GAYA KEPEMIMPINAN KEPUSTAKAWANAN
Sebagaimana dipahami bahwa kepustakawanan merupakan profesi yang dianut oleh mereka yang bekerja di perpustakaan (Sulistya-Basuki,2018). Maka kegiatan profesi ini meliputi kegiatan ilmiah dan profesional yang mencakup pengelolaan perpustakaan, pelayanan perpustakaan, pengembangan sistem perpustakaan dan pengembangan profesi itu sendiri.
Kegiatan yang dinamis ini memerlukan sistem kepemimpinan untuk merencanakan, mengkoordinasikan, dan mengarahkan kegiatan ilmiah dan profesional dalam mewujudkan pengelolaan perpustakaan yang baik, pelayanan perpustakaan yang memuaskan, dan mengembangkan kepustakawanan.
Di satu sisi kiranya dapat dipahami bahwa faktor kepemimpinan merupakan hal yang mempengaruhi pengembangan perpustakaan dan profesi pustakawan. Mereka berperan dalam memberikan pengarahan dalam mencapai tujuan perpustakaan dan profesi pustakawan.
Kepemimpinan adalah kemampuan dan kekuatan untuk mempengaruhi dan menggerakkan pihak lain dalam mencapai tujuan.Oleh karena itu keberhasilan dan kegagalan mencapai tujuan kepustakawanan dipengaruhi oleh sikap, gaya, dan perilaku seorang pemimpin. Dari beberapa teori diketahui beberapa gaya kepemimpinan, antara lain:
1. Gaya retrogresif.
Kepemimpinan model ini adalah kepemimpinan yang selalu menghambat kemajuan anak buah. Mereka berpikir bahwa apabila anak buah maju dan berprestasi, hal ini merupakan ancaman yang akan menggeser popularitas dan kedudukan sang kepala. Mereka khawatir jabatannya akan lepas dan popularitasnya akan memudar. Bila anak buah ingin studi lanjut, lalu dicari-cari alasan bahkan aturan yang menghambat niatan tersebut. Apabila ada permohonan sebagai narasumber yang ditujukan pada salah satu anak buah (by name), maka sang kepala yang berangkat menjadi narasumber.
Begitu pula dengan kesempatan diklat, maka kepala perpustakaan yang selalu hadir dan tidak memberi kesempatan anak buah untuk berkembang.
Efek dari gaya kepemimpinan ini antara lain bahwa anak buah bisa stres, malas bekerja, sering mankir. Bisa-bisa anak buah memboikot rencana kerja perpustakaan.
1. Gaya naratif
Model kepemimpinan ini adalah pimpinan terlalu banyak bicara, idenya setinggi langit, khayalannya muluk-muluk. Namun realitanya bertahun-tahun hanya berhenti pada wacana dan khayalan belaka. Ide tinggi tidak pernah menjadi realita.
Gaya seperti ini sering membingungkan bawahan. Sebab suatu ide belum diterapkan, lalu muncul ide kedua, ketiga dan seterusnya. Gaya seperti ini akan mengurangi kewibawaan kepemimpinan, membingungkan bawahan, dan cenderung pemborosan.
3.Gaya edukatif
Gaya edukatif adalah gaya kepemimpinan yang memberikan arahan, pembelajaran, dan pengembangan diri anak buah. Dengan cara ini, bawahan merasa senang karena mendapat tambahan wawasan, berpikiran luas, dan dapat berkembang secara optimal. Sebab pimpinan selalu mendorong bawahan untuk maju dan tidak menghalangi bawahan untuk maju.
Kepemimpinan seperti ini tidak takut disaingi bawahan. Justru kepemimpinan ini bangga atas prestasi dan kemajuan anak buah.
4. Gaya inspektif
Gaya kepemimpinan inspektif adalah model kepemimpinan yang sangat senang pada acara-acara protokoler, show , mementingkan gebyar dari pada subtansi. Baginya yang penting moncer dulu, perkara riilnya tidak penting katanya.
Kepemimpinan seperti ini kadang membuat sang pemimpin senang dipuji. Bahkan dalam hal-hal tertentu terkesan gila hormat dan mumpung masih menjadi pejabat pikir mereka.
Lasa Hs.
Bersambung
0 Komentar