Menceritakan kebaikan orang lain merupakan
penyebaran kebaikan. Dengan membaca atau mendengar kisah baik seseorang,
diharapkan dapat memotivasi orang lain untuk meniru kebaikan dan melanjutkan
perjuangan mereka. Tentunya mengisahkan kebaikan ini bukan sekedar cari muka
dan bukan bermaksud kultus individu. Maka disinilah perlunya penulisan biografi
tokoh tertentu agar diteladani perilakunya dan agar tumbuh semagat juang. Maka
penulis biografi itu bisa berfungsi sebagai penyebar kebaikan.
Lain
halnya dengan penyebaran kejelekan orang lain. Hal ini bisa menimbulkan fitnah,
adu domba, dan sakit hati orang/kelompok tertentu. Mereka yang menyebarkan
fitnah itu pada hakekatnya mereka itu menyebarkan kebusukan. Saking buruknya
penyebaran kejelekan orang lain itu dapat diibaratkan seperti makan bangkai.
Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah Swt :”Wahai orang-orang yang beriman. Jauhilah sejauh-jauhnya akan buruk sangka, sesungguhnya sebagian buruk
sangka itu dosa, dan janganlah ada diantara kamu yang menggunjing sebagian yang
lain. Apakah kamu sekalian senang bila makan daging saudaranya yang sudah mati
(bangkai)?. Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh
Allah Maha Penerima taubat, Maha Penyayang (Q.S. Al Hujurat: 12).
Lasa Hs.
0 Komentar