-orang kafir. Ketahuilah wahai putra-putraku bahwa kampung yang kekal itu
lebih baik daripada kampung yang fana”. Kemudian Khansa’ menyitir ayat Al Quran
yang artinya :”Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah
kepada Allah supaya kamu beruntng”. (Q.S. Ali ImranL 200)
Sejenak, Khansa’ terdiam
lalu melanjutkan nasehatnya.:” Kalau kalian bangun esok pagi dalam keadaan
selamat, maka keluarlah untuk berperang melawan musuh-musuh Allah. Gunakan
semua pengalamanmu dan mohonlah pertolongan kepada Allah. Apabila kalian
melihat api peperangan semakin berkobar, maka masuklah ke tengah-tengah kobaran
perang itu. Raihlah puncak kobaran perang itu, semoga kalian mendapatkan
kejayaan dan balasan yang terbaik di kampung yang abadi kelak”.
Mendengar nasihat ibunya yang bijak itu, keempat anak itu
melangkahkan kaki dengan mantap maju ke medan perang. Di tengah-tengah kecamuknya
peperangan itu, keempat bersaudara itu saling memotivasi dalam memperjuangkan
kalimat-kalimat Allah. Mereka bertambah semangat ketika melihat pedang
mengkilat. Tekad merekapun semakin kuat ketika melihat darah muncrat. Merekapun
menggebu-gebu ketika melihat mayat-mayat terkapar beku membisu.
Setelah perang usai, orang-orang kafir Persia menderita
kekalahan dan umat Islam mendapat kemenangan yang gemilang. Kemudian dilakukan
pendataan para syuhada’ yang gugur di medan perang itu. Dari pendataan ini
diketahui bahwa keempat putra Khansa’ gugur di medan perang sabilillah itu.
Begitu mendengar kabar tentang putra-putranya gugur di medan perang itu,
Khansa’ tetap tenang. Beliau berdo’a :”Segala puji bagi Allah yang telah
menganugerahkan kepadaku dengan mensyahidkan putra-putraku. Aku berharap dari
Tuhanku agar Dia mengumpulkan aku dan mereka di tempat tinggal yang abadi
dengan rahmatNYa”. Dari peristiwa ini kemudian penyair ini lebih dikenal dengan
sebutan Khansa’ binti Amru Ummu Syahid.
Orang-orang yang bermotivasi tinggi adan maju selangkah
bahkan beberapa langkah dari orang lain. Mereka biasanya memiliki ciri khas
seperti ambisius, kerja keras, kreatif, berani bersaing, tekun dalam
peningkatan kedudukan sosial, dan menghargai produktivitas. Mereka adalah
pemberani. Pemberani selalu siap menghadapi kegagalan dan siap menang.
Orang-orang yang berprestasi selalu berusaha untuk
mencari keunggulan meskipun keunggulan itu diri sendiri. Mereka yang memiliki
dorongan berprestasi ini biasanya memiliki kecakapan-kecakapan :
a.
Berorientasi
pada produk dan bukan sekedar mengejar status;
b.
Menyukai
tantangan danberani mengambil resiko;
c.
Memanfaatkan
informasi dalam pengambilan keputusan
d.
Terus
berusaha untuk meningkatkan kinerja.
Sebaliknya, orang-orang yang achievement
motivasinya rendah, maka orang
semacam inibiasanya kurang menghargai produktivitas, kurang kreatif, apatis,
lesu darah, dan tidak punya tujuan yang jelas. Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa penakut itu mati seribu kali, tetapi pemberani hanya mati sekali.
Penakut, sebelum mati beneran, pada hakikatnya sudah mati nyalinya karena tidak
berani berbuat sesuatu. Akhirnya ide dan pikirannya terkubur bersama
ketakutannya. Dengan demikian dapat diibaratkan bahwa penakut itu mati (kalah)
sebelum perang. Padahal hal mati (kalah) setelah berperang (berlomba, bersaing,
kompetisi) lebih terhormat daripada mati sebelum berkompetisi. Penakut adalah
orang yang gagal dan selalu menerima menjadi orang yang kalah pasrah sebagai
warga yang terpinggirkan.
(Habis)
Lasa Hs.
0 Komentar