LAYANAN PUSTAKA PASIEN & TERAPI MUSIK
Pustaka Pasien
Rumah sakit
kecuali sebagai tempat orang mencari kesembuhan dan pengobatan, juga dapat
berfungsi sebagai lembaga transformasi pengetahuan dan informasi.Maka terdapat
beberapa rumah sakit yang dikategorikan sebagai rumah sakit
pendidikan/akademik.Bahkan kini sudah ada peraturan bahwa perguruan tinggi yang
memiliki fakultas kedokteran diharuskan memiliki rumah sakit akademik.
Di rumah sakit
dengan kategori ini seharusnyajuga memiliki perpustakaan sebagai sumber belajar
bagi tenaga medis, pasien, peserta didik, dan penunggu pasien. Sedangkan fungsi
dan status perpustakaan ini berbeda satu dari yang lain.Apabila dilihat dari
segi pengguna, maka perpustakaan rumah sakit ini dapat dibagi menjadi
1.
Pelayanan
untuk paramedis
Perpustakaan model ini hanya diperuntukkan bagi
tenaga meds seperti dokter, perawat, bidan, laboran dan lainnya.Dalam hal ini
ada yang di tingkat pusat memiliki perpustakaan pusat dan setiap bagian juga
ada perpustakaannya.Hal ini terjadi pada Rumah Sakit Prof. Dr. Sardjito
Yogyakarta yang memiliki perpustakaan pusat dan masing masing bagian memiliki
perpustakaan seperti Bagian Jantung, Mata, Kulit dan lainnya.
Ada
juga rumah sakit yang hanya memiliki perpustakaan di tingkat pusat seperti di
Rumah Sakit Bethesda dll.
2.
Pelayanan
untuk pasien atau penunggu pasien
Jenis layanan ini ditujukan untuk pasien yang dirawat
di sana dan keluarga yang menjenguk atau yang menungguinya. Pelayanan pustaka
ini dengan tujuan:
a. Ikut membantu peningkatan semangat pasien dalam perjuangan rohaninya
menghadapi penderitaan;
b.
Memanfaatkan waktu tunggu dengan kegiatan yang bermanfaat. Sebab pasien yang
dirawat inap di rumah sakit maupun penunggunya terasa lama dan kadang
menjemukan
c.
Mengurangi kegaduhan suara di ruang perawatan. Sebab keramaian orang bicara
sering mengganggu pasien yang seharusnya banyak istirahat
d.
Sebagai sarana menciptakan gemar membaca pada kelompok masyarakat tertentu.
Mengingat kondisi pasien yang
memerlukan waktu untuk istirahat, maka pihak perpustakaan perlu menghadirkan
koleksi kepada mereka.Sistem ini dapat dilakukan dengan mengedarkan buku atau
majalah dengan kereta dorong yang didesain sedemikian rupa masuk ke ruang-ruang
rawat inap. Koleksi dan petugas layanan pustaka pasien ini dapat diatur
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu pasien dan jam pemeriksaan oleh
dokter.
Memang dalam sistem ini dikhawatirkan banyak pustaka
yang hilang.Untuk itu kiranya perlu disadari bahwa untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa perlu adanya pengorbanan. Untuk meminimkan kehilangan koleksi kiranya
dapat dintisipasi :
a.
Perlu
sistem pencatatan yang rapi, seperti pencatatan data pasien, buku apa yang
dipinjam, alamat lengkap pasien dll.
b.
Perlu
kerjasama dengan pihak-pihak terkait seperti penanggung jawab kamar, dokyer,
perawat, maupun satpam
c.
Buku-buku
yang dipinjamkan sebaiknya buku yang diperoleh di toko buku. Sebab apabila buku
yang dipinjam pasien atau keluarganya dapat mudah diganti.
Pelayanan ini
ternyata sudah diselenggarakan di beberapa rumah sakit dan mendapat respon
positif dari masyarakat.
2.Musik dan
terapi kesehatan
Musik sebagai seni memiliki pengaruh besar terhadap
pengembangan pribadi, mengurangi kecemasan, membagitkan semangat, menumbuhkan
gairah baru, dan mengurangi ketegangan.Oleh karena itu musik bisa
diperdengarkan sebagai pengiring belajar dan bekerja di perpustakaan.Tentunya
musik yang diperdengarkan itu adalah musik yang lembut, instrumental, atau
lagu-lagu klasik.
Musik pengiring dapat membantu meningkatkan
relaksasi. Kondisi ini dapat mengoptimalkan proses belajar, menghilangkan
kecemasan, dan mengurangi ketegangan, sehingga konsentrasi dalam memelajari
materi baru dapat meningkat (Lazanove dalam Hastomo, 2012).
Tidak hanya bacaan yang dapat membangkitkan semangat
hidup seseorang.Musik juga dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan
seseorang.Sebab dengan mendengar bunyi musik tertentu seperti musik yang
lembut, instrumentalia, religius, menyentuh perasaan dapat mengurangi
ketegangan otot. Musik semacam ini juga dapat memperbaiki gerak dan koordinasi
tubuh, mengurangi perasaan yang tidak menyenangkan, dan mampu meningkatkan rasa
percaya diri.
Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa musik
klasik dan lembut seperti karya Mozard, Bach, Bethoven, Vivaldi dan musik
lembut Jawa seperti uyon-uyon mampu mengurangi kecemasan. Dalam hal ini, Suli
Maharini (1995) seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/FKIK UMY pada tahun 1995 melakukan penelitian
tentang pengaruh musik klasik gending
Jawa terhadap kecemasan para wanita menupause. Penelitian yang dilakukan di
desa Karangasem Seloharjo Pundong Bantul DIY ini dapat disimpulkan bahwa memang
ada pengaruh antara pemberian terapi musk klasik langgam Jawa dengan tingkat
kecemasan pada wanita menupause.
Demikian pula dengan Fatma Maulida Abiya seorang
mahasiswa FKIK UMY yang telah melakukan penelitian di PSTW Budi Luhur Kasihan
Bantul DIY.Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara music
tradisionalJawa uyon-uyon dengan tingkat kecemasan pada pasien dengan mengambil
sampel semua lansia di panti tersebut.Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa music tradisional Jawa uyon-uyon dapat menurunkan tingkat
kecemasan lansa (Abiya, 2013).
Pengaruh musik terhadap kesembuhan pasien ini juga
diakui oleh dr. Arman Yuriisaldu Saleh. Dokter ahli syaraf ini menyatakan dalam
bukunya berjudul Rahasia Otak Manusia
Jawa (2010). Beliau menyatakan bahwa latihan karawitan dengan alat kempul
dan juga gong akan sangat membantu kesembuhan pasien. Sebab musik karawitan
Jawa ini jauh dari kehingarbingaran dan kegembiraan yang tidak terkendali.
Musik seperti ini akan memengaruhi kestabilan mental penderita stroke yang
sedang diterapi.
Dikatakan selanjutnya bahwa orang Jawa yang
menderita stroke itu biasanya dilatarbelakangi hipertensi. Penderita ini bila mendengarkan gamelan Jawa
dan/atau menyaksikan tarian Jawa dalam durasi lama, maka akan menjadi tenang
dan tidak ada gejolak mental yang mendadak.
Musik Jawa ini kalau dicermati berbeda dengan music
klasik Barat.Musik klasik Barat tergantung temanya.Karya Bethoven misalnya,
memang ada yang sedemikian rupa sehingga menimbulkan suasana sedih yang
depresif. Tentu hal ini akan berpengaruh buruk bagi pasien, meskipun
kebanayakan music karyaMozart lazim digunakan untuk terapi.
Lasa
Hs
0 Komentar