Dalam
menggapai cita-cita ada orang yang realistis dan berusaha keras untuk
mewujudkannya. Orang ini mampu mengelola potensi penuh semangat untuk meraih
keberhasilan. Mereka berusaha mencari peluang, memanfaatkan peluang,
mengembangkan peluang, bahkan menciptakan peluang. Mereka itu dapat dikatakan
sebagai orang yang cerdas. Sebab tidak semua orang bisa membaca peluang apalagi
menciptakan peluang.
Sebaliknya,
memang ada orang yang bercita-cita setinggi langit, tidak realistis, dan malas
berusaha untuk meraih cita-cita itu. Otaknya hanya berisi “kalu saya jadi”,
“andaikata”, “apabila nanti “ dan seterusnya. Dari hari ke hari selalu
menghayal, membayangkan kesuksesan yang fatamorganis.Mereka hanya ongkang-ongkang..
Mereka enggan bergerak dan tak mau berusaha.
Panjang
angan-angan bisa merusak pikiran sendiri
dan mengotori hati nurani. Dalam hal ini Rasulullah Saw bersabda yang artinya
:” dua hal yang paling aku khawatirkan
kepada kamu sekalian adalah panjang angan-angan dan selalu mengikuti hawa
nafsu. Sesunguhnya panjang angan-angan itu bisa melupakan akhirat, dan menuruti
hawa nafsu itu biisa menghalangi dari kebenaran’.
Panjang
angan-angan akan menghabiskan umur, menyiksa diri, dan merusak jiwa raga. Orang
lainpun memandangnya serba “sebel”
Untuk
menggapai cita-cita, orang harus berusaha, bekerja keras dan mau melakukan
pekerjaan apapun asal halal sesuai aturan dan etika. Tidak perlu malu dan
gengsi bahwa dirinya turunan darah biru, turunan orang kaya, turunan orang terpandang,
dan lainnya.
Untuk
itu perlu kita renungkan dan hayati Sabda Nabi Muhammad Saw yang artinya:” seorang yang membawa tali/tambang lalu pergi
mencari kayu bakar untuk dijual ke pasar guna memenuhi kebutuhan dan nafkah
diri dan keluarga. Hal ini lebih baik daripada meminta-minta pada orang lain
apakah diberi atau tidak diberi” (Hadis Muttafaq ‘alaih).
Memang
hasil usaha sendiri itu lebih mulia dan puas, daripada pemberian orang lain.
Namun kadang orang bangga dengan pemberian orang lain termasuk mengharap
warisan orang tua. Oleh karena itu agama menasehatkan bahwa hasil usaha sendiri
itu merupakan suatu kebaikan. Dalam hal ini Rasulullah Saw menyatakan yang
artinya :” seutama-utama hasil kerja
adalah jual beli penuh kebajikan dan hasil usaha/kerja sendiri”. (HR. AL
Bazzar dan Ahmad).
Lasa Hs.
0 Komentar