WEBINAR
NASIONAL
PUSTAKAWAN
MUDA BERBICARA :
PELUANG
DAN TANTANGAN PROFESI DI ERA DISRUPSI
Pustakawan
Muda Berbicara : Peluang dan Tantangan Profesi di Tengah era Disrupsi merupakan
tema webinar nasional yang diangkat oleh tim Perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi K.H Ahmad Dahlan Lamongan serta disupport oleh Forum Perpustakaan
Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah. Webinar Nasional ini diadakan pada
tanggal 8 September 2020 dengan tujuan untuk memperingati Hari Literasi Dunia
atau Hari Aksara Internasional. Kegiatan yang ternyata diikuti oleh lebih dari
1500 peserta dari pustakawan dan berbagai lini profesi ini telah sukses
dilaksanakan melalui Aplikasi berbasis daring yakni Zoom Cloud Meeting dan
Youtube STIEKHAD TV pada pukul 09.00 WIB hingga selesai acara pada pukul
12.30. WIB.
Sebagai pengantar acara, webinar dimulai
dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Sang Surya yang diikuti oleh para
peserta webinar, kemudian dibuka Oleh Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi K.H
Ahmad Dahlan Lamongan Dr. Hj. Mu'ah, MM., M.Pd beserta dua Key Note Speaker yakni Drh. Emil Elestianto Dardak M.Sc., Selaku
Wakil Gubernur jawa Timur dan Drs. Lasa Harsana., M.Si sebagai Ketua Forum
Perpustakaan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah.
Dalam
pengantarnya, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi K.H Ahmad Dahlan Lamongan Dr. Hj. Mu'ah,
MM., M.Pd menyampaikan bahwa dalam situasi Pandemi Covid-19 ini, perpustakaan diharapkan menjadi pusat dan center
informasi masyarakat agar bisa mengikuti perkembangan informasi terkini.
Adapun
berikutnya, dalam sambutannya Drh. Emil Elestianto Dardak M.Sc., selaku wakil
Gubernur Jawa Timur menegaskan bahwa pustakawan muda atau pustakawan Milenial harus bisa membawa warna baru
didalam pengelolaan kepustakaan, diperlukan suatu upaya untuk memperbaiki
tingkat literasi agar selaras dengan tingkat gemar membaca. Menurutnya, hal
tersebut bertujuan agar masyarakat bisa naik ke satu level yang lebih tinggi
dari literate kemudian mahir untuk
ber-literasi informasi.
Dilanjutkan
dengan pengantar berikutnya oleh Ketua Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi
Muhammadiyah Aisyiyah Drs. Lasa Harsana., M.Si yang menekankan bahwa perpustakaan
saat ini mau tidak mau wajib untuk berubah demi mesiasati era digitalisasi. Perlu
adanya keseimbangan dengan teologi, khususnya nilai-nilai ke-Islaman dan
ke-Muhammadiyahan agar memberikan warna-warni pada Kehidupan Perpustakaan.
Setelah pembukaan
selesai, dilanjutkan dengan materi-materi yang terbagi dalam dua sesi. Disesi
pertama pemaparan dilakukan oleh Meri Susanti dan Arda Putri Winata. Disesi
Pertama, Meri Susanti menekankan bahwa seorang pustakawan harus mampu
bertransformasi, berkolaborasi hingga mampu menjadi trigger dalam menghadapi problem
solving. Pustakawan Berprestasi dari Provinsi Bengkulu ini juga menambahkan
perlunya pola fikir baru untuk merubah stigma profesi bahwa stereotip
pustakawan sudah tidak bisa kesampingkan lagi, sehingga perlu ditanamkan dalam
diri masing-masing untuk berniat melakukan perubahan serta selalu ikhlas dalam
bekerja.
Sedangkan Arda
Putri Winata di materi berikutnya, manyampaikan bahwa pustakawan diharapkan
tidak menutup diri dan dilarang takut untuk berkembang, artinya pustakawan
harus berani mengembangkan diri, salah satunya dengan memperkaya skill bahasa asing. Perempuan yang
pernah meraih gelar Pustakawan berprestasi Nasional ini juga menambahkan
pentingnya pustakawan melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak untuk
meningkatkan wawasan guna pengembangan aspek multidisiplin ilmu. Hal ini
menurutnya agar pustakawan dapat terus berkembang sebagai guardian of information.
Selanjutnya Disesi Kedua, materi diisi oleh Atin
Istiarni dan Fikri Fitrananda. Dalam materinya, Astin mengungkapkan bahwa di
tengah era Disrupsi ini pustakawan muda harus lebih terbuka, energik dan aktif
baik secara psikis maupun fisik. Menurutnya, hal ini penting untuk sebagai
pengembangan mental pustakawan muda. Perempuan asal Kota Magelang ini juga memberikan
pandangan bahwa sebagai pustakawan muda penting untuk menjajaki afiliasi
profesi pustakawan para senior-senior terdahulu dari berbagai bidang pekerjaan agar
dapat menambah wawasan dan sudut pandang baru.
Berbeda
dengan Fikri, di materi terakhir pria yang sedang konsen sebagai pegiat
literasi Jawa Timur ini juga telah menyampaikan berbagai sudut pandang dengan
cakupan teoritis dan filsafat. Menurutnya, Sebagai pustakawan tidak seharusnya
mensimplifikasi persoalan dengan hanya melihat hasil temuan berdasar
angka-angka, namun pustakawan juga harus benar-benar mencermati kondisi
literasi di tataran grassroot. Sehingga
diperlukan upaya dalam memainkan peran knowledge
management untuk melakukan filterisasi informasi dan knowledge transfer. Pria yang juga berprofesi sebagai Pustakawan
SMP Negeri 2 Glagah Banyuwangi ini juga menegaskan bahwa hal itu penting untuk
dilakukan karena perpustakaan sekarang tidak seharusnya terpaku pada ruangan atau
jenis-jenis standarisasi yang bersifat legal formal, justru harus lebih berani
untuk menerapkan cara dengan instrumen-instrumen yang lebih segar dan diterima
oleh kalangan society 5.0, seperti
pemanfaatan Youtube, Podcast dan virtual Reality untuk menyentuh masyarakat
secara langsung.
Sampai di akhir acara, kegiatan webinar ini kemudian diakhiri dengan sedikit kesimpulan dari moderator serta ditutup do’a oleh Master Of Ceremony. Setelah acara selesai, Siti Musyarofah S.E, selaku kepala Perpustakaan STIE K.H Ahmad Dahlan mengucapkan terima kasih kepada Para Peserta dan para Pustakawan khususnya, semoga rutin untuk diadakan.
0 Komentar