Putra terbaik Purworejo Jawa Tengah ini kadang dikenal
dengan The Lion on the Table (Singa di Meja). Memang kalau sudah bicara
suaranya menggelegar dan menggetarkan. Kasman aktif di Muhammadiyah sejak masa
muda. Beliau mengenal secara dekat tokoh-tkoh Muhammadiyah seperti K.H. Ahmad
Dahlan dan Ki Bagus Hadikusumo.
Pada tahun 1938 , beliau ikut membentuk Partai Islam
Indonesia/PII di Surakarta bersama K.H. Mas Mansur, Farid Ma’ruf, Soekiman dan
Wiwoho Purohadidjojo. Kemudian pada 7 Nopember 1945, Kasman terpilih menjadi
Ketua Muda III Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). Pengurus lain pada
saat itu antara lain;K.H. Hasyim Asy’ari (Ketua Umum), Ki Bagus Hadikusumo
(Ketua Muda I, K.H. Wahid Hasyim (Ketua Muda II) Mr. Moch. Roem, M. Natsir, dan
Dr.Abu Hanifah.
Peran dan pemikiran Kasman Singodimedjo berkembang dalam
tempaan tokoh-tokoh besar pada saat ia bergabung dengan organisasi Jong Islamieten
Bond (JIB). Dalam organisasi ini, ia berhubungan dengan HOS Tjokroaminoto,H.
Agus Salim, K.H. Ahmad Dahlan, Syekh Ahmad Syurkati, M. Natsir, Moch.
Roem,Prawoto, dan Jusuf Wibisono. Dengan aktivitasnya di bidang politik ini,
beliau pada bulan Mei 1940 ditangkap dan ditahan oleh pemerintah penjajah
Belanda.
Pada saat menjelang pengesahan UUD 1945 terjadi
permasalahan terkait dengan tujuh kata dalam Piagam Jakarta
yang akan menjadi Pembukaan UUD 1945. Dalam hal ini Perwakilan kawasan
Indonesia Timur menyatakan keberatan terhadap tujuh kata “Dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluknya”. Mengingat bahwa
Piagam Jakarta tersebut merupakan hasil kesepakatan yang telah dicapai dalam persidangan BPUPKI,
tentu tidak dapat dengan mudah untuk dilakukan perubahan. Oleh karena itu, dibutuhkan
persetujuan terutama dari tokoh Islam. Diantara tokoh Islam yang mempertahankan
tujuh kata tersebut adalah Ki Bagus
Hadikusumo. Beberapa sumber menyatakan bahwa Bung Karno minta bantuan Kasman untuk
melobi Ki Bagus Hadikusumo agar menyetujui penghapusan tujuh kata itu.. Alhamdulillah misi ini berhasil.
Lasa Hs.
0 Komentar