Said Tuhuleley; Tokoh Kemanusiaan
Raisa F
Pak Said Tuhuleley merupakan seorang
aktivis islam dan berperan besar dalam pengembangan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. Beliau lahir
di Saparua, Maluku dan meninggal di Yogyakarta pada 9 Juni 2015. Pak Said adalah alumni Himpunan
Mahasiswa Indonesia (HMI) dan berkhidmat di Persyarikatan Muhammadiyah. Pada tahun 1984, Ustadz Said Tuhuleley dan
temannya Zulkifli Halim yang merupakan kader-kader HMI menjadi yang
diperhitungkan setelah bergabung dengan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Beliau
bertugas di Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) UMY.
Beliau merintis penelitian jurnal, yakni Media Inovasi yang mendapatkan pengakuan
masyarakat di tingkat nasional.
Ketika di LP3M UMY, Pak Said membuat
terobosan dengan melakukan seminar-seminar nasional. Tema-tema dalam seminar
yang diselenggarakan LP3M pada waktu itu juga progresif, aktual, dan
konstekstual. Melalui Media Inovasi dan topik-topik yang dibahasnya, LP3M dan
UMY dianggap responsif oleh publik terhadap persoalan sosial, keagamaan,
kebangsaan dan kemanusiaan. Beberapa topik yang pernah menjadi tema besar di
awal tahun 2000-an adalah krisis kemanusiaan, krisis lingkungan, pemanasan
global, demokrasi, multikulturalisme, dan masyarakat sipil. Dengan topik-topik
ini, Pak Said pandai memanfaatkan para tokoh dan akademisi dari Jakarta yang
datang ke Yogyakarta untuk menjadi narasumber. Karena seminar nasional banyak
dimuat di media massa, nama UMY pun ikut terdongkrak. Pak Dasron Hamid, selaku Rektor
UMY sangat mendukung gagasan dan langkahnya, sehingga Pak Said berkarya lebih
leluasa.
Sisi yang menonjol lainnya dari diri
Pak Said adalah semangat kerja kerasnya. Pak Said adalah dosen tetap Fakultas
Agama Islam (FAI) UMY, Pembina Pesantren Budi Mulia, dan ketua (Majelis
Pemberdayaan Masyarakat) MPM PP Muhammadiyah. Semua amanat itu dijalankan Pak
Said dengan tekun dan serius alias dengan kerja keras. Di FAI UMY, menurut Pak
Mahli Zainudin Tago, Pak Said selalu disiplin dan serius mengajar. Dia selalu
cermat dalam menyiapkan bahan-bahan kuliah, antara lain dalam bentuk modul
untuk tiap mata kuliah yang diampunya. Dia juga dikenal sebagai dosen yang
mencermati para peserta didik. Dalam hal ini, dia tidak menoleransi mahasiswa
yang ngobrol sendiri-sendiri saat kuliah berlangsung. Baginya, mahasiswa yang
fokus saja masih sulit memahami materi kuliahnya apalagi mahasiswa yang suka
ngobrol dalam perkuliahan. Pak Said juga dikenal sebagai dosen yang paling
tertib mengumpulkan nilai-nilai mata kuliah yang menjadi hak mahasiswa. Tentu
hal ini menjadi luar biasa mengingat kesibukannya yang luar biasa pula. Terkait
hal ini, Pak Said pernah marah kepada seorang dosen muda yang tidak disiplin
mengumpulkan nilai mahasiswa hanya dengan alasan sang dosen sibuk mengurus
persyarikatan. Selain bidang akademik, beliau juga sebagai ketua Majelis
Pemberdayaan Masyarakat MPM. Pak Said
dikenal sebagai satu-satunya ketua majlis yang berkantor hampir setiap hari.
Oleh karena itu, program-program MPM dapat berjalan dengan baik dan beliau
dipercaya untuk memimpin majelis ini untuk dua periode (2005-2010, 2010-2015).
Belum lagi aktivitas di Pesantren Budi Mulia tempat tinggal beliau sehari-hari.
Saat musim penerimaan mahasiswa baru
UMY tiba, Pak Said sering pergi ke sekolah-sekolah membawa brosur dengan mobil
tua UMY. Mobil kijang tua itu dia sebut mobil “antipeluru” karena bebas untuk
dibawa kemana saja dan tahan gores karena memang sudah jelek. Beliau cukup lama
mengoordinasi KKN (Kuliah Kerja Nyata) mahasiswa UMY ketika masih di bawah
LP3M. Selama itu, beliau menikmati aktivitas turun dari satu desa ke desa yang
lain di wilayah DIY. Bersamaan dengan itu, Pak Said Tuhuleley memanfaatkan pula
kesempatan untuk berdakwah yang merupakan kegemarannya. Saat itu, beliau
merangkap sebagai anggota Majelis Tabligh PP Muhammadiyah yang ketuanya juga
Pak Amien Rais.
Di Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, kenang Pak Masyhudi Muqarrabin, Pak Said Tuhuleley pernah menjabat
sebagai Pembantu Rektor (PR) III yang sebelumnya dijabat oleh Bapak Musthafa
Kamal Pasya. Pak Said meneruskannya melalui pengembangan kemahasiswaan yang
lebih dinamis, bukan saja di bidang akademik, melainkan juga di bidang-bidang
lainnya. Tercatat pula berdirinya Drum Corps UMY pada tanggal yang sama dengan
berdirinya beberapa UKM, seperti Muhammadiyah MultiMedia Kine Club, Senirupa,
dan Kelompok Penelitian Mahasiswa, yaitu pada 17 Agustus 1997.
Dalam beberapa tahun terakhir sisa
hidupnya, kenang Pak Masyhudi, beliau dapat dikatakan sering masuk rumah sakit
akibat kondisi fisik dan kesehatan yang menurun. Beliau tidak pernah merasa
lelah dalam memperjuangkan perbaikan nasib rakyat kecil. Beliau menghembuskan
nafas terakhir tanggal 9 Juni 2015 di RS Sardjito Yogyakarta. Jenazah almarhum
Said Tuhuleley dimakamkan di pemakaman Karangkajen Yogyakarta pada Rabu siang
tanggal 10 Juni 2015. Kata-kata khas dan semboyan almarhum akan dikenang dan
menjadi sumber inspirasi serta militansi dalam melanjutkan perjuangan
memberdayakan masyarakat kecil oleh siapa pun dan di mana pun, yaitu: “Selama
rakyat menderita, tidak ada kata istirahat.
Sumber; Prihantoro, Agung. 2015. Jejak Langkah Said Tuhuleley.
Yogyakarta:Yayasan Shalahuddin Laboratorium Dakwah
0 Komentar