NASIHAT PENDAHULU KITA Tulisan 2
HASTABRATA
Nenek moyang kita mewariskan nilai, budaya, dan
norma kepemimpinan yang diekspresikan antara lain dalam cerita pewayangan.
Warisan nilai yang adiluhung ini hampir tak dikenal lagi oleh generasi
milenial. Bahkan dianggap kuno, jadul, dan tidak njamani lagi. Padahal kalau kita bisa berpikir jernah dan mampu
menganalisa, bahwa wayang itu merupakan seni tradisional Indonesia yang
memiliki fungsi sebagai media tontonan (pementasan), tuntunan
(suri tauladan), dan tatanan (aturan)
Nilai-nilai kepemimpinan dapat
disimak, dipelajari, dan diaplikasikan apabila kita bisa menangkap apa yang
tersirat dari lakon Makutarama. Dalam lakon pagelaran ini terdapat ajaran hastabrata yang diberikan oleh
Kesawasidhi kepada Arjuno (satria
Pandawa) yang berupa pedoman kepemimpinan warisan Ramawijaya yang meneladani
sifat-sifat alam semessta. Misalmya watak bumi, api, air, angin, matahari,
bulan, bintang, dan awan. Adapun ajaran hastabrata
adalah sebagai berikut:
1.Hambeging surya (sifat matahari)
Matahari memancarkan sinar panas
sebagai sumber kehidupan yang membuat semua makhluk tumbuh dan berkembang. Maka
suatu kepemimpinan (individu maupun kologial) harus dapat menumbuhkembangkan
daya hidup masyarakat/rakyat/komunitas yang dipimpinnya, memberikan kehidupan
serta memberikan semangat terus menerus kepada mereka
Matahari ikhlas memberi dan tak pernah minta
kembali. Matahari terus memberi tak pernah berhenti. Tidak akan mati suri meski
dibulli. Tidak akan sakit hati meski dicaci maki. Dan tidak tinggi hati bila
dipuji.
Matahari selalu membangkitkan/memajukan kehidupan
flora, fauna, dan manusia. Matahari tetap bersinar meski dicaci maki. Sampai
kapanpun matahari akan tetap menyinari bumi. Niatnya untuk melaksanakan
perintah Ilahi (yusabbihu lillaahi maa
fissamaawaati wamaa fil ardhi). Bukan pula pujian yang dicari.
2. Hambeging candra (sifat bulan)
Bulan memiliki sifat memancarkan
sinar di kegelapan malam. Maka seorang pemimpin harus menyenangkan, memberikan
pencerahan (bukan malah ngisruh), memberikan
solusi terhadap persoalan yang dihadapi komunitas, rakyat, kelompok yang
dipimpinnya. Bukannya malah membuat masalah lagi. Bila tak bisa memberi solusi,
lebih baik berdiam diri. Jangan sampai membuat rumit negeri ini.
3. Hambeging kartika (sifat bintang)
Bintang itu memancarkan cahaya indah
kemilauan di langit biru menghiasi indanya malam. Dengan sifat ini, bintang
menjadi pedoman arah dan tanda-tanda tertentu. Untuk itu, seorang pemimpin
seharusnya bisa menjadi suri tauladan (uswah
hasanah), panutan, dan tempat bertanya. Pemimpin yang baik akan memberikan
solusi. Bukan malah bikin ruwet negeri ini.
4. Hambeging hima (sifat awan)
Awan yang tebal biasanya akan
mendatangkan hujan, bila tidak digiring angin kencang. Awan menunjukkan
kewibawaan dan kharisma. Maka pemimpin yang baik akan memiliki wibawa dan kharisma
yang tinggi. Pemimpin seperti ini ketika sudah meninggalpun tetap akan
dihormati.
5. Hambeging samirana (sifat angin)
Angin memiliki watak selalu bertiup
kemanapun tanpa membedakan tempat dan selalu mengisi ruang yang kosong. Sifat
ini memberi pelajaran kepada kita, bahwa seorang pemimpin yang baik harus dekat
dengan yang dipimpin. Pemimpin yang baik tidak membedakan paham, suku, aliran,
agama, politik. Harus berdiri tegak diatas semua golongan. Maka kepemimpinannya
dirasakan oleh akar rumput.
6.Hambeging samudra (sifat air atau
laut)
Laut sangat luas dan mampu memuat
apa pun seolah-olah tak terbatas. Maka seorang pemimpin harus mampu menampung
segala persoalan sesuai tingkat kemampuannya, adil, visioner. Bukan malah selalu mencari-cari persoalan yang bisa
menimbulkan kontroversi
7. Hambeging dahana (sifat api)
Api memiliki sifat membakar habis
dan menghanguskan. Hal ini dapat dipahami bahwa seorang pemimpin harus berani
menghadapi tantangan, menegakkan kebenaran dan keadilan. Tidak perlu takut
gertak sambal dan berusaha untuk selalu amar ma’ruf nahi munkar. Dalam
penyampaian amar ma’ruf nahi munkar ini dilakukan bilhikmah wal mau’dzah hasanah.
8. Hambeging bantala (sifat tanah)
Tanah memiliki sifat yang kuat dan
murah hati. Maka seorang pemimpin harus rendah hati, tidak takabur. Tidak gila
hormat dan tidak haus pujian. Tidak minta dielu-elukan. Pemimpin seperti ini
selalu baik hati meski dicaci maki. Tenang dan sabar dalam memimpin meski digoyang
kanan kiri, tanpa harus tinggi hati.
Nasihat tersebut
kiranya masih relevan di era society 5.0 ini. Maka perlu hati-hati dan selektif
dalam memilih pemimpin. Keliru memilih, penyesalan di kemudian hari.
Bersambung
Lasa Hs
0 Komentar