Pendahuluan
Alhamdulillah, manusia dalam
melaksanakan tugas sebagai khalifah di muka bumi ini dilengkapi hati nurani,
nafsu, dan akal. Ketiga komponen hidup ini harus difungsikan secara
proporsional.Memfungsikan ketiga komponen itu secara tumpang tindih akan membuat
kekacauan.
Akal untuk menciptan kreativitas,
inovasi, kemajuan dan mencari solusi. Maka hidup dengan akal sehat itu harus
solutif. Nafsu untuk mendorong melaksanakan kegiatan yang seharusnya dibimbing
dan diarahkan oleh hati nurani. Apabilla nafsu ini menguasai akal dan nurani,
maka tindakan orang itu akan mengarah pada hal-hal yang merugikan diri sendiri
dan orang lain. Penurutan hawa nafsu bisa menyengsarakan diri, menciptakan
perbuatan anarkhis, bahkan kesadisan dengan menghilangkan rasa kemanusiaan.
Nafsu seperti ini cenderung menimbulkan kerusakan dan kesengsaraan.
Hati sangat besar pengaruhnya terhadap
kinerja tubuh dan tindakan seseorang. Hatilah yang seharusnya yang menentukan
arah tindakan dan perilaku manusia.Hati ini yang akan membawa manusia untuk
bahagia atau sengsara.
Hati dalam pembicaraan ini dapat
dipahami dengan dua arti. Secara anatomis, hati diartikan dengan segumpal darah
dalam isi perut manusia yang berwarna merah kehitam-hitaman yang terletak di
sebelah kanan perut besar manusia. Hati dalam pengertian ini berfungsi untuk mengambil
sari makanan di dalam darah dan menghasilkan empedu. Hati dalam pengertian ini
didapat pada setiap diri manusia maupun hewan.
Dalam pengertian lain, hati adalah nurani
yang dalam ayat-ayat Al-Quran disebut dengan qalbun salim atau hati yang jernih dan sehat. Hati inilah yang
menjadi sumber dan penentu perilaku manusia, apakah akan mendatangkan
kenikmatan atau malah menyengsarakan. Hati seperti inilah yang mampu
menggerakkan akal pikiran seseorang untuk merencanakan suatu tindakan. Kemudian
akal akan memerintahkan mata untuk melihat, memerintahkan telinga untuk
mendengar, dan memerintahkan tangan dan kaki untuk bertindak. Oleh karena itu
kita perlu menjaga hati dengan sebaik-baiknya antara lain dengan cara berdzikir atau selalu ingat pada Allah , dan
mengingat perintah-perintahNya dan waspada atas larangan-laranganNya. Dalam hal
ini Allah Swt mengingatkan pada kita sebagaimana termaktub dalam Q.S. ar-Ra’d:
28 yang artinya:”:Orang-orang yang
beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat (dzikr) Allah. Ingatlah
hanya dengan mengingat (dzikr) kepada Allah Swt hati akan menjadi tenteram”.
Bersambung
Lasa
Hs.
0 Komentar