Oleh : Raisa Fadelina
Pustakawan UMY
Kiai Haji Ahmad Mustofa
Bisri atau lebih sering dipanggil dengan Gus Mus adalah pengasuh Pondok
Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang dan menjadi Rais Syuriah PBNU.
Beliau lahir di Rembang tanggal 10 Agustus 1944. Kiai Mustofa masa kecilnya
banyak dihabiskan di berbagai pesantren, seperti Pesantren Lirboyo Kediri,
Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta, dan pesantren ayahnya, Raudhatut Talibin
Rembang. K.H. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) adalah kiai yang fenomenal. Selain
menyandang predikat kiai yang mengasuh pondok pesantren, ia juga seorang
intelektual muslim (cendekiawan), sastrawan, seniman, dan budayawan. Ia juga
seorang penulis yang sangat produktif, mulai dari puisi, cerpen, dan essai. Ia
juga telah menerbitkan banyak buku.
Gus Mus adalah kolomnis
dan penyair yang cukup menonjol dan diperhitungkan dalam jagat kepenyairan dan
kepenulisan. Aksi-aksinya yang bergaya khas di panggung ketika berorasi dan
membaca puisi juga mampu memukau publik. Sebagai seorang kiai dan ulama,
puisi-puisi Gus Mus sarat pesan-pesan agama dan religi, namun juga sangat
kritis dan tajam dalam merespons persoalan sosial, khususnya menggugat
ketimpangan sosial-politik. Gus Mus juga memiliki pergaulan yang luas dan
beragam. Ia memiliki jejaring yang luas di kalangan seniman, budayawan, dan
masyarakat lainnya.
Bukan hanya di ranah
agama, seni, dan budaya, Gus Mus juga ternyata pernah berkiprah di parlemen
sebagai anggota legislatif dan wakil rakyat pada rentang 1987-1992. Namun,
ternyata ia merasa tak cocok berkiprah di wilayah politik (praktis) karena
acapkali bertentangan dengan hati nurani. Setelah 1992, Gus Mus lalu menarik
diri dari wilayah politik (praktis). Gus Mus lebih banyak berjuang di jalur
kultural daripada wilayah politik.
Gus Mus adalah kiai yang
bisa diterima semua kalangan. Ia selalu berada di tengah-tengah dan tetap
menjaga kenetralannya di tengah pertikaian kiai NU yang tergolong senior dan
disegani karena faktor-faktor tertentu. Gus Mus tidak ingin menambah kerunyaman
suasana dengan cara memihak salah satu kubu kiai NU. Yang ia lakukan justru
ingin menjadi juru damai atau minimal bersikap diam dan tak mau menambah
keruhnya suasana. Gus Mus adalah sosok penyejuk dan pengimbang di tengah
berbagai kesalahpahaman dan pertikaian antartokoh Nahdliyyin dan kiai yang
kadang terjadi dalam suatu masa tertentu.
Pada tahun 2009, Gus Mus
dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa (HC) oleh UIN Sunan Kalijaga karena
jasa-jasa beliau yang masih terus berjalan dalam mengemban dan mengembangkan
kebudayaan Islam. Melalui pidato, pena, dan lukisan, Gus Mus tak henti-hentinya
mengunggah, mendorong, mencerahkan, dan menyejukkan semua orang. Muslim,
non-Muslim, kaya, non-kaya, muda, tua, gegap gempita menyambut karya-karya
gemilang Gus Mus yang sering menghibur sekaligus mengingatkan sesama akan tugas
luhur menata bangsa dan negara.
Dalam karya-karyanya,
Hus Mus menyuarakan Islam yang menyejukkan, Islam yang mengntaskan, Islam yang
mengayomi, Islam yang membebaskan, dan Islam yang mencerahkan. Diantara
karya-karya terbaiknya sepanjang masa adalah:
·
Dasar-dasar Islam (terjemahan, Penerbit Abdillah Putra Kendal, 1401 H).
·
Ensklopedi Ijma' (terjemahan bersama KH. M.A. Sahal Mahfudh, Pustaka Firdaus, Jakarta,
1987).
·
Nyamuk-Nyamuk Perkasa dan Awas, Manusia (gubahan cerita anak-anak, Gaya Favorit Press
Jakarta, 1979).
·
Kimiya-us Sa'aadah (terjemahan bahasa Jawa, Assegaf Surabaya).
·
Syair Asmaul Husna (bahasa Jawa, Penerbit Al-Huda Temanggung).
·
Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem (Pustaka Firdaus, Jakarta, 1991,1994).
·
Tadarus, Antalogi Puisi (Prima Pustaka Yogya, 1993).
·
Mutiara-mutiara Benjol (Lembaga Studi Filsafat Islam Yogya, 1994).
·
Rubaiyat Angin dan Rumput (Majalah Humor dan PT. Matra Media, Cetakan II, Jakarta, 1995).
·
Pahlawan dan Tikus (kumpulan pusisi, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1996).
·
Mahakiai Hasyim Asy'ari (terjemahan, Kurnia Kalam Semesta Yogya, 1996).
·
Metode Tasawuf Al-Ghazali (tejemahan dan komentar, Pelita Dunia Surabaya, 1996).
·
Saleh Ritual Saleh Sosial (Mizan, Bandung, Cetakan II, September 1995).
·
Pesan Islam Sehari-hari (Risalah Gusti, Surabaya, 1997).
·
Al-Muna (Syair Asmaul Husna, Bahasa
Jawa, Yayasan Pendidikan Al-Ibriz, Rembang, 1997).
·
Fikih Keseharian (Yayasan Pendidikan Al-Ibriz, Rembang, bersama Penerbit Al-Miftah,
Surabaya, Juli 1997).
0 Komentar