Dalam kehidupan bermasyarakat ini, kadang terjadi
fitnah memfitnah. Apalagi di jaman merebaknya media sosial, orang sangat mudah
dan cepat membuat dan menyebarkan fitnah dalam hitungan detik.
Perbuatan ini merupakan bentuk pendzaliman
bagi yang difitnah. Namun di sisi lain, mereka yang difitnah perlu kesabaran
tersendiri. Apabila keterlaluan kiranya dapat diserahkan kepada pihak
kepolisian. Insya Allah akan segera ditindaklanjuti, meskipun si pemfitnah
menggunakan sandi-sandi tertentu. Ini untuk menghentikan perilaku yang
meresahkan masyarakat.
Kiranya tidak perlu ftnah
dibalas dengan fitnah. Kalau demikian keadaan tidak akan tenteram dan tidak akan ada habis-habisnya. Memaafkan kejelekan
orang lain merupakan perilaku yang mulia disisi Allah dan dihormati masyarakat.
Rasulullah Saw memberikan contoh dan menunjukkan kebesaran jiwanya, keagungan,
kewibawaan, dan kehormatan beliau. Beliau memaafkan pada orang yang akan
membunuhnya.
Suatu ketika Zainab binti Al
Harits pernah melakukan usaha pembunuhan terhadap diri Rasulullah Saw dengan
racun. Zainab isteri Salam bin Masykam (salah seorang tokoh Yahudi) berhasil
membubuhkan racun pada sate yang dihidangkan kepada Rasulullah Muhammad Saw.
Saat itu Rasulullah Saw
bersama Bisyr bin Ma’rur akan menyantap hidangan tersebut. Saat itu Bisyr
sempat menelan daging beracun itu dan beberapa hari kemudian ia meninggal
dunia. Sedangkan Nabi Muhammad Saw baru tahap mengunyah lalu memuntahkannya
kembali dan mengatakan :”Daging itu memberitahukan
padaku bahwa dia beracun”.
Setelah kejadian itu, Zainab
dipanggil Rasulullah Saw dan ditanya :”Mengapa
engkau sampai hati melakukan peracunan itu?. Wanita itupun menjawab :” Kiranya bukan rahasia lagi bahwa kaumku
ingin membunuh tuan. Apabila tuan adalah seorang raja, pasti telah mati oleh
racun tadi. Akan tetapi apabila tuan itu seorang nabi, maka tidak mungkin mati
karena racun itu. Sebab tuan pasti diberitahu Allah bahwa daging itu mengandung
racun.Nyatanya tuan selamat setelah makan daging beracun itu, maka saya yakin
bahwa tuan adalah nabi”.
Kemudian Rasulullah Saw memaafkan dan melepaskan wanita yang kejam itu.
Akirnya wanita Yahudi itu menyatakan diri masuk Islam dengan kesadaran .
Memaafkan orang lain secara
ikhlas merupakan buah dari iman yang kokoh.Iman yang kokoh ibarat pohon yang
memiliki akar-akar terhujam ke bumi, bercabang, beranting, berbunga dan
berbuah. Orang-orang yang ikhlas tidak khawatir akan rezekk, nasib anak-anak,
pangkat, dan jabatan.
Lasa Hs
0 Komentar