A. Malik Fadjar dilahirkan di Yogyakarta, 22 Februari 1939. Ayahnya bernama Fadjar Martodihardjo dan ibunya bernama Hj. Salamah Fadjar, keduanya sudah meninggal dunia. A. Malik Fadjar merupakan putera keempat dari tujuh bersaudara (A. Malik Fadjar, 2005: 4).
A. Malik Fadjar tumbuh di bumi keluarga terdidik (educated village family). Ayahnya adalah seorang guru agama. Melalui ayahnya, Malik Fadjar banyak belajar ilmu agama dan keagamaan. Salah satu ajaran penting yang ditransmisikan kepada semua anak-anaknya adalah percaya diri dan keberanian diri. Hal ini karena ayah Malik Fadjar dikenal sebagai pribadi yang berani, dalam arti lebih banyak menampilkan “tutwuri” yang mendorong lahirnya sikap percaya diri dan keberanian diri yang semuanya berpangkal dari iman.
Mulai dari bangku SR (Sekolah Rakyat) 6 tahun di Megelang (1952/1953), lalu PGAP (Pendidikan Guru Agama Pertama) 4 tahun di Magelang (1956/1957), dan PGAA (Pendidikan Guru Agama Atas) 2 tahun di Yogyakarta (1958/1959), kiranya Malik Fadjar sudah mengepalai beberapa organisasi sekolah, seperti ketua kelas, ketua OSIS, kepemudaan/ kepramukaan, dan sebagainya (A. Malik Fadjar, 2005: 6). Sikap percaya diri dan keberanian diri ini semakin tinggi manakala Malik Fadjar memasuki dunia mahasiswa di UIN Malang d/h STAIN Malang.
Sebelum hijrah ke Malang, Malik Fadjar pernah singgah di NTB sebagai guru agama di SDN Taliwang (1956-1960), guru SMI, guru agama pada SGBN Sumbawa Besar (1960-1961), dan Kepala agama pada SMPN Sumbawa Besar (1961-1963), dan Kepala SMEP. Selain mengajar, Malik Fadjar aktif menggerakkan kehidupan beragama (Islam) di masayarakat ini kemudian nama A. Malik Fadjar begitu akrab di masyarakat Sumbawa NTB. Tidak saja sebagai guru agama di sekolah-sekolah formal milik pemerintah, melainkan ia menampilkan diri sebagai manusia pelayan dan pengabdi kepada masyarakatnya.
Pada tahun 1963 Malik Fadjar kembali ke Jawa karena panggilan tugas belajar, yaitu pada Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel di Malang (sekarang UIN Malang). Di kampus ini, Malik Fadjar memulai kehidupan baru sebagai mahasiswa dan aktivis organisasi HMI. HMI menjadi pilihan beraktivitas selama mahasiswa, karena organisasi kemahasiswaan ini memiliki visi modernisasi, yang secara konsisten banyak menyuarakan perubahan dan pembaruan di segala hal.
Malik Fadjar di dalam organisasi HMI memegang posisi strategis. Dia pernah menjabat Ketua Bidang PTKP HMI Cabang Malang (1964-1968), Ketua Umum Badko HMI Jawa Timur (1968-1970), anggota pleno PB HMI, dan anggota Badan Pekerja PB HMI. Bahkan Abd Malik Fadjar tercatat sebagai salah seorang yang memprakarsai berdirinya KAHMI (Korp Alumni HMI) dan menjabat ketua KAHMI Malang (Anwar Hudijono dan Anshari Thayib, 2006: 57-66).
Selama menjadi dosen di IAIN Sunan Ampel Malang, ia pernah menjabat sebagai Sekretaris Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang (1972-1979), di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menjadi Rektor (1983-2000), Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (1996-1999), Direktur Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam (1996-1998), Menteri Agama RI (1999-2001), Menteri Pendidikan Nasional (2001-2004), dan Menko Kesra pada zaman Presiden Megawati.
Meskipun Malik Fadjar sebagai seorang yang sangat sibuk dengan berbagai hal, baik terkait dengan tugas di dunia pendidikan maupun di pemerintahan, tetapi ia tidak meninggalkan kreatifitasnya dalam dunia keilmuan, dengan terbukti banyak karya-karya Malik Fadjar yang dimilikinya di antaranya adalah:
1. Kuliah Agama Islam (Surabaya: AlIkhlas, 1981).
2. Kepemimpinan Pendidikan (Malang: Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, 1983).
3. Pergulatan Pendidikan Islam di Indonesia: Perubahan Sosial, Politik dan Budaya, (Yogyakarta: Tiara Wacana, ).
4. Universitas Muhammadiyah Malang Menuju Cita-cita Perguruan Tinggi Masa Depan, (Malang: UMM Press, 1992).
5. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media, 1993).
6. Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan (Yogyakarta: Aditya Media, 1993).
7. Pancasila Dasar Filsafat Negara: Prinsip-Prinsip Pengembangan Kehidupan Beragama, (Malang: UMM Press, 1993).
8. Dunia Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan, (Malang: UMM Press, 1995).
9. Pergumulan Pemikiran Pendidikan Tinggi Islam, (Malang: UMM Press, 1995).
10. Visi Pembaruan Pendidikan Islam, (Jakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan Penyusunan Naskah Indonesia (LP3NI), 1998).
11. Madrasah dan Tantangan Moderenis, (Bandung: Mizan, 1998).
12. Reformasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Fadjar Dunia, 1999).
13. Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Fadjar Dunia, 1999).
14. Pendidikan, Agama, Kebudayaan, dan Perdamaian (Malang: UIN Malang Press, 2004).
15. Sintesa Antara Perguruan Tinggi Dengan Pesantren (Malang: UIN Malang Press, 2004).
16. Holistika Pemikiran Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005).
Di samping menulis sejumlah buku sebagaimana tersebut di atas, Abdul Malik Fajdar juga menulis tentang sejumlah makalah ilmiah yang disampaikan dalam berbagai forum
seminar baik lokal, nasional maupun internasional.
Dalam keterpurukan citra pendidikan Islam pada khususnya dan citra pendidikan nasional pada umumnya, bangsa memerlukan gagasan dan pemikiran para tokoh pendidikan Islam utamanya seperti figur A.Malik Fadjar untuk memperbaikinya. Berbagai konsep yang ada sebelumnya dipandang tidak mampu lagi untuk mengatasi permasalahan pendidikan nasional, terutama dalam mengahadapi tantangan modernisasi dan globalisasi. Penanganan pendidikan yang serba sentralistik, serba seragam, dan birokratis menyebabkan masyarakat kehilangan daya inovasi dan kreativitasnya untuk mengatasi masalah pendidikan tersebut. Untuk itu perlu ada solusi penanganan masalah pendidikan yang lebih memberdayakan masyarakat, yang muncul dari inisiatif masyarakat, serta sesuai dengan tantangan zaman.
A. Malik Fadjar, mantan Menteri Pendidikan Nasional pada masa kabinet Gotong Royong adalah sosok pemikir pendidikan yang genius. Berbagai eksperimennya dalam mengatasi masalah pendidikan melalui Universitas Muhammadiyah Malang yang pernah dipimpinnya serta berbagai upaya lainnya, menyebabkan ia begitu disegani gagasan, pemikiran dan kiprahnya dalam berbagai hal.
sumber:
https://media.neliti.com/media/publications/162130-ID-none.pdf
0 Komentar