Ada anggapan yang
meremehkan suatu tulisan. Tulisan dianggap hanyalah sebuah oplosan. Suatu
tulisan dianggapnya hanya kutip sana kutip sini. Pemikiran seseorang dikutip
lalu ditambah dengan rumusan dan teori yang relevan. Bisa juga penulisan itu
dianggap hanya model copy paste sana copy
paste sini. Dikira segampang itu
proses penulisan. Proses penulisan dianggapnya segampang mengoplos oli dengan
minyak tanah.
Menulis itu melahirkan
tulisan yang merupakan ekspresi diri secara total. Proses ekepresi ini
memerlukan ilmu pengetahuan, latihan, keberanian, dan tangung jawab moral. Penulisan
juga memerlukan kecerdasan kata (word
smart). Yakni kecerdasan memilih
kata yang tepat dan menyusun kalimat yang sempurna sehingga mudah
dipahami.
Memang diakui bahwa
dalam penulisan karya ilmiah dan karya akademik diperlukan adanya kutipan
pendapat dan pemikiran orang lain. Kutipan ini digunakan sebagai landasan
berpikir dan materi pembahasan. Semakin banyak acuan yang digunakan. Akan semakin membuka wawasan terhadap suatu tema
yang akan ditulis.
Masalah kutip mengutip
atau sitir menyitir merupakan kewajaran dalam kehidupan akademik. Pengutipan
dibenarkan asal menyebut sumbernya secara jelas dan tidak berlebihan. Sebab
adanya pola sitiran ini menggambarkan adanya hubungan antara sebagian atau
seluruh tulisan dengan tema tulisan yang menyitir. Adanya pengutipan dan
penyitiran ini akan memberikan nilai obyektif dan manfaat antara lain:
- Menjunjung etika
keilmuan
- Adanya pengakuan
atas prestasi seseorang
- Membantu pembaca
dalam penemuan kembali akan informasi
- Mengenali rumusan,
metode, dan teori yang dikemukakan para ahli
- Memperoleh latar
belakang masalah yang akan dibahas
- Mengoreksi karya
orang lain atau karya sendiri
- Memberikan keaslian
data
- Mendiskusikan dan
mengembangkan hasil penelitan dan
pemikiran orang lain
Memang dalam proses
penulisan karya tulis ilmiah maupun
penulisan karya tulis akademi diperlukan landasan teori dan kajian/studi
pustaka. Dengan adanya kajian pustaka akan diketahui relevansi satu teori
dengan teori lain. Kemudian kajian pustaka melalui pola sitiran/kutipan memiliki manfaat antara lain:
- Mengidentifikasi
karya-karya inti
- Mengelompokan
sumber-sumber informasi menurut literatur yang disitir dan memiliki
kesamaan
- Mengetahui
jenis-jenis literatur yang digunakan penulis
- Mengetahui
rata-rata pertumbuhan dan keusangan literatur
Menulis sebenarnya bukan
sekedar paham tatabahasa dan tanda baca. Menulis merupakan proses pengembangan
kemampuan dan analisis masalah. Menulis juga bukan sekedar mendemonstrasikan
apa yang diketahui atau yang dibaca.
Menulis merupakan totalitas
kemauan, kemampuan, dan merupakan ekspresi diri. Maka tidak salah bila
Francis Bacon (filosof Inggris dan Bapak Ilmu Pengetahuan) yang menyatakan
bahwa : Reading make full man, conference
make ready man, and writing make a exact man”.
Menulis bukan sekedar mengoplos pemikiran seseorang dengan
pendapat orang lain. Model tulisan oplosan ini akan menghasilkan karya murahan.
Menulis menuntut penguasaan ilmu pengetahuan, ketrampilan, keberanian, dan
tanggung jawab keilmuan. Hal ini perlu dipahami dan diingat bahwa penulisan
memiliki makna:
- Mampu merubah dunia
- Mampu menggerakkan
komunitas tertentu
- Mengembangkan ilmu
pengetahuan
- Memperkaya wawasan
masyarakat
- Mengungkap banyak
hal.
Menulis memerlukan pencurahan emosi, perasaan, dan perasaan yang tentunya
tidak sama dengan mengoplos. Penulis sejati akan merasakan kebahagiaan berbagi,
kepuasan batin, dan eksistensi diri.
Lasa Hs
0 Komentar