Dalam berbagai kesempatan kita diingatkan untuk selalu bersyukur atas nikmat dan rahmat Allah. Sebab manusia itu sering lupa, maka perlu selalu diingatkan. Juga perlu disadari bahwa kita ini dari hari ke hari selalu ditambah umur, rizki, ilmu, dan peluang. Disamping itu selama hidup ini manusia tidak bisa lepas dari rahmat Allah Swt .
Bersyukur kepada Allah pada hakekatnya adalah
mempergunakan kenikmatan yang diterima dengan cara yang sebaik-baiknya sesuai
ketentuan Allah Swt. Orang diberi mata hendaknya untuk melihat yang baik.
Manusia diberi telinga hendaknya digunakan untuk mendengarkan yang baik-baik.
Kenikmatan adalah sesuatu yang mendatangkan
kesenangan, kelezatan, dan sedap yang dirasakan oleh akal maupun perasaan. Ilmu pengetahuan adalah suatu
kenikmatan yang dirasakan oleh akal. Makan minum adalah kenikmatan yang
dirasakan oleh perasaan. Maka bila badan terasa sakit, lalu makan minumpun
tidak terasa nikmat. Oleh karena itu
perlu disyukuri meskipun nikmat itu dianggap kecil.Sebab bila yang
sedikit/kecil tidak disyukuri, maka diberi banyak pun belum tentu bersyukur.
Kata pepatah Arab “man lam yasykuril
qalil lam yasykuril katsir” (siapa yang tidak mensyukuri yang
sedikit/kecil, diberi banyakpun belum tentu bersyukur).
Tahapan bersyukur
Bersyukur dapat diekpresikan melalui lisan minimal
mengucapkan hamdalah, bersyukur dalam hati, dan bersyukur dengan tindakan
nyata.
- Merasa gembira dan memuji
pada Allah
Orang mukmin merupakan orang pilihan. Bila menerima nikmat
selalu bersyukur dan bila menerima musibah selalu sabar. Dalam hal ini
Rasulullah Saw menyatakan :”Aku kagum
pada seorang mukmin, bila memperoleh kebaikan dia memuji dan bersyukur pada
Allah. Bila mereka mendapat musibah, dia memuji Allah dan bersabar. Seorang
mukmin diberi pahala dalam segala hal walaupun dalam sesuap makanan yang
diangkatnya ke mulut isterinya”. (H.R. Ahmad dari Abu Daud).
- Selalu berbuat baik pada pihak lain
Pemberian Allah Swt kepada manusia tidak bisa dibalas dengan bentuk yang
sama. Untuk membalasnya antara lain dengan meningkatkan ketaatan dan berbuat
baik kepada siapapun dan tidak membuat kerusakan. Firman Allah dalam Q.S. 77
yang artinya :”Dan berbuatlah kebaikan
kepada sesama sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Lagi pula
janganlah engkau mempergunakan kesempatan yang ada padamu untuk berbuat
kerusakan di muka bumi, sebab Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusuhan”.
- Berbagi kenikmatan pada
orang lain
Mensyukuri
nikmat harta dicontohkan sebuah kisah seorang budak penjaga kebun. Di suatu
hari yang terik, datanglah seekor anjing dengan menjulur-julurkan lidahnya
karena haus dan lapar. Lalu anjing itu mendekati budak tadi sambil menggoyang-goyangkan
ekornya seakan-akan minta dibelas kasihani. Kebetulan budak itu membawa bekal
roti 3 potong oleh majikannya untuk makan hari itu. Lalu anjing itu diberi
sepotong roti dan dimakannya sampai habis. Setelah habis, anjing itu mendekati
budak tadi, lalu diberikan sepotong roti lagi. Roti itu dimakan oleh anjing
sampai habis. Dasar anjing, setelah rotinya habis makan dua potong roti, lalu
masih minta tambah dengan mendekati budak itu dan mengibas-ibaskan ekornya.
Melihat tingkah anjing ini,si budak tidak tega lalu roti yang tinggal sepotong
itu lalu diberikan lagi pada anjing. Jadi 3 potong roti habis diberikan pada
anjing. Dia sendiri tidak tau akan makan apa pada hari itu nanti.
Kejadian
ini dilihat dari jauh oleh Abdullah bin Ja’far yang terkenal dermawan. Beliau
adalah putra Ja’far bin Abi Thalib salah seorang pahlawan perang yang meninggal dalam perang Mu’tah. Melihat
kejadian ini Abdullah bin Ja’far menghampiri budak itu dan bertanya berapa
banyak roti yang ia bawa. Budak itu
menjawab “hanya tiga potong dan habis
saya berikan kepada anjing tadi. Saya kasihan pada anjing yang haus dan lapar
itu, dan kelihatannya anjing itu dari jauh”. Abdullahpun bertanya lagi:”Apa :”yang akan kau makan hari ini?”. Budak
itupun menjawab “Aku akan mengencangkan
ikat pinggang saya untuk menahan lapar”. Mendengar jawaban budak yang
demikian itu, maka Abdullah termenung sebentar dan berkata pada diri sendiri:”Sampai dimanakah kedermawanan dan syukurku
bila dibanding dengan budak . Kemudian budak itu diminta menunjukkan rumah
majikannya. Setelah dicari dan ditemukan, lalu ditawarlah harga kebun dan
sekaligus budak yang menjaganya. Kemudian terjadi tawar menawar sebagai
layaknya orang jual beli dan disepakati harganya.
Setelah selesai transaksi dan proses administrasinya,
Abdullah minta diri dan mampir ke pasar untuk membeli alat-alat perkebunan. Dia
tidak pulang ke rumah, tetapi lebih dulu mampi ke kebun yang dijaga oleh budak
tadi lalu berkata :”Nak, kebun itu sudah
kubeli dan engkau telah kubeli dan kini kau telah menjadi merdeka dan statusmu
bukan budak lagi. Maka mulai sekarang engkau ku merdekakan dan kebun beserta
alat-alat perkebunan ini menjadi milikmu. Maka hiduplah dengan bahagia dengan
cara mengelola kebun kurma itu.
Lasa Hs
0 Komentar