Penulis
adalah sosok manusia yang memiliki kepekaan dan sikap kritis terhadap fenomena
sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan, budaya, politik, dan pendidikan. Mereka peka
dan bersikap kritis terhadap “teks kehidupan” baik yang tersurat maupun yang
tersirat. Dengan nuraninya, penulis cepat bereaksi untuk menilai dan mengontrol
fenomena tersebut. Mereka bicara melalui tulisan yang seolah-olah gelisah dan
resah melihat fenomena itu. Karya-karya mereka dapat dijadikan sebagai media
control terhadap fenomena yang terjadi saat itu.
Dalam bidang budaya dapat dibaca buku Slilit Kiyai (Emha ‘Ainun Najib), Robohnya Surau Kami (A.A.Navis), Siti Nurbaya (Marah Rusli)
dan lainnya. Di bidang politik dapat disimak buku-buku Siapa Manabur Angin Menuai Badai, Politik Dasamuka, Indonesia
Menggugat, Sarinah, Melangkah Dipaksa Sejarah dan lainnya. Tidak sedikit
diantara penulis-penulis itu mampu melahirkan karya besar dari hasil renungan,
kepekaan, dan penghayatan yang dalam. Bahkan penulis itu sering terlibat
langsung dalam fenomena penderitaan budaya, ekonomi, sosial, dan politik.
Karl
Marx menulis buku Das Capital ketika
ia hidup miskin, menderita, dan kaum buruh dieksploitasi kaum borjuis. Tan
Malaka menulis buku Mandilog ketika ia dihimpit kemiskinan dan sakit parah.
Shiyali Ramamrita Ranganathan, seorang pustakawan India yang menemukan Lima Hukum Ilmu Perpustakaan (Five Laws of Librar Sciences) itu menulis
karya kepustakawanan dalam keadaan sakit lumpuh.
Demikian
halnya dengan Prof. Dr. HAMKA, ulama besar, budayawan terkenal itu
menyelesaikan penulisan Tafsir Al Azhar (30
juz) ketika beliau berada dalam tahanan pemerintahan Bung Karno. Tahanan
penjara itu dengan tuduhan, bahwa Buya Hamka akan melakukan kegiatan subversi
terhadap pemerintahan. Ternyata tuduhan itu tidak dapat dibuktikan. Hidup di
penjara selama dua setengah tahun itu ternyata memberikan hikmah mampu menulis
buku. Tetapi yang di luar penjara atau tidak dipenjara ternyata tidak mampu/mau menulis buku.
Tentang
tafsir ini, Prof. Dr. James Rush (guru besar sejarah Universitas Yale)
berkomentar :”Studi dari tulisan Hamka tentang kepercayaan dan pengetahuannya
yang mendalam tercermin secara dramatis dalam keberhasilannya meyusun tafsir
yang lengkap. Untuk masyarakat Indonesia yang sedang berkembang, ia merupakan
tiang penyangga. Ia mengharapkan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat Islam,
masyarakat yang aman, damai, dan modern sebagaimana diungkapkan dalam bukunya Di Bawah Lindungan Ka’bah.
(Lasa Hs)
0 Komentar